Mereka percaya bahwa dengan memisahkan unsur-unsur pembentuk sesuatu, pada akhirnya dapat diketahui sebuah partikel yang menjadi unsur pertama pembentuk sesuatu tersebut.
Oleh karena itu, kita menyaksikan bahwa para ilmuwan kuno menganggap air, udara, api dan tanah sebagai unsur pertama terbentuknya alam semesta dan beberapa yang lain berbicara tentang keberadaan sebuah unsur yang penuh teka-teki dan mereka menyebutnya sebagai rahasia penciptaan alam. Unsur yang penuh teka-teki itu sekarang dikenal sebagai atom dan kemudian para ilmuwan menyingkapnya melalui eksperimen di laboratorium-laboratorium riset. Atom tersusun dari inti atom dan itu dikenal sebagai partikel pertama penciptaan.
Kitab suci al-Quran dalam sejumlah ayatnya, menyinggung fenomena-fenomena yang menyita pikiran dan menakjubkan seperti penciptaan. Proses penciptaan alam semesta dan dunia serta tahapan-tahapannya, dapat ditemukan secara acak di berbagai ayat al-Quran. Di ayat-ayat itu, kadang asap (Dukhan) atau air disebutkan sebagai partikel dasar terbentuknya langit dan bumi. Abdul Ghani Khatib dalam sebuah bukunya menulis, "Tuhan pertama kali menciptakan air dan bersamanya ia ciptakan unsur-unsur lain. Kemudian ia hembuskan suhu yang sangat panas sehingga keluar uap darinya... uap itu seperti asap, tebal dan pekat. Kemudian Tuhan mengubah asap itu menjadi padat dan menjadikannya bentuk yang berbeda."
Berkenaan dengan penciptaan alam semesta, Imam Muhammad al-Baqir as mengatakan, "Semua yang ada adalah air dan Arsh Tuhan berada di atasnya, kemudian Tuhan menciptakan sebuah ledakan di air dan setelah itu, ia memadamkan bara dan lidahnya dan kemudian muncul asap yang menjadi materi terbentuknya langit." (Tafsir Nur al-Tsaqalain, jil 4, hal 540)
Al-Quran dalam surat Fussilat ayat 11, menyinggung masalah penciptaan langit dari asap dan berfirman, "Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Seorang mufassir besar Islam, Ayatullah Makarim Shirazi ketika menafsirkan ayat 11 surat Fussilat, menulis, "Kalimat (langit itu masih merupakan asap) menunjukkan bahwa penciptaan langit dimulai dari tumpukan dan gumpalan asap yang sangat besar dan ini sepenuhnya sesuai dengan riset terbaru tentang dimulainya penciptaan. Sekarang, kebanyakan bintang juga dalam bentuk tumpukan gas dan asap yang padat." (Tafsir Nemune, jil 20, hal 228)
Beberapa mufassir dengan memperhatikan ayat 27-32 surat an-Nazi'at, meyakini bahwa langit diciptakan sebelum bumi dan setelah itu barulah muncul air, tumbuh-tumbuhan dan gunung-gunung. Tahapan tersebut sesuai dengan penegasan sains modern." Dalam surat an-Nazi'at ayat 27-32 disebutkan, "Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh."
Seorang fisikawan Rusia, George Gamow juga menganggap asap sebagai partikel pertama terbentuknya bintang-bintang dan mengatakan, "Sebuah argumentasi astronomi mengantarkan kita pada realita ini bahwa bintang-bintang langit yang tak terhitung jumlahnya memiliki awal dan semua mereka muncul dari asap yang sangat panas."
Menurut lahiriyah ayat-ayat al-Quran dapat disimpulkan bahwa langit dan bumi muncul setelah sebuah fase yang disebut asap oleh al-Quran. Dan sebelum asap, ada sebuah fase lain di mana air terkadang memainkan peran penting di dalamnya. Beberapa pakar tafsir menerjemahkan kata "Ma'" terkait penciptaan alam dengan air. Tapi, beberapa yang lain menganggapnya sebagai benda cair dan panas, di mana berbagai jenis gas yang panas dan pekat keluar dari benda itu. Kemudian gas tersebut menjadi padat dan beku dan begitulah munculnya bumi, bintang-bintang dan planet-planet.
Ulasan ini paling tidak sejalan dengan Teori Ledakan Besar (Bing Bang Theory). Akan tetapi, mengingat ada beragam teori tentang penciptaan alam semesta dan sampai sekarang belum satu pun terbukti dengan pasti, maka hipotesa-hipotesa tersebut tidak bisa disandarkan pada al-Quran.
Teori Ledakan Besar mengungkapkan bahwa alam semesta termasuk bumi dan isinya itu terbentuk dari sebuah ledakan besar. Teori ini menyatakan adanya "awal atau permulaan" pada alam semesta, yang disebabkan oleh Big Bang. Berdasarkan pemodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut.
Salah satu bukti yang menunjukkan alam semesta berasal dari sebuah ledakan besar adalah terdapatnya kandungan Hidrogen dan Helium yang tersebar di seluruh jagat raya. Jika alam semesta tidak memiliki awal, seharusnya Hidrogen telah menghilang dari alam semesta ini diakibatkan perubahan atom Hidrogen menjadi atom Helium. Ini bukti yang ditemukan dari penelitian yang panjang. Akhirnya, para ilmuwan di dunia mengakui kebenaran bahwa alam semesta lahir dari sebuah ledakan besar yang tentu saja diciptakan keberadaannya. Namun, jika kita ingin melihat jauh sebelum Big Bang, apa yang harus kita lalukan? Apa yang terjadi sebelum Big Bang? Kekuatan apa yang telah menciptakan itu semua
Al-Quran dalam berbagai ayatnya, tidak hanya menyinggung partikel-partikel yang membentuk kehidupan dan penciptaan, tapi juga menjelaskan bagaimana alam semesta itu terbentuk dan masanya. Pada ayat 9-12 surat Fussilat, al-Quran memaparkan secara global tentang enam tahapan dari tahap-tahap penciptaan alam semesta. Dua tahap untuk penciptaan langit, dua tahap untuk penciptaan bumi dan dua tahap untuk penciptaan apa yang ada di antara langit dan bumi. Namun, ayat-ayat tersebut tidak menyinggung proses detail dan waktu yang dibutuhkan untuk setiap tahap.
Ayat-ayat tersebut berbunyi, "Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam". Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui."
Mengenai enam tahapan penciptaan tersebut, Ayatullah Makarim Shirazi menjelaskan, "Tahap pertama adalah tahap di mana alam semesta berbentuk gumpalan asap. Tahap kedua adalah fase di mana tumpukan-tumpukan besar dari gumpalan asap tersebut mulai terpisah dan berputar pada poros inti gumpalan. Pada tahap ketiga, tata surya termasuk matahari dan bumi, mulai terbentuk dan pada tahap keempat, bumi mulai dingin dan siap menyambut kehidupan. Pada tahap kelima, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan mulai tumbuh di bumi. Dan pada tahap keenam, hewan dan manusia mulai tampak di bumi."
No comments:
Post a Comment