Seperti kita ketahui bersama bahwa pohon kelapa banyak sekali
manfaatnya mulai dari akar, buah, batang hingga daunnya bisa
dimanfaatkan baik untuk kegiatan industri rumah tangga sampai buahnya
yang diolah menghasilkan kopra untuk dijadikan sebagai bahan utama
minyak dan obat-obatan dan diekspor sampai ke manca negara.
Tempurung kelapa yang banyak dimanfaatkan oleh beberapa orang/restoran untuk dijadikan sebagai bahan utama untuk proses pembakaran ikan bakar, namun saat ini tempurung kelapa kami jadikan sebagai bahan utama untuk salah satu metode perekrutan hewan karang individu baru yang disebut dengan “Bioreeftek”. Sudah barang tentu banyak yang menanyakan mengapa demikian, ditinjau secara etimologisnya/suku kata Bioreeftek dibagi menjadi 3 bagian yaitu : Bio=hayat/hidup dan reef=batu/gosong karang namun biasa dikenal dengan sebutan terumbu, sedangkan tek=teknologi.
Jadi disebut Bioreeftek karena substratnya terbuat dari tempurung kelapa yang berasal dari pohon kelapa sebagai bahan alami sebagai tempat settle/menempel hewan/larva planula karang individu baru. Berbagai cara pemulihan terumbu karang dari kerusakan telah banyak dilakukan, seperti transplantasi dan pembuatan terumbu karang buatan. Namun pemulihan ini membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang banyak walaupun kenyataannya cukup berhasil. Teknologi Bioreeftek merupakan salah salah jenis artificial reef (terumbu buatan) alami yang dimulai dikembangkan sejak tahun 2008 di Balai Riset dan Observasi Kelautan (sekarang Balai Penelitian dan Observasi Laut) khususnya Tim Perubahan iklim (dahulu Tim Konservasi Laut). Perlu diketahui juga bahwa ekosistem terumbu karang memiliki produktivitas organik yang sangat tinggi dibandingkan dengan ekosistem lainnya, demikian pula ekosistem hayatinya. Terumbu karang memiliki fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan/spawning gorund, tempat bermain dan tempat asuhan/nursery ground dari berbagai biota. Dalam rangka menunjang program pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan yakni Luas terumbu karang Indonesia di tahun 2010 = 10 juta hektar dan di tahun 2020 = 20 juta hektar di Kawasan Konservasi Perairan maka metode ini sangat bermanfaat karena pohon kelapa sangat banyak tumbuh di kawasan pesisir Indonesia. Adapun fungsi dari bioreeftek ini adalah untuk merekrut larva planula karang secara alami (reproduksi seksual). Setelah larva planula karang menempel pada substrat bioreeftek tersebut dilakukan pemindahan ke tempat yang ekosistem terumbu karang yang prosentasenya relatif rendah (seperti: bekas pengeboman ikan, dll).
Karang dari Jenis Acropora sp (-+ 2 tahun) yang settle di substrat alami tempurung kelapa di Pemuteran, Bali.
artikel ini disalin lengkap dari: http://lautlestari.blogspot.sg/2012/04/bioreeftek-i-rate-this-telah.html
halaman utama website: http://lautlestari.blogspot.sg/
jika mencari artikel yang lebih menarik lagi, kunjungi halaman utama website tersebut. Terimakasih!
Tempurung kelapa yang banyak dimanfaatkan oleh beberapa orang/restoran untuk dijadikan sebagai bahan utama untuk proses pembakaran ikan bakar, namun saat ini tempurung kelapa kami jadikan sebagai bahan utama untuk salah satu metode perekrutan hewan karang individu baru yang disebut dengan “Bioreeftek”. Sudah barang tentu banyak yang menanyakan mengapa demikian, ditinjau secara etimologisnya/suku kata Bioreeftek dibagi menjadi 3 bagian yaitu : Bio=hayat/hidup dan reef=batu/gosong karang namun biasa dikenal dengan sebutan terumbu, sedangkan tek=teknologi.
Jadi disebut Bioreeftek karena substratnya terbuat dari tempurung kelapa yang berasal dari pohon kelapa sebagai bahan alami sebagai tempat settle/menempel hewan/larva planula karang individu baru. Berbagai cara pemulihan terumbu karang dari kerusakan telah banyak dilakukan, seperti transplantasi dan pembuatan terumbu karang buatan. Namun pemulihan ini membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang banyak walaupun kenyataannya cukup berhasil. Teknologi Bioreeftek merupakan salah salah jenis artificial reef (terumbu buatan) alami yang dimulai dikembangkan sejak tahun 2008 di Balai Riset dan Observasi Kelautan (sekarang Balai Penelitian dan Observasi Laut) khususnya Tim Perubahan iklim (dahulu Tim Konservasi Laut). Perlu diketahui juga bahwa ekosistem terumbu karang memiliki produktivitas organik yang sangat tinggi dibandingkan dengan ekosistem lainnya, demikian pula ekosistem hayatinya. Terumbu karang memiliki fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan/spawning gorund, tempat bermain dan tempat asuhan/nursery ground dari berbagai biota. Dalam rangka menunjang program pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan yakni Luas terumbu karang Indonesia di tahun 2010 = 10 juta hektar dan di tahun 2020 = 20 juta hektar di Kawasan Konservasi Perairan maka metode ini sangat bermanfaat karena pohon kelapa sangat banyak tumbuh di kawasan pesisir Indonesia. Adapun fungsi dari bioreeftek ini adalah untuk merekrut larva planula karang secara alami (reproduksi seksual). Setelah larva planula karang menempel pada substrat bioreeftek tersebut dilakukan pemindahan ke tempat yang ekosistem terumbu karang yang prosentasenya relatif rendah (seperti: bekas pengeboman ikan, dll).
Karang dari Jenis Acropora sp (-+ 2 tahun) yang settle di substrat alami tempurung kelapa di Pemuteran, Bali.
artikel ini disalin lengkap dari: http://lautlestari.blogspot.sg/2012/04/bioreeftek-i-rate-this-telah.html
halaman utama website: http://lautlestari.blogspot.sg/
jika mencari artikel yang lebih menarik lagi, kunjungi halaman utama website tersebut. Terimakasih!
No comments:
Post a Comment