Synthetic = sintetik =
sintetis. Sintetis berarti buatan, yaitu sesuatu yang dibuat menyerupai
bentuk alaminya. Kali ini kita akan lihat mengenai benih sintetik secara
global. Synthetic Seed berasal dari
embrio somatik yang dikemas sedemikian rupa sehingga memiliki kemampuan
untuk tumbuh sebagaimana benih alami.
Alginat Terpisah Dari Biji Sintesis
Embrio dalam Synthetic Seed
mendapatkan nutrisi dari alginat karena struktur aginat dibuat mirip
dengan endosperm. Ada unsur makro dan unsur mikro ditambahkan kedalam
alginat saat membuat Synthetic Seed. Ketika diberi air, maka coating
alginat yang terbuat dari Ca akan meluruh dan udara bisa masuk kedalam
media alginat. Dengan begini, terjadi respirasi embrio, lalu pertumbuhan
pun berlanjut hingga cadangan nutrisi dari alginat habis dan embrio
menjadi individu baru.
Sejauh ini kita bisa membuktikan bahwa
embrio bisa tumbuh dengan endosperm buatan, yaitu alginat tanpa
endosperm alami. Namun, yang membuat saya bingung ialah ketika saya
mengamati Synthetic Seed cadangan di laboratorium. Begini ceritanya.
Jadi, saat membuat Synthetic Seed sekitar 2 minggu yang lalu, ada banyak sekali Synthetic Seed yang kami simpan dalam refrigerator. Sebenarnya ingin ditanam untuk membuktikan bahwa Synthetic Seed benar mampu hidup tanpa endosperm. Tapi, waktu itu kami minta ada Synthetic Seed cadangan untuk disimpan. Rencananya setelah beberapa lama Synthetic Seed cadangan ini akan kami tanam kembali, untuk membuktikan apakah setelah disimpan sekian lama (misal: 1 bulan) benih buatan ini masih bisa tumbuh seperti Synthetic Seed yang langsung ditanam.
Apa yang saya temukan?
Ketika membuka refrigerator (baca: lemari pendingin, lemari es, kulkas) yang bersuhu sekita 70C, ternyata Synthetic Seed yang saya simpan di rak tersebut terpisah dari alginat (pembungkus embrio). Alginat berubah menjadi butiran yang lebih kecil, menempel di dinding botol dan tergeletak diantara embrio jagung. Ada juga beberapa embrio yang menempel di dinding botol karena sebelumnya alginat yang membungkus embrio posisinya memang disitu. Jadi, kalau dianalogikan seolah-olah baju pembungkus embrio tiba-tiba mengecil sehingga tidak mampu lagi menyelimuti embrio.
Pertanyaan saya, apa yang menyebabkan alginat mengecil menjadi padatan transparan yang lebih kecil? Apakah karena suhu yang terlalu rendah, udara yang terlalu kering, atau apa? Apakah bisa embrio ini ditumbuhkan di media tanam sebagaimana embrio dengan coating alginat normal? Kalau yang ini saya ingin menguji coba menumbuhkan. Tapi secara teori kemungkinannya kecil untuk bisa menumbuhkan embrio tanpa coating alginat. Embrio dapat nutrisi dari mana?
Okay, lets we see. What will happen in this week. Bisakah embrio tanpa alginat ini bertahan hidup dan menjadi individu baru? Atau tidak bisa tumbuh sama sekali. Kita coba.
artikel ini disalin lengkap dari: http://eka-putri-a.blog.ugm.ac.id/index.php/2014/05/18/alginat-terpisah-dari-synthetic-seed/
halaman utama website: http://eka-putri-a.blog.ugm.ac.id/
Jika ada waktu, Dimohon untuk Membuka Halaman Utama website yang telah saya salin artikelnya ya!
Jadi, saat membuat Synthetic Seed sekitar 2 minggu yang lalu, ada banyak sekali Synthetic Seed yang kami simpan dalam refrigerator. Sebenarnya ingin ditanam untuk membuktikan bahwa Synthetic Seed benar mampu hidup tanpa endosperm. Tapi, waktu itu kami minta ada Synthetic Seed cadangan untuk disimpan. Rencananya setelah beberapa lama Synthetic Seed cadangan ini akan kami tanam kembali, untuk membuktikan apakah setelah disimpan sekian lama (misal: 1 bulan) benih buatan ini masih bisa tumbuh seperti Synthetic Seed yang langsung ditanam.
Apa yang saya temukan?
Ketika membuka refrigerator (baca: lemari pendingin, lemari es, kulkas) yang bersuhu sekita 70C, ternyata Synthetic Seed yang saya simpan di rak tersebut terpisah dari alginat (pembungkus embrio). Alginat berubah menjadi butiran yang lebih kecil, menempel di dinding botol dan tergeletak diantara embrio jagung. Ada juga beberapa embrio yang menempel di dinding botol karena sebelumnya alginat yang membungkus embrio posisinya memang disitu. Jadi, kalau dianalogikan seolah-olah baju pembungkus embrio tiba-tiba mengecil sehingga tidak mampu lagi menyelimuti embrio.
Pertanyaan saya, apa yang menyebabkan alginat mengecil menjadi padatan transparan yang lebih kecil? Apakah karena suhu yang terlalu rendah, udara yang terlalu kering, atau apa? Apakah bisa embrio ini ditumbuhkan di media tanam sebagaimana embrio dengan coating alginat normal? Kalau yang ini saya ingin menguji coba menumbuhkan. Tapi secara teori kemungkinannya kecil untuk bisa menumbuhkan embrio tanpa coating alginat. Embrio dapat nutrisi dari mana?
Okay, lets we see. What will happen in this week. Bisakah embrio tanpa alginat ini bertahan hidup dan menjadi individu baru? Atau tidak bisa tumbuh sama sekali. Kita coba.
artikel ini disalin lengkap dari: http://eka-putri-a.blog.ugm.ac.id/index.php/2014/05/18/alginat-terpisah-dari-synthetic-seed/
halaman utama website: http://eka-putri-a.blog.ugm.ac.id/
Jika ada waktu, Dimohon untuk Membuka Halaman Utama website yang telah saya salin artikelnya ya!
Transformasi DNA Pada Tumbuhan
Selama beberapa dekade terakhir, metode
dengan berbagai pendekatan untuk transfer gen kedalam sel tanaman telah
dieksplorasi. Misalnya microlaser, microinjection, dan pengaplikasian
DNA langsung dalam berbagai variasi dan keberhasilan yang terbatas.
Transformasi pada tanaman padi dengan meletakkan DNA secara langsung
pada stigma segera setelah fertilisasi (saat terbentuk tabung polen)
banyak dikritik karena sulit dibuktikan. Tapi akhir-akhir ini Ziberstein
et al. (1994) mengklaim bahwa beliau berhasil melakukan teknik
semacam ini pada tanaman gandum dan menunjukkan adanya warisan sifat
dari gen asing pada generasi tanaman gandum tersebut secara
berturut-turut. Apabila hal ini benar, maka metode ini bisa menjadi
cara yang paling mudah dan murah untuk rekayasa genetika (genetic engineering).
Transfer gen termediasi Agrobacterium,
berbasis protoplas dan DNA transfer dengan biolistik adalah teknik
utama yang digunakan untuk menghasilkan tanaman transgenik. Transformasi
dengan elektroporasi jaringan termediasi serat silikon carbida (tissue electroporation silicon carbide-fiber mediated transformation) dan microinjection
adalah teknik lebih lanjut yang telah menghasilkan tanaman transgenik
namun belum digunakan secara luas hingga saat ini. Protokol yang elegan
telah berhasil dalam menentukan penggunaan vektor biologis A. tumefaciens sebagaimana transfer gen langsung (direct gene transfer) dalam dasar-dasar sains dan sains terapan.
Subscribe to:
Posts (Atom)