Bila
pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka
imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah
mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa
bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen.
Limfosit adalah garis pertahanan ketiga
tubuh yang merupakan sel kunci dalam sistem kekebalan.
Limfosit merespon terhadap kontak dengan mikroba dengan cara membangkitkan respon kekebalan yang efisien dan selektif, yang bekerja di seluruh tubuh untuk mengeluarkan penyerang tertentu. Sel-sel sistem kekebalan merespons dengan serupa terhadap sel-sel yang dicangkokkan dan bahkan sel-sel kanker, yang mereka deteksi sebagai sesuatu yang asing.
artikel ini disalin lengkap dari: http://yayanajuz.blogspot.co.id/2014/10/cara-terbentuknya-kekebalan-dalam-tubuh.html
halaman utama website: http://yayanajuz.blogspot.co.id
jika mencari artikel yang lebih menarik lagi, kunjungi halaman utama website tersebut. Terimakasih!
Limfosit merespon terhadap kontak dengan mikroba dengan cara membangkitkan respon kekebalan yang efisien dan selektif, yang bekerja di seluruh tubuh untuk mengeluarkan penyerang tertentu. Sel-sel sistem kekebalan merespons dengan serupa terhadap sel-sel yang dicangkokkan dan bahkan sel-sel kanker, yang mereka deteksi sebagai sesuatu yang asing.
Tubuh vertebrata mengandung dua jenis utama
limfosit. Limfosit B (sel B) dan limfosit T (sel T). Seperti makrofaga, kedua
jenis limfosit itu bersirkulasi di seluruh darah dan limfa, dan terkonsentrasi
dalam limpa, nodus limfa, dan jaringan limfatik lainnya. Karena limfosit
mengenali dan merespon terhadap mikroba tertentu dan molekul asing, maka
limfosit dikatakan memperlihatkan spesifitas. Molekul asing yang mendatangkan
suatu respons spesifik dari limfosit disebut sebagai antigen. Antigen meliputi
molekul yang dimiliki virus, bakteri, fungi, protozoa dan cacing parasit.
Sel T dan sel B terspesialisasi bagi jenis
antigen yang berlainan, dan kedua jenis sel itu melakukan aktivitas pertahanan
yang berbeda namun saling melengkapi. Salah satu cara antigen menimbulkan
respons kekebalan adalah dengan cara mengaktifkan sel B untuk mensekresi
protein yang disebut antibodi. Masing-masing antigen mempunyai bentuk molekuler
khusus dan merangsang sel-sel B tertentu untuk mensekresi antibodi yang
berinteraksi secara spesifik dengan antigen tersebut.Limfosit B dan T
membedakan antigen dengan bentuk molekular yang hanya berbeda sedikit.
Sel B dan sel T dapat mengenali antigen
spesifik karena adanya reseptor antigen yang terikat pada membran plasmanya.
reseptor pada antigen pada sel B adalah versi transmembran molekul antibodi,
yang dikenal sebagai antibodi membran (atau
imonoglobulin). Reseptor pada antigen pada sel T disebut reseptor sel T. Sebuah
limfosit sel B atau T memiliki sekitar 100.000 reseptor untuk antigen, dengan
spesifisitas yang persis sama. Reseptor yang dihasilkan oleh limfosit tunggal
ditentukan oleh kejadian genetik acak yang terjadi dalam limfosit tersebut
selama perkembangan awalnya. Dengan keanekaragaman limfosit, sistem kekebalan
mempunyai kekebalan untuk merespon jutaan molekul antigenik yang berbeda dan
memiliki kemampuan merespon terhadap jutaan patogen potensial yang berlainan.
a. Antigen Berinteraksi dengan Limfosit Spesifik
Mikroorganisme penginfeksi hanya berinteraksi dengan
limfosit yang mengandung reseptor spesifik terhadap berbagai antigenik yang
dimilikinya. Masing-masing limfosit terseleksi itu diaktifkan untuk membelah
dan untuk berdifrensiasi, dan akhirnya membentuk dua klon sel. Satu klon atas
sejumlah besar sel efektor, yaitu
sel-sel berumur pendek yang melawan dan menyerang antigen yang sama. Klon lain
terdiri atas sel memori, yaitu sel
berumur panjang yang mengandung reseptor spesifik untuk antigen yang sama. Sel
memori disiapkan untuk berproliferasi atau memperbanyak diri dan berdifrensiasi
secara cepat ketika sel-sel itu nantinya mengadakan kontak dengan antigen yang
sama.
Perbanyakan dan difrensiasi limfosit secara selektif
yang terjadi saat pertama kali tubuh terpapar suatu antigen disebut respon
kekebalan primer. Sejak pemaparan awal antigen diperlukan waktu sekitar 10-17
hari bagi limfosit terselksi untuk membangkitkan respon sel efektor yang
maksimum. Jika individu terpapar antigen yang sama lagi beberapa waktu
kemudian, respon akan menjadi lebih cepat (hanya 2 sampai 7 hari), dengan
besaran respon yang lebih hebat dan lebih lama. Inilah yang disebut sebagai
respon kekebalan sekunder. Kemampuan sistem kekebalan untuk membangkitkan
respon kekebalan sekunder merupakan dasr dari memori imunologis.
b.
Perkembangan
Limfosit Menghasilkan Sistem Kekebalan yang Membedakan “diri sendiri” (self)
dari yang “bukan diri sendiri” (nonself)
Limfosit berasal dari sel induk pluripoten di sumsum
tulang atau hati janin yang sedang berkembang. Limfosit yang bermigrasi dari
sumsum tulang ke timus, berkembang menjadi sel T (“T” dari kata timus).
Limfosit yang tetap berada dalam sumsum tulang dan meneruskan pematangannya
disana akan menjadi sel B.
Ø Toleransi
Kekebalan terhadap “Diri Sendiri” (self)
Ketika sel B dan sel T mengalami pematangan,
reseptor antigennya diuji untuk reaktivitas “diri sendiri”. Limfosit yang
mengandung reseptor yang spesifik untuk molekul yang telah ada dalam tubuh
dibuat menjadi tidak fungsional atau dirusak, sehingga yang tersisa hanya
limfosit yang bereaksi dengan molekul asing. Kemampuan untuk membedakan diri
sendiri dari yang bukan diri sendiri terus berkembang bahkan ketika sel itu
bermigrasi ke organ limfatik. Tubuh secara normal tidak mempunyai limfosit dewasa
yang bereaksi dengan komponen diri sendiri (Toleransi
terhadap Diri Sendiri). Kegagalan mengembangkan sifat toleransi “diri
sendiri” dapat mengakibatkan penyakit autoimun seperti multiple scerosis.
Ø Peranan
Marka (Penanda)Permukaan Sel dalam Fungsi dan Perkembangan Sel T
Sel T mempunyai suatu interaksi yang sangat penting
dengan salah satu kelompok penting molekul asli. Molekul tersebut merupakan
kumpulan glikoprotein permukaan sel yang dikode oleh sebuah keluarga gen yang
disebut sebagai kompleks histocompatibilitas mayor (MHC). MHC merupakan suatu
sidik jari biokimiawi yang dapat dikatakan unik bagi setiap individu. Dua kelas
utama molekul MHC menandai sel tubuh sebagai “diri sendiri”. MHC kelas I
ditemukan pada semua sel bernukleus, yaitu pada setiap sel tubuh. Molekul MHC
kelas II terbatas hanya pada beberapa jenis sel khusus yang meliputi makrofaga,
sel B, sel T yang telah diaktifkan dan sel-sel yang menyusun bagian interior
timus. Sel T yang sedang berkembang berinteraksi dengan sel-sel timus, yang
mengandung kadar molekul MHC kelas I dan molekul MHC kelas II yang tinggi.
Hanya sel T yang mengandung reseptor dengan afinitas untuk MHC-self yang
mencapai pematangan.
Satu komponen penting respons kekebalan
adalah MHC, yang memperlihatkan suatu kombinasi dari diri sendiri (molekul MHC)
dan bukan diri sendiri (fragmen antigen) yang dikenali oleh limfosit T
spesifik. Molekul MHC dan interaksinya dengan sel T sangat penting bagi suatu
sistem kekebalan yang fungsional. Tugas suatu molekul MHC adalah penyajian
(presentasi) antigen. Masing-masing molekul MHC menggendong fragmen antigen
protein dalam lekukan berbentuk ayunan dan menyajikannya ke sel T. Sel T Sitotoksik (Tc) mempunyai
reseptor antigen yang terikat dengan fragmen antigen yang diperlihatkan oleh
molekul MHC kelas I tubuh. Sel T helper
(Th) mempunyai reseptor yang terikat dengan fragmen antigen yang diperlihatkan
oleh molekul MHC kelas II tubuh. Masing-masing kombinasi MHC antigen akan
membentuk kompleks yang unik yang dikenali oleh reseptor antigen spesifik pada
sel T tertentu.
artikel ini disalin lengkap dari: http://yayanajuz.blogspot.co.id/2014/10/cara-terbentuknya-kekebalan-dalam-tubuh.html
halaman utama website: http://yayanajuz.blogspot.co.id
jika mencari artikel yang lebih menarik lagi, kunjungi halaman utama website tersebut. Terimakasih!
No comments:
Post a Comment