Dalam rangka memperingati 10 tahun tsunami Aceh, saya sekali lagi
mempostingkan artikel terkait gempa megathrust dan tsunami, agar
mengingatkan kita semua untuk lebih memahami tentang gempa tektonik dan
tsunami yang disebabkannya yang sangat berpeluang terjadi di sekitar
wilayah negara kepulauan republik Indonesia.
Kepulauan Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki kondisi geologi yang menarik. Menarik karena gugusan kepulauannya dibentuk oleh tumbukan lempeng-lempeng tektonik besar.
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Tumbukan Lempeng Eurasia dan Lempeng India-Australia mempengaruhi Indonesia bagian barat (lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara), sedangkan pada Indonesia bagian timur (utara Irian dan Maluku utara), dua lempeng tektonik ini ditubruk lagi oleh Lempeng Samudra Pasifik dari arah timur.
Menurut para ahli,Gempa megathrust mungkin terjadi di sepanjang Cincin Api di cekungan Samudra Pasifik. Gempa bumi berukuran di atas berkekuatan 9 pada skala Richter dapat diproduksi oleh sebagian besar zona subduksi - di mana satu lempeng tektonik bergerak di bawah yang lain - sepanjang Cincin Api.
Penelitian yang diterbitkan online oleh Buletin Seismologi Society of America, telah menghitung "kemungkinan gempa berkekuatan maksimum dalam beberapa kurun waktu". Mereka menghitung besarnya kemungkinan atas berbagai periode waktu, termasuk 250 tahun, 500 tahun dan 10.000 tahun.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar zona subduksi mampu menghasilkan gempa bumi di atas Magnitude 8.5 selama periode 250 tahun, M8.8 selama 500 tahun dan M9 dalam 10.000 tahun.
"Bisakah kita tahu persis, magnitud maksimum absolut? Jawabannya adalah TIDAK, bagaimanapun, para ahli hanya mengembangkan metodologi sederhana untuk memperkirakan peluang magnitud terbesar dalam jangka waktu tertentu.
"[Namun] hanya karena zona subduksi belum menghasilkan gempa berkekuatan 8,8 pada 499 tahun, bukan berarti gempa akan terjadi tahun depan. Demikian juga jika gempa berkekuatan 9 baru saja terjadi beberapa tahun lalu, bukan berarti kita aman dari gempa sebesar itu untuk 10000 tahun ke depan. Para ahli diatas hanya berbicara tentang probabilitas."
Seperti bukti yang ditemukan di sebuah gua dekat pantai di aceh pada tahun 2011 lalu. Di dalam Gua tersebut sepanjang ribuan tahun dihuni oleh banyak kelelawar yang membuat lantai gua penuh dengan guano (kotoran kelelawar). Dan karena tiap terjadi tsunami, gua tersebut terisi dengan endapan dasar laut yang dibawa oleh gelombang tsunami ke dalam gua, maka guano dan endapan dasar laut terbentuk berlapis lapis selang-seling di dasar gua.
Dari lapisan guano dan endapan ini, para ahli dapat memperkirakan kapan saja gempa yang menghasilkan tsunami pernah terjadi menghantam pesisir aceh.
Analisis radiokarbon dari material, termasuk kulit kerang dan sisa-sisa organisme mikroskopis, memberikan bukti bahwa telah terjadi 11 tsunami sebelum 2004.
Lapisan guano dan endapan berselang seling tidak merata yang berarti tsunami terjadi tidak setiap kurun waktu yang tertentu.
Yang paling jauh terjadi sekitar 2.800 tahun yang lalu, tetapi ada empat tsunami lainnya yang terjadi dalam kurun waktu 500 tahun sebelum tsunami 2004. Para peneliti menemukan bahwa ada dua gempa bumi raksasa di wilayah tersebut sekitar tahun 1393 dan 1450 yang hanya berjarak beberapa dekade.
Apa yang bisa kita tarik pelajaran dari itu adalah bahwa gempa besar dan tsunami 2004 tidak berarti bencana tersebut tidak akan terjadi lagi selama 500 tahun ke depan. Para peneliti juga menemukan bahwa semakin dekat dengan saat ini, tsunami semakin sering terjadi. Meskipun para peneliti tersebut tidak mengeluarkan peringatan bahwa kita (masarakat aceh) akan kembali mengalami gempa bumi besar lagi dalam waktu dekat, tapi itu menunjukkan bahwa waktu benar-benar dapat bervariasi.
Gempa yang memicu tsunami 2004 membuat para ilmuwan terkejut karena patahan yang melepaskan energi secara tiba-tiba yang menghasilkan gempa megathrust sudah tenang selama ratusan tahun.
Dan sejak gempa besar terakhir menyerang lebih dari 500 tahun sebelumnya, tidak ada sejarah lisan yang masih hidup yang bisa membantu masarakat setempat memahami risiko.
Kepulauan Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki kondisi geologi yang menarik. Menarik karena gugusan kepulauannya dibentuk oleh tumbukan lempeng-lempeng tektonik besar.
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Tumbukan Lempeng Eurasia dan Lempeng India-Australia mempengaruhi Indonesia bagian barat (lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara), sedangkan pada Indonesia bagian timur (utara Irian dan Maluku utara), dua lempeng tektonik ini ditubruk lagi oleh Lempeng Samudra Pasifik dari arah timur.
Zona Subduksi Indonesia
Menurut para ahli,Gempa megathrust mungkin terjadi di sepanjang Cincin Api di cekungan Samudra Pasifik. Gempa bumi berukuran di atas berkekuatan 9 pada skala Richter dapat diproduksi oleh sebagian besar zona subduksi - di mana satu lempeng tektonik bergerak di bawah yang lain - sepanjang Cincin Api.
Penelitian yang diterbitkan online oleh Buletin Seismologi Society of America, telah menghitung "kemungkinan gempa berkekuatan maksimum dalam beberapa kurun waktu". Mereka menghitung besarnya kemungkinan atas berbagai periode waktu, termasuk 250 tahun, 500 tahun dan 10.000 tahun.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar zona subduksi mampu menghasilkan gempa bumi di atas Magnitude 8.5 selama periode 250 tahun, M8.8 selama 500 tahun dan M9 dalam 10.000 tahun.
"Bisakah kita tahu persis, magnitud maksimum absolut? Jawabannya adalah TIDAK, bagaimanapun, para ahli hanya mengembangkan metodologi sederhana untuk memperkirakan peluang magnitud terbesar dalam jangka waktu tertentu.
"[Namun] hanya karena zona subduksi belum menghasilkan gempa berkekuatan 8,8 pada 499 tahun, bukan berarti gempa akan terjadi tahun depan. Demikian juga jika gempa berkekuatan 9 baru saja terjadi beberapa tahun lalu, bukan berarti kita aman dari gempa sebesar itu untuk 10000 tahun ke depan. Para ahli diatas hanya berbicara tentang probabilitas."
Seperti bukti yang ditemukan di sebuah gua dekat pantai di aceh pada tahun 2011 lalu. Di dalam Gua tersebut sepanjang ribuan tahun dihuni oleh banyak kelelawar yang membuat lantai gua penuh dengan guano (kotoran kelelawar). Dan karena tiap terjadi tsunami, gua tersebut terisi dengan endapan dasar laut yang dibawa oleh gelombang tsunami ke dalam gua, maka guano dan endapan dasar laut terbentuk berlapis lapis selang-seling di dasar gua.
Lapisan endapan dan guano di lantai gua
Dari lapisan guano dan endapan ini, para ahli dapat memperkirakan kapan saja gempa yang menghasilkan tsunami pernah terjadi menghantam pesisir aceh.
Analisis radiokarbon dari material, termasuk kulit kerang dan sisa-sisa organisme mikroskopis, memberikan bukti bahwa telah terjadi 11 tsunami sebelum 2004.
Lapisan guano dan endapan berselang seling tidak merata yang berarti tsunami terjadi tidak setiap kurun waktu yang tertentu.
Yang paling jauh terjadi sekitar 2.800 tahun yang lalu, tetapi ada empat tsunami lainnya yang terjadi dalam kurun waktu 500 tahun sebelum tsunami 2004. Para peneliti menemukan bahwa ada dua gempa bumi raksasa di wilayah tersebut sekitar tahun 1393 dan 1450 yang hanya berjarak beberapa dekade.
Apa yang bisa kita tarik pelajaran dari itu adalah bahwa gempa besar dan tsunami 2004 tidak berarti bencana tersebut tidak akan terjadi lagi selama 500 tahun ke depan. Para peneliti juga menemukan bahwa semakin dekat dengan saat ini, tsunami semakin sering terjadi. Meskipun para peneliti tersebut tidak mengeluarkan peringatan bahwa kita (masarakat aceh) akan kembali mengalami gempa bumi besar lagi dalam waktu dekat, tapi itu menunjukkan bahwa waktu benar-benar dapat bervariasi.
Gempa yang memicu tsunami 2004 membuat para ilmuwan terkejut karena patahan yang melepaskan energi secara tiba-tiba yang menghasilkan gempa megathrust sudah tenang selama ratusan tahun.
Dan sejak gempa besar terakhir menyerang lebih dari 500 tahun sebelumnya, tidak ada sejarah lisan yang masih hidup yang bisa membantu masarakat setempat memahami risiko.
No comments:
Post a Comment