Foto diatas adalah foto yang diambil di teluk alaska, |
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan MENJADIKAN PEMISAH ANTARA DUA LAUT? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. (QS 27:61)
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing (QS 55:19-20)
Ada tiga ayat dalam Quran yang menjelaskan dua lautan yang terpisah. Banyak yang menafsirkan maksud dari lautan yang terpisah ini adalah fenomena alam yang bernama Halocline.
Halocline adalah sebuah zona vertikal di dalam laut dimana kadar garam berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan kedalaman. Perubahan kadar garam ini akan mempengaruhi kepadatan air sehingga Zona ini kemudian berfungsi sebagai dinding pemisah antara air asin dan air tawar.
Air asin memiliki kepadatan yang lebih besar dibandingkan air tawar. Ini membuat ia memiliki berat jenis yang juga lebih besar. Karena itu wajar kalau air tawar berada di atas air asin. Ketika kedua jenis air ini bertemu, ia akan membuat lapisan halocline yang berfungsi menjadi pemisah antara keduanya. Peristiwa ini tidak hanya terjadi di semua pantai atau bagian di laut, namun juga sering dijumpai terjadi di gua-gua air yang terhubung ke laut seperti Cenote angelita.
Dalam deskripsinya mengenai Cenote Angelita, Anatoly Beloschin, (Jadi BUKAN Jacquest Yves Cousteau seperti yang di ceritakan di banyak blog). seorang fotografer profesional mengatakan : "Di kedalaman 30 meter, air tawar, lalu pada kedalaman 60 meter, air asin, dan dibawah saya melihat sebuah sungai, pulau dan daun-daun yang jatuh."
Jika kita menyelam ke dalam Cenote Angelita, kita akan menemukan air tawar pada kedalaman 30 meter pertama yang kemudian diikuti dengan air asin pada kedalaman 60 meter. Pada kedalaman itu juga kita bisa melihat sungai dan pohon-pohon di dasarnya.
Perbatasan antara air asin dan air tawar (Halocline) pada Cenote Angelita berada pada kedalaman sekitar 33 meter.
Dalam kasus Cenote ini, air tawar di permukaan berasal dari air hujan. Jika ingin lebih jelas, kalian bisa membuat halocline sendiri di rumah. Caranya, masukkan air asin ke dalam sebuah gelas hingga setengah gelas terisi. Lalu, taruh spon di atas air. Setelah itu, tuangkan air tawar perlahan-lahan ke dalam gelas. Maka lapisan halocline akan tercipta sehingga air tawar yang masuk tidak bercampur dengan air asin yang dibawahnya.
Dari foto di atas, kita bisa melihat kalau pohon di dasar Cenote Angelita mirip dengan pohon yang ada di darat. Kita tahu kalau pohon membutuhkan sinar matahari untuk fotosintesis. Jadi bagaimana mereka bisa hidup di dasar air yang gelap dan dalam? Jawabannya atas pertanyaan ini sebenarnya sangat sederhana, yaitu: Tidak ada pohon yang hidup di dasar Cenote! Kebanyakan dari kita salah menginterpretasikan kalimat Anatoly Beloschin. Ia hanya mengatakan kalau ia melihat daun-daun yang jatuh. Ini jelas terlihat dari foto-foto yang diambilnya kalau batang-batang pohon itu adalah pohon-pohon yang mati dan daun yang dimaksud adalah daun yang berserakan di dasar Cenote. Anatoly tidak pernah mengatakan melihat pohon hidup di dasar Cenote. Lalu pertanyaannya, darimana asalnya batang pohon dan daun-daunan tersebut? Jawabannya adalah karena Cenote ini terletak di tengah Hutan. Tentu wajar jika ada batang pohon dan dedaunan yang jatuh ke dalam dasar Cenote.
Penemuan Sungai raksasa dibawah Laut
Selain contoh-contoh Halocline di Alaska dan Cenote Angelita,
Pertengahan tahun 2010 ditemukan sebuah sungai raksasa di kedalaman Laut
Hitam. Temuan ini dilakukan oleh seorang ilmuwan Inggris bernama Dr Dan
Parsons, pemimpin tim peneliti dari Sekolah Tinggi Ilmu Bumi dan
Lingkungan, Universitas Leeds.Penemuan ini dilakukan Parsons dan timnya dengan menggunakan kapal selam robot untuk memindai dasar laut yang ada di dekat Turki. Hasilnya, ada sungai yang sangat lebar di kedalaman Laut Hitam. Letaknya di Selat Bosphorus yang mengalir dari Mediterania ke Laut Hitam. Aliran air sungai bawah tanah itu disebabkan perbedaan kadar garam/salinitas.
Sungai yang ditemukan di dasar Laut Hitam itu memiliki kedalaman 115 kaki dan lebarnya lebih dari setengah mil. Seperti halnya di daratan, sungai di bawah laut itu memiliki saluran, anak sungai, dataran banjir, aliran deras air, dan bahkan air terjun. Jika berada di daratan, para ilmuwan memperkirakan perairan yang ditemukan di Laut Hitam adalah sungai keenam terbesar di dunia dalam hal jumlah air yang mengalir.
Kepada Sunday Telegraph, Dan Parsons menjelaskan bahwa air sungai bawah laut itu memiliki densitas lebih tinggi dibandingkan air lainnya. ''Kepadatan air di sana (sungai itu) lebih padat dari air laut di sekitarnya karena memiliki salinitas (kadar garam) yang lebih tinggi dan membawa begitu banyak sedimen.''
Mereka memperkirakan air asin dan sedimen yang ada di sungai bawah laut ini 350 kali lebih besar dibandingkan Sungai Thmaes di Inggris. Ia menambahkan, sungai itu mengalir dari laut dan keluar melalui daratan abisal, seperti halnya sungai di darat. Demikian penjelasan Parsons seperti dimuat Daily Mail, edisi Ahad, 01 Agustus 2010. Dr Parsons menjelaskan, sungai bawah tanah di dasar Laut Hitam itu mengalir dengan kecepatan sekitar empat mil per jam, mengalirkan 22.000 meter kubik air per detik. Atau 10 kali lebih besar dari sungai terbesar di Eropa, Rhine.
No comments:
Post a Comment