Lava yang keluar dari letusan Supervolcano Toba dianggap luar
biasa daripada letusan gunung yang terakumulasi selama jutaan tahun
sebelum dapur magma terbentuk dikerak bumi. Reservoir (dapur magma)
terdiri dari magma yang bercampur ke dalam kerak untuk membentuk
berbagai lapisan, berorientasi secara horizontal melapisi satu sama
lain.
Baru-baru ini, sebuah tim geoscientists dari Novosibirsk, Paris dan
Potsdam memngeluarkan hasil penelitian supervolcano toba dalam jurnal
Science edisi akhir Oktober 2014. Mereka menyelidiki teka-teki tentang
volume magma yang dikeluarkan dari kaldera besar selama terjadinya
letusan Supervolcano Toba.
Magma Berlapis 7 Km Dibawah Supervolcano Toba
Menurut para ilmuwan, penelitian ini berbeda dari letusan gunung berapi besar seperti Pinatubo Gunung St Helens. Supervolcano toba
merupakan kejadian ekstrem, dimana kaldera di zona subduksi Sumatera
berasal dari salah satu letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah
bumi terjadi sekitar 74000 tahun yang lalu. Volume lava yang terpancar
sekitar 2800 kilometer kubik yang berdampak secara global pada iklim dan
lingkungan, akibat letusan supervolcano toba, sebuah danau terbentuk
sepanjang 80 km.
Ilmuwan Geoscientists yang terlibat dalam penelitian ini tertarik untuk
mengetahui bagaimana material erupsi berperan dalam membentuk sebuah
gunung berapi super terakumulasi pada kerak bumi. Apakah letusan
supervolcano toba hanya terjadi ribuan tahun yang lalu, atau mungkin
akan terjadi lagi?
Ilmuwan dari GFZ Jerman berhasil memasang jaringan seismometer didaerah
danau Toba untuk menyelidiki teka-teki dapur magma. Data ini diberikan
kepada semua ilmuwan yang berpartisipasi melalui arsip GEOFON. Christoph
Sens-Schonfelder menjelaskan bahwa metode seismologi terbaru mampu
menyelidiki struktur internal reservoir magma dibawah kaldera Toba.
Mereka menemukan bahwa kerak tengah bawah supervolcano Toba berbentuk horizontal berlapis, terletak pada struktur reservoir magma. Sekitar 7 kilometer dibawahnya terdiri beberapa kerak magma, dimana sebagian besar horizontal dengan intrusi magmatik masih mengandung bahan cair ,dengan kata lain supervolcano toba masih aktif.
Para ilmuwan menduga bahwa volume besar magma yang dikeluarkan selama letusan supervolcano toba
perlahan-lahan terakumulasi selama jutaan tahun terakhir dalam bentuk
intrusi. Semua ini terbukti dan dikonfirmasi dengan hasil pengukuran
lapangan, dimana ilmuwan GFZ menggunakan metode seismologi baru untuk
membuka tabir teka-teki letusan supervolcano toba. Selama enam bulan
mereka merekam suara seismik ambient, getaran alami yang biasanya
dianggap sebagai sinyal yang mengganggu.
Melalui pendekatan statistik, para ilmuwan menganalisis data dan menemukan bahwa kecepatan gelombang seismik dibawah supervolcano Toba
tergantung pada arah gelombang geser kerak bumi. Diatas kedalam 7
kilometer, deposito letusan supervolcano Toba terakhir telah membentuk
zona kecepatan rendah. Dibawah kedalaman 7 kilometer ditemukan
anisotropi seismik yang disebabkan gangguan horizontal berlapis,
struktur reservoir seperti berlapis-lapis tercermin dalam data seismik.
Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dibelahan bumi lainnya juga
terdapat supervoclcano seperti ini. Pada umumnya supervolcano meletus
setiap beberapa ratus ribu tahun, kemudian disusul letusan raksasa. Hal
ini disebabkan ukuran supervolcano Toba tidak menciptakan pegunungan,
tapi menonjolkan permukaannya dengan kawah besar yang terbentuk selama
letusan. Gunung api yang dikenal lainnya termasuk daerah supervolcano
Yellow Stone Park, gunung berapi Andes, kaldera Danau Taupo Selandia
Baru.
artikel ini disalin lengkap dari:
halaman utama website:
No comments:
Post a Comment