Untuk
menciptakan suatu karya tentunya kita membutuhkan perangkat alat dan
bahan, disamping ketrampilan yang dimiliki.
Dalam dunia seni rupa dibutuhkan juga alat dan kelengkapan lainnya.
Dalam dunia seni rupa membutuhkan kelengkapan berupa alat, bahan dan
media. Berikut ini akan dibahas satu persatu, secara komprehensif
intinya agar kita tahu cara penggunaannya dalam praktik seni rupa.
a. Kuas.
1. Bright brush.
2. Flat brush.
3. Round brush.
4. Filbert brush.
5. Ficth brush.
6. Fan blender brush.
b. Palet Cat.
Sedangkan palet khusus untuk cat air adalah palet yang mempunyai bentuk yang khusus yaitu palet dengan lubang atau cekungan untuk tempat cat air. Hal ini dikarenakan cat air mempunyai karakter yang cair sekali bukan seperti pasta. Selain itu palet cat air harus terbuat dari bahan yang tidak menyerap air. Dan biasanya terbuat dari porselen (keramik) dan bahan-bahan lain seperti plastik, fiber, ataupun logam yang tidak berkarat seperti alumunium.
c. Pisau Palet.
Ø Pallete knives (pisau palet).
Ø Painting knives (pisau lukis)
e. Penghapus/setip.
f. Pena.
g. Bulu Unggas.
h. Jangka.
i. Penggaris.
j. Pantograph.
k. Tatah.
l. Alat Cukil.
2. Media dalam Seni Rupa.
Dalam seni rupa media merupakan unsur penting untuk menciptakan sebuah karya seni yang artistik. Dalam pembahasan berikut akan difokuskan pada media seni rupa dua dimensional, yaitu seni lukis dan seni grafis yang lebih dikenal dan mudah dipraktikan di masyarakat. Penciptaan seni lukis dan grafis murni yang cenderung praktis dan mudah untuk dipraktikan, membuat seni rupa ini cukup populer dan akrab di masyarakat. Dan pembagian media dalam seni rupa intinya dibagi dua yaitu :
1. Pensil/potlood.
Sebelum pensil yang kita kenal sekarang pada abad 15, nama potlood lebih dikenal pada waktu itu. Dimana pada waktu itu sesuai dengan namanya, pembuatan pensil dari bahan baku timah hitam (lead/lood) yang dimasukan kedalam selongsong kayu(pot). Tetapi dalam perkembangannya potlood mengalami perubahan dalam komposisi bahan bakunya.
Baru pada tahun 1662 pensil menggunakan bahan utama grafit mulai dibuat. Kemudian bahan grafit tadi digunakan untuk menggantikan timah hitam dalam selongsong kayu. Perkembangan modernisasi kemudian menjadikan potlood semakin menarik dalam bentuknya. Bentuk pensil atau potlood yang sekarang mempunyai selongsong dari bahan plastik, logam, dan karet.
Sedangkan untuk komposisi dari pensil sendiri terdiri dari grafit sebagai bahan utama dicampur dengan tanah liat dan bahan pengikat(binder). Bahan-bahan tadi kemudian dicampur dan dicetak dalam bentuk silinder kecil, yang kemudian dimasukan kedalam selongsong kayu. Untuk produk pabrikan potlood sudah diatur keras lunaknya, tergantung dari dari banyak sedikitnya komposisi bahan campurannya.
Sedangkan tingkatan potlood diberi kode atau tanda masing-masing menurut spesifikasi penggunaannya. Kode H (hard) keras dan B (boldness) untuk pensil yang jenis lunak sekaligus hitam dalam goresannya. Jumlah tingkatan pensil untuk kelompok H ada sembilan (9H) tingkatan, dan semakin besar nilai tingkatannya maka akan semakin keras. Sedangkan untuk B ada delapan tingkat (8B), semakin besar tingkatannya maka akan semakin lunak dan tebal. Kelompok tingkatan H biasanya dipakai untuk menggambar teknik, dan kelompok B untuk menggambar bebas. Sedangkan tingkatan yang medium diberi kode HB dan digunakan untuk menulis.
Tetapi kelebihan dari pensil konte dapat dibuat runcing, sehingga dapat dipakai untuk membuat detail-detail garis yang halus ataupun arsiran. Cara meruncingkan pensil konte sama dengan pensil yang lain, yaitu dengan meraut dengan rautan dapat juga dengan pisau cutter. Pensil jenis ini nama sebenarnya adalah potlood arang gambar, tetapi kita sudah terlanjur menyebutnya dengan pensil konte. Nama konte sebenarnya diambil dari penemu potlood/pensil seperti sekarang ini yaitu Nicholas Jaques Conte.
Batang arang gambar ini dibuat dari ranting pohon linde dan anggur, dengan panjang kira-kira 15 cm. Dan arang gambar terdapat dalam berbagai bentuk baik tebal dan tipis, atau berdasarkan tingkat keras atau lunaknya. Untuk meruncingkan batang arang gambar dapat dengan menggunakan kertas amplas dapat juga dengan pisau. Kelemahan dari arang gambar adalah rapuh dalam artian mudah patah.
4. Konte Serbuk/arang serbuk.
Alat tersebut berbentuk seperti pensil, dan terbuat dari kertas yang digulung secara padat. Alat ini dapat dibuat sendiri dengan menggunakan kertas koran, karena didaerah kita susah untuk mendapatkan alat jenis ini. Kata doezelaar sendiri berasal dari bahasa Belanda, dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah stump, dan dalam bahasa Prancis disebut tortilon. Dengan alat dusel tersebut dapat diperoleh gelap terang, tebal tipis hanya dengan mengubah tekanan pada waktu menggosok.
5. Pastel.
Untuk komposisi pastel terdiri dari pigmen warna, kapur, bahan pengikat/binder untuk merekatkan pigmen dan kapur. Ketiga bahan tersebut dicampur dan diolah sampai menjadi bentuk pasta yang kemudian dicetak menjadi bentuk batangan. Warna-warna yang ada pada pastel dapat diperoleh dari percampuran bahan-bahan tersebut. Semakin muda warna pastel, maka semakin banyak campuran kapurnya daripada pigmen warnanya. Semakin tua warna pastel maka semakin banyak campuran pigmen, semakin sedikit campuran kapurnya.
Teknik melukis atau menggambar dengan pastel merupakan teknik paling sederhana dan praktis, karena dapat langsung digoreskan pada bidang gambar atau kertas. Warna-warna pastel dapat langsung muncul tanpa menunggu kering dan warna tidak berubah setelah digoreskan (warna-warna pada cat air dan cat minyak kadang berubah setelah cat mengering). Untuk menghasilkan goresan yang bervariasi dari pastel, dapat digunakan teknik gosok (dusel), teknik kerok, dll.
6. Pensil warna.
Teknik yang digunakan dalam menggambar juga sama, yaitu dengan teknik arsir (garis), dan juga blok (bidang), dapat juga dengan teknik gosok (dusel). Untuk komposisi dari pensil warna sendiri antara lain terdiri dari pigmen warna, bahan pengikat (binder). Pengaplikasian pensil warna untuk menggambar ilustrasi dan juga menggambar dengan teknik kering pada skala kecil. Proses menggambar dengan pensil warna dituntut untuk bersabar, dikarenakan perolehan warna atau bidang-bidangnya cukup lama. Hal ini dikarenakan dalam penggunaan pensil warna dengan teknik utama garis yaitu teknik arsir.
7. Spidol.
b. Media basah.
1. Cat Minyak (oil colour).
Dan pemikiran atau ide tersebut berimbas pada bidang seni, tak terkecuali seni rupa. Dimana seniman pada waktu itu mencoba menciptakan atau menggambar bentuk-bentuk alam semirip mungkin (realistik). Dan para seniman dan juga para ahli pada waktu itu mencoba bereksperimen, dalam rangka memenuhi kebutuhan melukis yang realistik. Eksperimen yang mereka lakukan ternyata melalui proses yang yang sangat panjang. Hingga pada akhirnya tercipta sebuah media yang dapat memenuhi kebutuhan dalam melukis pemandangan, manusia, tumbuhan dan bianatang serealistik mungkin.
Bentuk cat minyak pertama kali belum mencapai kesempurnaan, dimana pada waktu masih dalam bentuk cat tempera dan dicampur dengan minyak dan varnish. Dan yang mempelopori dalam penggunaan cat minyak jenis pertama ini adalah seorang pelukis Antonello da Massina (1430-1479). Dan penggunaan cat minyak yang pertama ini kemudian disempurnakan oleh pelukis dari daerah Flam (Belanda), yaitu Jan Van Eyck (1385-1441). Dan kebanyakan ahli sejarah menyimpulkan bahwa penemu cat minyak adalah Jan Van Eyck, dimana pada waktu itu hasil lukisan dari pelukis Belanda tersebut lebih modern dari pada pendahulunya.
Perkembangan selanjutnya adalah penyempurnaan dari bentuk cat minyak, yang mulai diproduksi massal pada abad ke 19 bertepatan dengan revolusi industri di Eropa. Bentuk cat minyak yang tadinya masih terpisah-pisah antara bahan dasar dan minyaknya, sekarang dikembangkan menjadi bentuk pasta yang lunak serta dikemas dalam kemasan tube. Dan ini mengakibatkan teknik melukis dengan cat minyak makin populer dan digemari, karena mempunyai nilai kepraktisan dan flexibilitas dalam pemakaiannya. Sehingga sampai sekarang teknik cat minyak merupakan teknik yang utama dalam seni lukis. Untuk merk dagang dari cat minyak sendiri bermacam-macam, mulai dari greco, winton, louvre, lefranc, van gogh dan rembrant.
2. Cat Tempera.
Kata tempera sendiri berasal dari bahasa Italia yaitu Temperare yang berarti mencampur. Cat tempera sendiri merupakan pencampuran dari pigmen warna dan kuning telur atau bahan lainnya. Kuning telur disini berfungsi sebagai pengikat atau binder. Penggunaan kuning telur merupakan cara klasik dalam pembuatan cat tempera. Dikarenakan kuning telur merupakan bahan yang bagus dan alami. Dan kuning telur yang dipakai dari jenis telur ayam, dan yang diambil hanya kuning telurnya saja. Dimana secara kimiawi kuning telur mengandung zat antara lain, air, minyak dan phospor yang mempunyai sifat mengkilap.
Proses pembuatan cat tempera sendiri cukup mudah, yaitu dengan mencampur kuning telur dengan air secukupnya dan ditambah sedikit cuka. Setelah semua itu tercampur kemudian dapat langsung dicampur dengan pigmen warna. Apabila tidak ada pigmen warna, maka dapat diganti dengan cat air. Kelemahan dari cat tempera kuning telur ini adalah tidak dapat bertahan lama pada cuaca yang panas. Maka dari itu untuk menjaga ketahanannya dapat dimasukan pada kamar atau tempat yang bersuhu dingin.
Seiring dengan perkembangan zaman dan pemikiran, cat air mengalami perubahan bentuk yang lebih praktis. Cat air dalam bentuk tube dibuat kira-kira pada tahun 1900, dan sampai sekarang merupakan cat air yang populer dan banyak digunakan. Komposisi cat air sendiri terdiri dari pigemen warna, binder pengikat, moisture, plasticizer, wetting agent, preservative, dan odorant. Pigmen yang dipakai adalah pigmen berbentuk tepung, sedangkan binder pengikat yang dipakai dari jenis arabic gum. Sedangkan fungsi moisture adalah sebagai zat yang berfungsi agar cat air tetap lembab (dalam tube), serta melindungi cat air supaya tidak retak atau mengeras. Plasticizer merupakan zat pemlastikan untuk membuat lapisan cat menjadi elastis, dengan demikian mencegah lapisan cat tidak retak.
Wetting agent merupakan cairan yang ditambahkan dalam cat air dalam jumlah sedikit, fungsinya adalah mereduksi air agar menjalar secara merata pada permukaan kertas.
Preservative adalah zat pelindung yang berfungsi melindungi lapisan cat air pada bidang kertas, agar tidak dimakan oleh serangga. Jadi zat ini merupakan disinfectan atau zat anti hama. Sedangkan yang terakhir adalah odorant, zat yang berfungsi sebagai pewangi dalam hal ini yang biasa dipakai adalah minyak cengkeh. Untuk merk dagang dari jenis cat air cukup bervariasi, mulai dari merk osama, sakura, guitar, pentels, meries, winton dll. Teknik yang dipakai dalam cat air adalah teknik transparant/aquarel (banyak air).
4. Cat Poster.
5. Tinta.
Tinta sebagai media artistik yang canggih kemudian dikembangkan pada abad ke-7 dan ke-8 di China. Kira-kira pada waktu itu diajarkan dalam kehidupan beragama, sejarah dan keseharian, proses menggambar dengan menggunakan kuas dan bulu unggas. Proses menggambar tersebut dilakukan di gulungan kertas atau lembaran sutra, karya-karya seni yang detail ini adalah pelopor yang paling mendekati karakteristik dari jenis gambar pena.
Kemudian di Eropa tepatnya pada periode Renaisans, alat-alat baru dikembangkan untuk meningkatkan presisi dan detail dari tinta, seperti dari pecahan logam tajam, yang dikenal sebagai metalpoint. Karena sifat keabadiannya, gambar tinta menuntut praktek dan kesempurnaan. Untuk alasan ini, banyak seniman menggunakan media tinta untuk studi mereka. Leonard Da Vinci menciptakan banyak gambar studi rinci tentang anatomi manusia, penemuan mekanik, serta gambar gambar, yang mencontohkan berbagai hasil karya yang bagus dan artistik dari media tinta.
Untuk komposisi dari tinta tradsional terbuat dari bahan-bahan yang alami. Bahan pembuatan tinta pada waktu itu dengan pemanfaatan tumbuhan alami (pewarna tanaman), hewan, dan tinta mineral berdasarkan materi seperti grafit dicampur dengan air dan diaplikasikan dengan kuas tinta. Dan pada abad ke 15 tinta dikembangkan lagi dengan bahan yang berbeda diantaranya dari jelaga, lem, dan air. Penggunaan tinta sendiri untuk membuat sketsa awal, menggambar ilustrasi, dan melukis. Sedangkan alat yang digunakan antara lain bulu unggas, pena, kuas, dan bisa juga dari bambu yang dibuat runcing seperti pena.
6. Pylox.
Kelemahan dari media ini adalah tidak dapat menciptakan bentuk-bentuk yang detail, hanya untuk mewarnai, membuat bidang, dan garis. Untuk keawetan dari cat jenis ini memang tergolong cukup kuat tidak mudah luntur. Dan kelemahan yang lain adalah kita tidak dapat mencampur warna sesuai keinginan kita, warna pylox sudah dikemas secara pabrikan. Jika terpaksa mencampur/menumpuk dapat dilakukan pada saat menyemprot pada permukaan bidang gambar.
3. Bahan dalam seni rupa.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan kertas yang semakin diperlukan dalam kehidupan. Kira-kira pada abad ke 15 kertas mulai dibuat secara masinal(dengan mesin), dan dibuat dalam skala besar.
Bersamaan pula dengan ditemukannya mesin cetak oleh Johhanes Guttenberg. Dan sejak saat itu kertas mulai banyak digunakan untuk membuat karya seni, seperti sketsa, gambar ilustrasi, gambar, dll. Dalam pembuatan kertas secara modern terbuat dari bahan serat tumbuh-tumbuhan dan dihaluskan serta melalui proses kimiawi. Dewasa ini kebanyakan bahan baku dari kertas adalah dari bahan kayu.
Kertas gambar adalah kertas yang dipakai sebagai bahan landasan untuk melukis atau menggambar dengan cat air, pastel, pensil warna dan sebagainya, serta dapat pula dipakai untuk seni grafis murni. Kertas yang digunakan dalam seni lukis, biasanya terbuat dari batang pohon dan kapas.
Sedangkan untuk kwalitas yang lebih rendah dibuat dari serat kayu/pohon. Sedangkan jenis kertas gambar memang banyak sekali jenisnya, disesuaikan dengan media yang dipakai. Dari mulai kertas yang halus, kasar, berserat, sampai dengan bertekstur. Jenis kertas gambar antara lain manila, padalarang, linen, canson, concord, karton, malaga.
Spesifikasi kertas untuk media arang gambar, konte, pensil warna, cat poster, dapat menggunakan kertas jenis manila, canson, concord dan padalarang. Sedangkan untuk pastel minyak kertas yang cocok digunakan adalah kertas karton atau malaga.
Dikarenakan karakteristik kertas ini mempunyai bulu halus dipermukaan kertasnya, sehingga dapat menyerap partikel pastel yang digoreskan dipermukaan kertas. Untuk cat air yang mempunyai sifat basah, biasanya digunakan jenis kertas canson yang khusus cat air. Jika sulit mendapatkan kertas tersebut dapat diganti dengan kertas padalarang atau manila. Untuk membuat seni grafis dasar cukup menggunakan kertas manila atau padalarang.
2. Kanvas (kain).
Kanvas jadi adalah kanvas yang sudah diberi lapisan lem dan plamur, sehingga kanvas tersebut siap untuk dilukis. Sedangkan kanvas mentah adalah kain yang masih dalam gulungan belum diplamur, sehingga proses pembuatan plamur dilakukan sendiri. Untuk proses plamur pada kanvas mentah dapat menggunakan lem kayu dan cat tembok atau dapat juga menggunakan cat genteng.
Untuk proses plamur minimal tiga kali lapisan, lapisan pertama lem lapisan kedua dan ketiga adalah cat tembok. Untuk mendapatkan kanvas jadi dapat dicari di art shop dan juga toko alat tulis. Sedangkan kain kanvas yang mudah didapat disekitar kita antara lain jenis kain katun, kain blacu, kain terpal, kain mori, dan kain layar, dapat juga digunakan karung goni. Dan spesifikasi dari bahan kain adalah untuk media jenis cat minyak, cat poster, dan dapat juga digunakan untuk seni grafis.
3. Hardboard.
4. Triplek.
5. Kaca.
1. Tanah Liat.
2. Kayu.
3. Lilin/malam.
4. Gypsum.
5. Logam.
6. Resin.
artikel ini disalin lengkap dari: http://www.apyusa.com/2015/12/alat-bahan-dan-media-dalam-seni-rupa.html#
halaman utama website: http://www.apyusa.com/
jika mencari artikel yang lebih menarik lagi, kunjungi halaman utama website tersebut. Terimakasih!
1. Alat dalam Seni Rupa.
Definisi alat dalam
kamus besar bahasa Indonesia adalah Sesuatu benda yang dipakai untuk
mengerjakan sesuatu; perabot, perkakas untuk mencapai maksud. Jadi
penekanan definisi alat lebih bersifat kebendaan, yaitu berupa perabot,
atau perkakas. Sesuatu yang tidak berbentuk atau tidak berujud tidak
dapat dikategorikan sebagai alat. Dalam dunia seni rupa dikenal
alat-alat untuk membantu dalam menciptakan sebuah karya seni. Alat-alat
dalam seni rupa yang lazim dikenal antara lain :
a. Kuas.
Kuas merupakan jenis
alat yang dipergunakan untuk menggoreskan cat pada bidang datar,
seperti kertas, kanvas, kain, dan tembok. Kuas dibedakan menjadi dua
dalam seni rupa yaitu kuas berbulu kaku (stiff hair brush) dan kuas berbulu lunak(soft hair brush).
Kuas yang dipakai untuk cat minyak, cat tembok, dan cat besi, idealnya
adalah kuas yang berbulu kaku. Jenis bulu yang dipakai pada kuas berbulu
kaku, biasanya dari bulu binatang yaitu bulu babi, dan sapi. Sedangkan
kuas yang berbulu halus, dari bulu jenis binatang seperti kuda, musang
merah, sejenis tupai (marter, squirel). Dan biasanya kuas yang berbulu
lunak untuk penggunaan cat air. Khusus untuk cat air bulunya dibuat
tebal, dengan maksud dan kegunaanya untuk dapat menghisap dan menyimpan
air. Dan jenis kuas yang biasa dipakai dalam melukis, baik kuas yang
kaku atau lunak, dapat digolongkan menjadi :
1. Bright brush.
Kuas berbentuk
persegi, pipih/gepeng dengan ukuran bulu yang pendek dan bentuk
temin/karahnya(pengikat bulu kuas yang terbuat dari stainlesstel) lebar.
Mempunyai sifat yang
kaku sangat cocok untuk membuat sapuan kuas dengan efek-efek
bertekstur. Dan gunanya adalah untuk menempelkan cat yang tebal pada
kanvas.
2. Flat brush.
Kuas berbentuk
persegi, pipih mempunyai bulu kuas yang panjang. Guna dari bulu yang
panjang tadi adalah agar lebih flexible dalam arti dapat bergerak lincah
dan luwes, sehingga dapat meninggalkan kesan lunak pada bekas
sapuan-sapuannya.
3. Round brush.
Adalah jenis kuas
bebentuk bulat dengan temin bulat dan bulu kuas meruncing ke atas/ujung.
Dibuat terutama untuk penggunaan garis, dan biasanya digunakan dalam
sket permulaan atau pembuatan kontur/outline bentuk. Spesial
direncanakan agar mudah membuat goresan dengan variasi tebal tipis,
hanya dengan menambahkan tekanan pegangannya saja.
4. Filbert brush.
Ialah jenis kuas
pipih dengan ujung bulunya berbentuk oval. Bentuk ini sengaja dirancang
agar dapat menciptakan sapuan yang bervariasi, tetapi lebih mempunyai
jangkauan yang luas dari pada yang kuas yang bulat.
5. Ficth brush.
Adalah kuas pipih
dengan bulu berbentuk persegi, biasanya lebih tipis dari jenis kuas yang
lain. Ujungnya berbentuk menipis seperti tatah, dan ujung kuasnya tetap
tajam untuk membuat garis dengan sapuan miring.
6. Fan blender brush.
Adalah kuas yang
bentuk susunan bulunya menyerupai kipas. Terbuat dari bulu babi atau
musang. Dan tidak digunakan untuk menempelkan cat pada kanvas, melainkan
digunakan untuk menetralisir cat minyak yang masih basah dengan
mencampurkan satu sama lainnya.
b. Palet Cat.
Palet cat adalah
segala bidang permukaan dimana pelukis mencampur cat selama proses
melukis. Palet cat untuk cat air dan cat minyak secara desain berbeda,
hal ini dikarenakan sifat dari masing-masing cat juga berbeda. Palet
tradisional biasanya berbentuk oval dengan lubang untuk tempat ibu jari,
serta sedikit lekukan untuk tempat kuas ekstra. Biasanya terbuat dari
kayu yang keras dan bentuknya di desain supaya nyaman untuk dipegang.
Sedangkan untuk bahannya tidak hanya terbuat dari kayu, dapat juga dari
besi, plastik, fiber, hardboard dll.
Sedangkan palet khusus untuk cat air adalah palet yang mempunyai bentuk yang khusus yaitu palet dengan lubang atau cekungan untuk tempat cat air. Hal ini dikarenakan cat air mempunyai karakter yang cair sekali bukan seperti pasta. Selain itu palet cat air harus terbuat dari bahan yang tidak menyerap air. Dan biasanya terbuat dari porselen (keramik) dan bahan-bahan lain seperti plastik, fiber, ataupun logam yang tidak berkarat seperti alumunium.
c. Pisau Palet.
Pisau palet lazimnya
dipakai pada teknik melukis dengan cat minyak, penggunaan pisau palet
biasanya untuk membuat tekstur, dan teknik melukis tebal (plakat). Alat
yang cukup penting untuk melukis dengan teknik cat minyak, terdapat
dalam berbagai jenis :
Ø Pallete knives (pisau palet).
Adalah semacam pisau
yang dipakai untuk mencampur cat minyak pada palet cat selama melukis.
Bentuknya seprti cethok/cungkir tukang, hanya saja mata pisau berbentuk
ramping dan bulat pada ujungnya.
Ø Painting knives (pisau lukis)
Bentuknya hampir
sama dengan pisau palet, yang berbeda hanya pada ukuran mata pisaunya
yang lebih kecil, dan tangkainya lebih panjang.
d. Rautan.
Rautan atau
peruncing yang digunakan khusus untuk meruncingkan pensil dan pensil
warna. Desainnya dapat bermacam-macam sesuai dengan masing-masing
produk. Tetapi pada intinya, rautan terdapat lubang seukuran pensil, dan
disisinya terdapat pisau kecil yang berfungsi untuk memperuncing
pensil.
e. Penghapus/setip.
Penghapus atau setip
sudah sangat kita kenal, benda kecil yang terbuat dari karet yang
khusus. Fungsi dari penghapus sendiri untuk menghapus coretan yang salah
pada sebuah gambar atau sketsa. Spesifikasi penghapus untuk menghapus
coretan dari pensil dan pensil warna. Sedangkan untuk menghapus goresan
dari pensil konte, terdapat penghapus khusus. Penghapus khusus untuk
konte mempunyai sifat lunak tidak kenyal. Dan teknik menghapusnya dengan
cara menempelkan lalu diangkat pada goresan pensil konte, tidak dengan
digosok seperti penghapus biasa.
f. Pena.
Pena merupakan jenis
alat tulis dapat juga dibuat untuk membuat sketsa awal. Lazimnya pena
mempunyai bentuk seperti pensil atau pulpen, hanya saja ujungnya dapat
diganti dengan mata pena yang berbeda. Struktur bentuk dari pena ada
gagang pena yang terbuat dari kayu atau juga dari logam. Dan ujung pena
yang bentuknya bervariasi, dari mulai yang lancip, pipih, ataupun yang
datar. Teknik penggunaanya adalah dengan cara mencelupkan mata pena ke
dalam bak tinta, lalu menggoreskan pena tersebut pada kertas gambar.
g. Bulu Unggas.
Bulu unggas dapat
juga disebut dengan pena, tetapi alat jenis ini merupakan pena yang non
konvensional. Tetapi dalam sejarahnya pena jenis bulu unggas, merupakan
alat tulis atau alat lukis yang sudah cukup tua. Pena jenis ini dulu
dipakai untuk penulisan manuskrip, surat, kitab suci, dan dapat juga
untuk melukis. penggunaan pena jenis bulu unggas, untuk menghasilkan
garis yang bevariasi dan tidak monoton. Tebal tipisnya garis itulah yang
membuat suatu karya menjadi artistik. Jenis bulu yang digunakan
biasanya dari jenis unggas anggsa, ayam, dan unggas besar lainnya.
h. Jangka.
Alat jenis ini
merupakan sejenis alat bantu dalam membuat sebuah lingkaran pada suatu
bidang atau kertas. Bentuk jangka mempunyai dua kaki-kaki, kaki satu
sebagai tumpuan dan mempunyai ujung runcing seperti jarum. Sedang kaki
yang satu lagi adalah sebagai alat tulis, mempunyai tempat yang khusus
untuk pensil dan sejenisnya. Untuk jangka yang besar biasanya media yang
digunakan berupa kapur tulis, dan penggunaannya pada bidang yang lebar.
i. Penggaris.
Alat yang sudah
sangat kita kenal berbentuk pipih dan lurus, dan mempunyai ukuran dari
yang pendek hingga panjang. Penggaris bermacam-macam dari mulai
penggaris lurus, siku, segitiga, bulat, dll. Tetapi pada intinya
penggunaan penggaris untuk mempermudah dalam membuat garis lurus. Dimana
kita pada umumya masih kesulitan dalam membuat garis lurus, maka dari
itu diciptakan alat berupa penggaris. Penggaris mempunyai bahan yang
bervariasi, dari mulai plastik, kayu, fiber, dan logam.
j. Pantograph.
Pantograph merupakan
sebuah alat bantu untuk membuat sketsa awal pada suatu lukisan. Alat
ini berbentuk seperti penggaris, tetapi dapat direntangkan berdasarkan
skala yang dapat diatur. Dan pada bagian ujung-ujungnya mempunyai
lubang dudukan untuk pensil, dan ketika unjung satu bergerak membentuk
objek, maka ujung yang satunya secara otomatis akan mengikuti bentuk
objek tersebut. Pantograph merupakan alat bantu untuk mempermudah
pembuatan sketsa bagi pemula, yang dalam hal masih sulit dalam membuat
sketsa. Bahan pantograph dapat dari kayu dapat juga dari logam,seperti
alumunium, dan stainlesstel.
k. Tatah.
Tatah idealnya
dipakai pada pembuatan seni patung dan seni kriya. Tatah berfungsi untuk
membuat bentuk pada bidang kayu. Dan tatah mempunyai mata tatah yang
bervariasi, dari mulai yang pipih, cekung, lancip, lancip cekung,dll.
Penggunaan tatah untuk membuat garis, bidang, tekstur pada bidang pada
sebuah kayu. Kalau dalam melukis yang dibutuhkan adalah kuas, tetapi
pada seni patung yang dibutuhkan adalah tatah.
l. Alat Cukil.
Alat cukil merupakan
jenis alat yang digunakan pada pembuatan seni grafis, tepatnya pada
seni grafis cetak tinggi. Bentuknya seperti obeng yang mempunyai ujung
yang berbeda-beda, untuk menghasilkan garis dan bidang yang berbeda
pula. Jadi alat cukil untuk membuat cekungan pada bidang cetakan, dan
bidang yang menonjol pada cetakan itulah yang nantinya akan tercetak.
Mata dari alat cukil bermacam-macam, pipih, lancip, cekung. Dan biasanya
cetakan yang dipakai adalah dari jenis bahan hardboard, triplek, dan
bisa juga karet seperti pada stempel. Untuk jenis seni grafis yang lain
dapat menggunakan alat seperti pisau stensil, screen, dan alat cetak
yang sudah didesain khusus.
2. Media dalam Seni Rupa.
Definisi media menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah, Alat, atau perantara, penghubung.
Dalam hal ini media adalah sebagai penghubung antara sang pencipta dan
yang diciptakan (karya seni). Media dalam seni rupa intinya dibagi
menjadi dua yaitu media kering dan media basah. Media kering adalah
semua bahan atau perantara yang mempunyai unsur kering, dan penggunaanya
tanpa ada pencampuran minyak atau air. Sedangkan media basah adalah
media yang dalam penggunaannya membutuhkan pencampuran minyak atau air,
supaya dapat digunakan secara optimal dalam penciptaan karya seni rupa.
Dalam seni rupa media merupakan unsur penting untuk menciptakan sebuah karya seni yang artistik. Dalam pembahasan berikut akan difokuskan pada media seni rupa dua dimensional, yaitu seni lukis dan seni grafis yang lebih dikenal dan mudah dipraktikan di masyarakat. Penciptaan seni lukis dan grafis murni yang cenderung praktis dan mudah untuk dipraktikan, membuat seni rupa ini cukup populer dan akrab di masyarakat. Dan pembagian media dalam seni rupa intinya dibagi dua yaitu :
Media kering
merupakan bahan atau material dalam seni rupa yang mempunyai unsur
kering, dan dalam penggunaanya tidak membutuhkan pencampuran minyak atau
air. Yang termasuk media kering antara lain :
1. Pensil/potlood.
Pensil merupakan
alat untuk menulis dan menggambar (drawing) yang terbuat dari batangan
pigmen yang terbungkus selongsong kayu atau bahan lainnya. Dan biasanya
pensil dapat dibuat tajam/meruncing ujungnya. Sejarah potlood atau
pensil tidak dapat dilepaskan dari zaman Renaisans. Dimana pada waktu
sebelum ditemukan potlood para seniman Renaisans sudah memakai batangan
perak yang dibentuk seperti potlood untuk menggambar. Batangan perak ini
dikenal dengan nama zilversttift/silverpoint. Agar tidak merusak kertas maka ujung silverpoint tersebut dibuat tumpul dengan cara menggosok di atas kertas amplas halus.
Sebelum pensil yang kita kenal sekarang pada abad 15, nama potlood lebih dikenal pada waktu itu. Dimana pada waktu itu sesuai dengan namanya, pembuatan pensil dari bahan baku timah hitam (lead/lood) yang dimasukan kedalam selongsong kayu(pot). Tetapi dalam perkembangannya potlood mengalami perubahan dalam komposisi bahan bakunya.
Baru pada tahun 1662 pensil menggunakan bahan utama grafit mulai dibuat. Kemudian bahan grafit tadi digunakan untuk menggantikan timah hitam dalam selongsong kayu. Perkembangan modernisasi kemudian menjadikan potlood semakin menarik dalam bentuknya. Bentuk pensil atau potlood yang sekarang mempunyai selongsong dari bahan plastik, logam, dan karet.
Sedangkan untuk komposisi dari pensil sendiri terdiri dari grafit sebagai bahan utama dicampur dengan tanah liat dan bahan pengikat(binder). Bahan-bahan tadi kemudian dicampur dan dicetak dalam bentuk silinder kecil, yang kemudian dimasukan kedalam selongsong kayu. Untuk produk pabrikan potlood sudah diatur keras lunaknya, tergantung dari dari banyak sedikitnya komposisi bahan campurannya.
Sedangkan tingkatan potlood diberi kode atau tanda masing-masing menurut spesifikasi penggunaannya. Kode H (hard) keras dan B (boldness) untuk pensil yang jenis lunak sekaligus hitam dalam goresannya. Jumlah tingkatan pensil untuk kelompok H ada sembilan (9H) tingkatan, dan semakin besar nilai tingkatannya maka akan semakin keras. Sedangkan untuk B ada delapan tingkat (8B), semakin besar tingkatannya maka akan semakin lunak dan tebal. Kelompok tingkatan H biasanya dipakai untuk menggambar teknik, dan kelompok B untuk menggambar bebas. Sedangkan tingkatan yang medium diberi kode HB dan digunakan untuk menulis.
2. Pensil Konte/pensil arang.
Pensil konte pada
dasarnya merupakan jenis media kering yang bahan utamanya dari komposisi
arang gambar. Pensil ini dibuat dari serbuk arang gambar yang
dicetak/press dan kemudian dimasukan kedalam tabung kayu kecil (pot),
ataupun gulungan kertas yang padat. Pensil konte ini sebenarnya kurang
baik dalam proses menggambar.
Tetapi kelebihan dari pensil konte dapat dibuat runcing, sehingga dapat dipakai untuk membuat detail-detail garis yang halus ataupun arsiran. Cara meruncingkan pensil konte sama dengan pensil yang lain, yaitu dengan meraut dengan rautan dapat juga dengan pisau cutter. Pensil jenis ini nama sebenarnya adalah potlood arang gambar, tetapi kita sudah terlanjur menyebutnya dengan pensil konte. Nama konte sebenarnya diambil dari penemu potlood/pensil seperti sekarang ini yaitu Nicholas Jaques Conte.
3. Arang Gambar.
Arang gambar
merupakan media kering yang sudah cukup tua dalam peradaban manusia.
Sejak zaman prasejarah arang gambar telah digunakan untuk menggambar di
gua-gua, pohon, batu, dll. Pada zaman tersebut pembuatan arang gambar
dengan cara membakar langsung pada perapian atau tungku. Dalam
perkembangan selanjutnya proses pembuatan arang gambar dengan cara di
oven. Secara kimiawi partikel-partikel arang gambar sangat stabil,
sehingga warnanya dapat bertahan kuat dalam artian tidak luntur. Hanya
saja daya rekat molekul-molekulnya kurang kuat, sehingga mudah
tercoreng/terhapus, maka dari itu dalam proses menggambar kadang perlu
digosok supaya dapat melekat dengan kuat.
Batang arang gambar ini dibuat dari ranting pohon linde dan anggur, dengan panjang kira-kira 15 cm. Dan arang gambar terdapat dalam berbagai bentuk baik tebal dan tipis, atau berdasarkan tingkat keras atau lunaknya. Untuk meruncingkan batang arang gambar dapat dengan menggunakan kertas amplas dapat juga dengan pisau. Kelemahan dari arang gambar adalah rapuh dalam artian mudah patah.
4. Konte Serbuk/arang serbuk.
Pada dasarnya media
kering jenis ini merupakan masih satu keluarga dengan arang gambar,
hanya saja bentuk dari arang gambar ini telah ditumbuk halus. Cara
penggunaannya adalah dengan cara menggosoknya langsung pada bidang
gambar. Untuk menggosoknya dapat langsung menggunakan jari tangan,
kapas, tisue, ataupun kertas. Sedangkan alat khusus untuk menggosok
dalam proses menggambar disebut dengan istilah doezelaar (dusel).
Alat tersebut berbentuk seperti pensil, dan terbuat dari kertas yang digulung secara padat. Alat ini dapat dibuat sendiri dengan menggunakan kertas koran, karena didaerah kita susah untuk mendapatkan alat jenis ini. Kata doezelaar sendiri berasal dari bahasa Belanda, dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah stump, dan dalam bahasa Prancis disebut tortilon. Dengan alat dusel tersebut dapat diperoleh gelap terang, tebal tipis hanya dengan mengubah tekanan pada waktu menggosok.
5. Pastel.
Pastel kapur atau
lebih dikenal dengan istilah pastel saja , merupakan media dalam seni
rupa yang cukup populer disekitar kita. Dari mulai anak TK sampai orang
dewasa tahu yang namanya pastel. Sedangkan kata pastel itu sendiri dari
kata pasta yang sudah kering. Pastel yang sudah kita kenal seperti
sekarang ini, sudah dikenal kurang lebih 200 tahun yang silam. Seperti
material kering lainnya pastel mudah digunakan tanpa pencampuran minyak
atau air. Pastel setelah melalui proses produksi dibagi menjadi dua
yaitu pastel kering (dry pastel) dan pastel minyak (oil pastel). Pastel kering merupakan jenis pastel yang tidak mengandung unsur minyak,
bersifat kasar dan tidak licin dalam goresannya. Sedangkan pastel
minyak adalah jenis pastel yang menggunakan pencampuran minyak dalam
pembuatannya dan bersifat licin.
Untuk komposisi pastel terdiri dari pigmen warna, kapur, bahan pengikat/binder untuk merekatkan pigmen dan kapur. Ketiga bahan tersebut dicampur dan diolah sampai menjadi bentuk pasta yang kemudian dicetak menjadi bentuk batangan. Warna-warna yang ada pada pastel dapat diperoleh dari percampuran bahan-bahan tersebut. Semakin muda warna pastel, maka semakin banyak campuran kapurnya daripada pigmen warnanya. Semakin tua warna pastel maka semakin banyak campuran pigmen, semakin sedikit campuran kapurnya.
Teknik melukis atau menggambar dengan pastel merupakan teknik paling sederhana dan praktis, karena dapat langsung digoreskan pada bidang gambar atau kertas. Warna-warna pastel dapat langsung muncul tanpa menunggu kering dan warna tidak berubah setelah digoreskan (warna-warna pada cat air dan cat minyak kadang berubah setelah cat mengering). Untuk menghasilkan goresan yang bervariasi dari pastel, dapat digunakan teknik gosok (dusel), teknik kerok, dll.
6. Pensil warna.
Pensil warna pada
intinya sama bentuknya dengan potlood atau pensil pada umumnya. Pensil
warna memiliki spesifikasi khusus dalam pembuatannya serta
pengaplikasiannya pada bidang gambar. Pensil warna memiliki kelebihan
dari pensil biasa, yaitu mempunyai warna yang bervariasi. Sedangkan
dalam penggunaannya pensil warna sama dengan pensil/potlood hitam.
Teknik yang digunakan dalam menggambar juga sama, yaitu dengan teknik arsir (garis), dan juga blok (bidang), dapat juga dengan teknik gosok (dusel). Untuk komposisi dari pensil warna sendiri antara lain terdiri dari pigmen warna, bahan pengikat (binder). Pengaplikasian pensil warna untuk menggambar ilustrasi dan juga menggambar dengan teknik kering pada skala kecil. Proses menggambar dengan pensil warna dituntut untuk bersabar, dikarenakan perolehan warna atau bidang-bidangnya cukup lama. Hal ini dikarenakan dalam penggunaan pensil warna dengan teknik utama garis yaitu teknik arsir.
7. Spidol.
Spidol salah satu
media kering yang sudah populer dan sering kita gunakan disamping mudah
didapatkan disekitar kita. Spidol merupakan sejenis balpoint tetapi
berwarna dan mempunyai karakteristik yang khas. Komposisi dari spidol
terdiri dari pembungkus(selongsong), pigmen warna, dan bahan khusus yang
berfungsi untuk menyimpan pigmen warna. Teknik menggambar dengan spidol
cukup sulit, dikarenakan cepat kering dan sifat pigmen warna yang
permanen. Warna dari spidol tidak dapat dihapus ataupun ditumpuk dengan
warna lain, kalaupun ditumpuk masih kelihatan warna dasarnya. Teknik
yang digunakan dalam menggambar dengan spidol dapat menggunakan teknik
arsir, dan juga blok. Kelemahan dari karya yang terbuat dari spidol,
warna mudah luntur jika terkena air atau minyak. Disamping itu warna
akan kusam dan berubah untuk jangka waktu yang lama. Intinya karya seni
dengan penggunaan spidol tidak dapat bertahan lama.
b. Media basah.
Dalam seni rupa
khususnya seni lukis dikenal media basah atau material basah. Yaitu
media yang dalam proses pembuatannya dan penggunaannya menggunakan
campuran minyak atau air yang bersifat basah. Dalam seni lukis media
yang bersifat basah ini dapat disebut juga dengan nama cat. Yang
termasuk dalam kategori media basah antara lain :
1. Cat Minyak (oil colour).
Teknik melukis
dengan cat minyak baru dikenal atau ditemukan pada abad 15 yang
bertepatan dengan zaman Renaisans di Eropa. Ditemukannya cat minyak
memang berkaitan erat dengan spirit baru, dan kebangkitan pemikiran juga
ide-ide yang menginspirasi terciptanya sesuatu yang baru. Dimana pada
zaman itu pemikiran didasari oleh akal budi manusia (rasionalisme), dan
nilai-nilai kemanusiaan (humanisme) serta pandangan bahwa manusia
sebagai sumber dari segala tindakan/perbuatan (anthropocentris).
Dan pemikiran atau ide tersebut berimbas pada bidang seni, tak terkecuali seni rupa. Dimana seniman pada waktu itu mencoba menciptakan atau menggambar bentuk-bentuk alam semirip mungkin (realistik). Dan para seniman dan juga para ahli pada waktu itu mencoba bereksperimen, dalam rangka memenuhi kebutuhan melukis yang realistik. Eksperimen yang mereka lakukan ternyata melalui proses yang yang sangat panjang. Hingga pada akhirnya tercipta sebuah media yang dapat memenuhi kebutuhan dalam melukis pemandangan, manusia, tumbuhan dan bianatang serealistik mungkin.
Bentuk cat minyak pertama kali belum mencapai kesempurnaan, dimana pada waktu masih dalam bentuk cat tempera dan dicampur dengan minyak dan varnish. Dan yang mempelopori dalam penggunaan cat minyak jenis pertama ini adalah seorang pelukis Antonello da Massina (1430-1479). Dan penggunaan cat minyak yang pertama ini kemudian disempurnakan oleh pelukis dari daerah Flam (Belanda), yaitu Jan Van Eyck (1385-1441). Dan kebanyakan ahli sejarah menyimpulkan bahwa penemu cat minyak adalah Jan Van Eyck, dimana pada waktu itu hasil lukisan dari pelukis Belanda tersebut lebih modern dari pada pendahulunya.
Perkembangan selanjutnya adalah penyempurnaan dari bentuk cat minyak, yang mulai diproduksi massal pada abad ke 19 bertepatan dengan revolusi industri di Eropa. Bentuk cat minyak yang tadinya masih terpisah-pisah antara bahan dasar dan minyaknya, sekarang dikembangkan menjadi bentuk pasta yang lunak serta dikemas dalam kemasan tube. Dan ini mengakibatkan teknik melukis dengan cat minyak makin populer dan digemari, karena mempunyai nilai kepraktisan dan flexibilitas dalam pemakaiannya. Sehingga sampai sekarang teknik cat minyak merupakan teknik yang utama dalam seni lukis. Untuk merk dagang dari cat minyak sendiri bermacam-macam, mulai dari greco, winton, louvre, lefranc, van gogh dan rembrant.
2. Cat Tempera.
Cat tempera
merupakan jenis cat yang sudah cukup tua dan sudah dipakai sejak
peradaban manusia dulu. Sebelum cat tempera dikenal di Eropa, para
seniman zaman Babylon, Mycenia, dan China telah mengenalnya lebih dulu.
Bahkan lebih tua lagi yaitu pada peradaban Mesir telah mengenal cat
jenis ini. Hal ini dapat dilihat dan diteliti pada kuburan, altar,
katakomba dulunya dihias dengan cat tempera. Dan
cat ini dikembangkan lagi pada zaman Renaisans, tepatnya pada masa
pelukis Giotto. Dimana terdapat peninggalan berupa lukisan fresco di
sebuah gereja menggunakan cat tempera. Dan karya dari Giotto sampai
sekarang masih tetap bercahaya walaupun telah melampaui kurun waktu
sekitar 6 abad.
Kata tempera sendiri berasal dari bahasa Italia yaitu Temperare yang berarti mencampur. Cat tempera sendiri merupakan pencampuran dari pigmen warna dan kuning telur atau bahan lainnya. Kuning telur disini berfungsi sebagai pengikat atau binder. Penggunaan kuning telur merupakan cara klasik dalam pembuatan cat tempera. Dikarenakan kuning telur merupakan bahan yang bagus dan alami. Dan kuning telur yang dipakai dari jenis telur ayam, dan yang diambil hanya kuning telurnya saja. Dimana secara kimiawi kuning telur mengandung zat antara lain, air, minyak dan phospor yang mempunyai sifat mengkilap.
Proses pembuatan cat tempera sendiri cukup mudah, yaitu dengan mencampur kuning telur dengan air secukupnya dan ditambah sedikit cuka. Setelah semua itu tercampur kemudian dapat langsung dicampur dengan pigmen warna. Apabila tidak ada pigmen warna, maka dapat diganti dengan cat air. Kelemahan dari cat tempera kuning telur ini adalah tidak dapat bertahan lama pada cuaca yang panas. Maka dari itu untuk menjaga ketahanannya dapat dimasukan pada kamar atau tempat yang bersuhu dingin.
3. Cat Air.
Latar belakang
sejarah cat air ternyata sudah cukup tua juga, yaitu tepatnya pada abad
pertengahan mulai digunakan. Dimana pada waktu itu cat air digunakan
untuk menghiasi kertas kulit pada manuskrip-manuskrip. Cat air juga
merambah belahan bumi timur, tepatnya di negara China dan Jepang. Dimana
para pelukis pada waktu itu memakai cat air untuk melukis pada sebuah
kain seperti sutera dan menghasilkan karya seni tinggi. Pada
perkembangan selanjutnya cat air dibuat secara meluas dan dikomersilkan
sekitar akhir abad ke 17. Pada waktu itu cat air dibuat dalam bentuk
seperti potongan kue kecil, dan di atasnya di bubuhi cap pembuatnya
sebagai merk dagang.
Seiring dengan perkembangan zaman dan pemikiran, cat air mengalami perubahan bentuk yang lebih praktis. Cat air dalam bentuk tube dibuat kira-kira pada tahun 1900, dan sampai sekarang merupakan cat air yang populer dan banyak digunakan. Komposisi cat air sendiri terdiri dari pigemen warna, binder pengikat, moisture, plasticizer, wetting agent, preservative, dan odorant. Pigmen yang dipakai adalah pigmen berbentuk tepung, sedangkan binder pengikat yang dipakai dari jenis arabic gum. Sedangkan fungsi moisture adalah sebagai zat yang berfungsi agar cat air tetap lembab (dalam tube), serta melindungi cat air supaya tidak retak atau mengeras. Plasticizer merupakan zat pemlastikan untuk membuat lapisan cat menjadi elastis, dengan demikian mencegah lapisan cat tidak retak.
Wetting agent merupakan cairan yang ditambahkan dalam cat air dalam jumlah sedikit, fungsinya adalah mereduksi air agar menjalar secara merata pada permukaan kertas.
Preservative adalah zat pelindung yang berfungsi melindungi lapisan cat air pada bidang kertas, agar tidak dimakan oleh serangga. Jadi zat ini merupakan disinfectan atau zat anti hama. Sedangkan yang terakhir adalah odorant, zat yang berfungsi sebagai pewangi dalam hal ini yang biasa dipakai adalah minyak cengkeh. Untuk merk dagang dari jenis cat air cukup bervariasi, mulai dari merk osama, sakura, guitar, pentels, meries, winton dll. Teknik yang dipakai dalam cat air adalah teknik transparant/aquarel (banyak air).
4. Cat Poster.
Cat poster merupakan
perkembangan lebih lanjut dari cat air, dan sifat dari cat poster yang
tidak transprant dan lebih kental yang membedakan dengan cat air. Basic
dari cat poster sama dengan cat air, yaitu menggunakan pencampuran air
bersih. Secara komposisi juga
hampir sama dengan cat air, hanya saja terdapat penambahan bahan. Bahan
yang berdeda ini yang membuat cat poster mempunyai sifat yang menutup.
Dan warna dari cat poster ini tidak cemerlang, tetapi sedikit mengkilat
(glosy). Penggunaan cat poster untuk menggambar dengan teknik blok atau
opaque (sedikit air). Kemasan cat poster terdapat dalam tube, dan untuk
merk dagang antara lain asturo, sakura, meries, pentels dll.
5. Tinta.
Tinta merupakan
salah satu media dalam melukis atau menulis yang sudah cukup tua dalam
peradaban manusia. Sejarah keberadaan tinta dapat ditelusuri kira-kira
sejak budaya kuno di Mesir, Yunani dan Asia. Pada waktu tinta digunakan
untuk membuat naskah tulisan tangan, dokumen keagamaan dan politik serta
karya seni. Tinta dipergunakan orang pada waktu untuk menyimpan
catatan, membuat naskah dan mendokumentasikan dunia di sekitar mereka.
Dimana pada waktu itu pendokumnetasian bersifat tulisan dan juga dapat
dalam bentuk gambar/lukisan.
Tinta sebagai media artistik yang canggih kemudian dikembangkan pada abad ke-7 dan ke-8 di China. Kira-kira pada waktu itu diajarkan dalam kehidupan beragama, sejarah dan keseharian, proses menggambar dengan menggunakan kuas dan bulu unggas. Proses menggambar tersebut dilakukan di gulungan kertas atau lembaran sutra, karya-karya seni yang detail ini adalah pelopor yang paling mendekati karakteristik dari jenis gambar pena.
Kemudian di Eropa tepatnya pada periode Renaisans, alat-alat baru dikembangkan untuk meningkatkan presisi dan detail dari tinta, seperti dari pecahan logam tajam, yang dikenal sebagai metalpoint. Karena sifat keabadiannya, gambar tinta menuntut praktek dan kesempurnaan. Untuk alasan ini, banyak seniman menggunakan media tinta untuk studi mereka. Leonard Da Vinci menciptakan banyak gambar studi rinci tentang anatomi manusia, penemuan mekanik, serta gambar gambar, yang mencontohkan berbagai hasil karya yang bagus dan artistik dari media tinta.
Untuk komposisi dari tinta tradsional terbuat dari bahan-bahan yang alami. Bahan pembuatan tinta pada waktu itu dengan pemanfaatan tumbuhan alami (pewarna tanaman), hewan, dan tinta mineral berdasarkan materi seperti grafit dicampur dengan air dan diaplikasikan dengan kuas tinta. Dan pada abad ke 15 tinta dikembangkan lagi dengan bahan yang berbeda diantaranya dari jelaga, lem, dan air. Penggunaan tinta sendiri untuk membuat sketsa awal, menggambar ilustrasi, dan melukis. Sedangkan alat yang digunakan antara lain bulu unggas, pena, kuas, dan bisa juga dari bambu yang dibuat runcing seperti pena.
6. Pylox.
Media basah yang
satu ini tergolong tidak terlalu populer dalam seni rupa. Pylox
merupakan media basah berbasis minyak, yang dikemas dalam botol semprot(spray bottle).
Penggunaan pylox atau cat semprot ini tergolong cukup sulit untuk
menggambar atau melukis. Dalam arti untuk mencapai bentuk yang realistik
tidak dapat dicapai dengan media ini. Pada intinya media ini dapat
untuk melukis dengan teknik semprot (spray), media ini dapat dikatakan
sebagai media baru/alternatif. Tetapi pylox sering digunakan pada
pembuatan seni grafis, yaitu pada pembuatan cetak saring atau stensil.
Disamping itu penggunaan pylox idealnya untuk pembuatan karya seni
publik, seperti grafiti, air brush, mural yang menggunakan landasan
tembok dan lainnya.
Kelemahan dari media ini adalah tidak dapat menciptakan bentuk-bentuk yang detail, hanya untuk mewarnai, membuat bidang, dan garis. Untuk keawetan dari cat jenis ini memang tergolong cukup kuat tidak mudah luntur. Dan kelemahan yang lain adalah kita tidak dapat mencampur warna sesuai keinginan kita, warna pylox sudah dikemas secara pabrikan. Jika terpaksa mencampur/menumpuk dapat dilakukan pada saat menyemprot pada permukaan bidang gambar.
3. Bahan dalam seni rupa.
Bahan dalam seni
rupa merupakan salah satu unsur yang melengkapi diantara alat dan media
yang sudah diterangkan di atas. Dalam artian bahan juga berperan dalam
penciptaan karya seni, tanpa adanya bahan tidak akan tercipta karya
seni. Dan untuk menghasilkan sebuah karya seni memang harus didukung
oleh ketiga unsur tersebut, yaitu alat, media dan bahan. Penggunaan
bahan menjadi penting sebagai pendukung terciptanya sebuah karya seni.
Dan pada intinya seni rupa itu mempunyai bentuk dua dimensi dan tiga
dimensi, maka dari itu bahan juga mengikuti bentuk tersebut. Bahan
pendukung dalam seni rupa di bagi dua yaitu, bahan dua dimensi dan tiga
dimensi. Yang termasuk bahan dua dimensi antara lain :
1. Kertas.
Kertas tentunya
sudah tidak asing lagi bagi kita, kertas sudah menjadi bagian yang
penting dalam kehidupan manusia. Kegunaan kertas dapat bermacam-macam,
dalam konteks ini yang akan dibahas adalah jenis kertas gambar. Secara
historis terciptanya kertas dapat ditelusuri, kira-kira bermula pada
peradaban Mesir kuno. Dimana pada waktu itu kertas dibuat dari pohon
papyrus (semacam pohon palem).
Selanjutnya pada tahun 105 masehi tepatnya di China dibuat secara manual dari tumbuh-tumbuhan. Cara pembuatan kertas kemudian tersebar ke Jepang pada tahun 610, kemudian dibawa oleh orang Arab ke Mesir dan oleh orang Moor ke Spayol tahun 1150, dan selanjutnya menyebar ke Eropa serta mencapai koloni Amerika pada tahun 1690.
Selanjutnya pada tahun 105 masehi tepatnya di China dibuat secara manual dari tumbuh-tumbuhan. Cara pembuatan kertas kemudian tersebar ke Jepang pada tahun 610, kemudian dibawa oleh orang Arab ke Mesir dan oleh orang Moor ke Spayol tahun 1150, dan selanjutnya menyebar ke Eropa serta mencapai koloni Amerika pada tahun 1690.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan kertas yang semakin diperlukan dalam kehidupan. Kira-kira pada abad ke 15 kertas mulai dibuat secara masinal(dengan mesin), dan dibuat dalam skala besar.
Bersamaan pula dengan ditemukannya mesin cetak oleh Johhanes Guttenberg. Dan sejak saat itu kertas mulai banyak digunakan untuk membuat karya seni, seperti sketsa, gambar ilustrasi, gambar, dll. Dalam pembuatan kertas secara modern terbuat dari bahan serat tumbuh-tumbuhan dan dihaluskan serta melalui proses kimiawi. Dewasa ini kebanyakan bahan baku dari kertas adalah dari bahan kayu.
Kertas gambar adalah kertas yang dipakai sebagai bahan landasan untuk melukis atau menggambar dengan cat air, pastel, pensil warna dan sebagainya, serta dapat pula dipakai untuk seni grafis murni. Kertas yang digunakan dalam seni lukis, biasanya terbuat dari batang pohon dan kapas.
Sedangkan untuk kwalitas yang lebih rendah dibuat dari serat kayu/pohon. Sedangkan jenis kertas gambar memang banyak sekali jenisnya, disesuaikan dengan media yang dipakai. Dari mulai kertas yang halus, kasar, berserat, sampai dengan bertekstur. Jenis kertas gambar antara lain manila, padalarang, linen, canson, concord, karton, malaga.
Spesifikasi kertas untuk media arang gambar, konte, pensil warna, cat poster, dapat menggunakan kertas jenis manila, canson, concord dan padalarang. Sedangkan untuk pastel minyak kertas yang cocok digunakan adalah kertas karton atau malaga.
Dikarenakan karakteristik kertas ini mempunyai bulu halus dipermukaan kertasnya, sehingga dapat menyerap partikel pastel yang digoreskan dipermukaan kertas. Untuk cat air yang mempunyai sifat basah, biasanya digunakan jenis kertas canson yang khusus cat air. Jika sulit mendapatkan kertas tersebut dapat diganti dengan kertas padalarang atau manila. Untuk membuat seni grafis dasar cukup menggunakan kertas manila atau padalarang.
2. Kanvas (kain).
Kain atau yang lebih
populer kita kenal dengan kanvas merupakan bahan atau landasan yang
sering dipakai untuk melukis. Sebelum kanvas dikenal untuk melukis pada zaman dulu yang digunakan adalah papan kayu yang dirangkai.
Pengertian dari kain adalah hasil anyaman/tenunan yang terdiri dari benan-benang (serat/fibers) yang saling menjalin tegak lurus dan bertautan. Kain kanvas yang sering dipakai untuk melukis harus liat, ulet dan kuat, dan tenunannya rapat serta serat benangnya tegak lurus. Dan jenis kanvas ada dua yaitu kanvas jadi dan kanvas mentah.
Pengertian dari kain adalah hasil anyaman/tenunan yang terdiri dari benan-benang (serat/fibers) yang saling menjalin tegak lurus dan bertautan. Kain kanvas yang sering dipakai untuk melukis harus liat, ulet dan kuat, dan tenunannya rapat serta serat benangnya tegak lurus. Dan jenis kanvas ada dua yaitu kanvas jadi dan kanvas mentah.
Kanvas jadi adalah kanvas yang sudah diberi lapisan lem dan plamur, sehingga kanvas tersebut siap untuk dilukis. Sedangkan kanvas mentah adalah kain yang masih dalam gulungan belum diplamur, sehingga proses pembuatan plamur dilakukan sendiri. Untuk proses plamur pada kanvas mentah dapat menggunakan lem kayu dan cat tembok atau dapat juga menggunakan cat genteng.
Untuk proses plamur minimal tiga kali lapisan, lapisan pertama lem lapisan kedua dan ketiga adalah cat tembok. Untuk mendapatkan kanvas jadi dapat dicari di art shop dan juga toko alat tulis. Sedangkan kain kanvas yang mudah didapat disekitar kita antara lain jenis kain katun, kain blacu, kain terpal, kain mori, dan kain layar, dapat juga digunakan karung goni. Dan spesifikasi dari bahan kain adalah untuk media jenis cat minyak, cat poster, dan dapat juga digunakan untuk seni grafis.
3. Hardboard.
Bahan yang satu ini
idealnya dipakai untuk pembuatan cetakan pada seni grafis yaitu pada
jenis cetak tinggi. Hardboard merupakan bahan tipis sejenis triplek yang
dibuat dari serbuk kayu yang dipres dan melalui proses produksi. Jadi
kenapa jenis hardboard yang dipakai untuk penggunaan cetakan dalam seni
grafis. Dikarenakan dalam pembuatan cetakan yaitu dengan cara dicukil,
sehingga hardboard dipakai karena permukaannya tidak keras sedikit
lunak. Bahan yang satu ini merupakan bahan yang dipakai pada seni rupa
tingkat lanjut, sehingga pembahasaanya dirasa cukup.
4. Triplek.
Bahan yang satu ini
dapat dikatakan media alternatif dalam melukis, khususnya dengan media
basah. Dapat juga dipakai untuk pembuatan cetakan pada seni grafis, tapi
sedikit sulit dalam proses pencukilan. Sebagai bahan yang tidak
konvensional maka triplek tidak terlalu banyak dipakai untuk melukis.
Dimana kita tahu bahwa seni rupa tingkat dasar hanya menggunakan kertas
dan juga kanvas untuk melukis. Jika terpaksa menggunakan triplek sebagai
bahan landasan untuk melukis, maka media yang cocok menggunakan cat
kayu atau cat besi. Tetapi triplek biasanya dapat juga dipakai sebagai
bahan untuk pembuatan seni patung.
5. Kaca.
Kaca mungkin sudah
tidak asing lagi bagi kita, kita dapat memanfaatkan kaca untuk
melengkapi suatu bangunan, buat cermin, dll. Tetapi disisi lain kaca
dapat juga digunakan untuk melukis, dan lukisan pada kaca disebut dengan
lukisan kaca. Untuk melukis dari bahan kaca media yang cocok adalah
menggunakan cat besi atau cat kayu. Dikarenakan sifat dari cat tersebut
mempunyai sifat yang lengket dan berbasis minyak. Tapi kaca juga
merupakan bahan landasan dalam melukis yang tidak utama.
Bahan alternatif dalam menciptakan karya seni yang berbeda dan tidak biasa. Selain dipakai untuk melukis, kaca dipakai untuk membuat ketrampilan yaitu pembuatan kaca patri. Kaca patri (las/solder) salah satu jenis dekorasi yang hampir sama dengan mozaik, hanya saja bahan yang digunakan dari potongan kaca bukan dari keramik.
Bahan alternatif dalam menciptakan karya seni yang berbeda dan tidak biasa. Selain dipakai untuk melukis, kaca dipakai untuk membuat ketrampilan yaitu pembuatan kaca patri. Kaca patri (las/solder) salah satu jenis dekorasi yang hampir sama dengan mozaik, hanya saja bahan yang digunakan dari potongan kaca bukan dari keramik.
Bahan dalam seni
rupa di atas idealnya dipakai untuk penciptaan karya seni dua dimensi
seperti lukisan, gambar, ilustrasi dan seni grafis. Dan untuk materi
selanjutnya adalah pembahasan pada bahan tiga dimensi, bahan tiga
dimensi tentunya untuk pembuatan karya seni yang tiga dimensi pula.
Bahan-bahan tersebut untuk pembuatan karya seni seperti patung, seni
kriya, kerajinan, dekorasi dll.
Dalam bahasan berikut akan dibahas secara garis besarnya saja, hal ini karena seni rupa tiga dimensi merupakan seni rupa yang proses pembuatannya membutuhkan tenaga dan biaya yang ekstra. Disamping itu juga dapat dikatakan seni rupa tingkat lanjut dalam konteks pendidikan dasar. Sebenarnya tidak semua bahan yang akan dibahas berbentuk tiga dimensi, hanya saja pada intinya sebagai bahan penciptaan seni rupa tiga dimensi.
Bahan-bahan tersebut berbentuk butiran, serbuk, pasir, pasta, hal ini bertujuan untuk memudahkan pengelompokan saja. Dan yang termasuk bahan untuk penciptaan karya seni tiga dimensi antara lain :
Dalam bahasan berikut akan dibahas secara garis besarnya saja, hal ini karena seni rupa tiga dimensi merupakan seni rupa yang proses pembuatannya membutuhkan tenaga dan biaya yang ekstra. Disamping itu juga dapat dikatakan seni rupa tingkat lanjut dalam konteks pendidikan dasar. Sebenarnya tidak semua bahan yang akan dibahas berbentuk tiga dimensi, hanya saja pada intinya sebagai bahan penciptaan seni rupa tiga dimensi.
Bahan-bahan tersebut berbentuk butiran, serbuk, pasir, pasta, hal ini bertujuan untuk memudahkan pengelompokan saja. Dan yang termasuk bahan untuk penciptaan karya seni tiga dimensi antara lain :
1. Tanah Liat.
Tanah liat merupakan
salah satu jenis bahan utama yang dipakai dalam pembuatan seni patung
dan kriya keramik. Dalam lingkungan sekitar tanah liat kita kenal dengan
sebutan tanah lempung. Tanah liat disini adalah jenis tanah yang telah
melalui proses penyaringan dari pasir, batu, kerikil, dan air. Sehingga
diperoleh tanah yang murni dan liat, mudah dibentuk dan tidak mudah
retak atau pecah. Memang bahan yang satu ini untuk membuat benda seni
tidak mudah, dan dalam proses pembuatannya tidak bersih. Dan penggunaan
tanah liat pada tingkat dasar, dapat untuk membuat bentuk-bentuk yang
sederhana. Bentuk karya yang sederhana itu antara lain membuat asbak,
orang-orangan, vas bunga sederhana. Hanya saja untuk memperoleh tanah
liat disekitar kita mungkin agak susah, untuk menyiasati kondisi
tersebut dapat menggunakan malam/lilin.
2. Kayu.
Bahan yang satu ini
merupakan bahan yang mudah didapatkan disekitar kita, kayu disini adalah
untuk penciptaan karya seni seperti patung, kriya kayu, intrasia, dan
dekorasi. Tentunya dalam pemilihan bahan ini berdasarkan kekuatan,
kelunakan, ukuran dan karakteristik alurnya. Dan memang idealnya bahan
jenis ini cukup sulit bibentuk, dikarenakan membutuhkan banyak macam
alat dan tenaga ekstra. Sehingga untuk pengaplikasian pada tingkat dasar
cukup sulit, mungkin sebagai alternatif dapat digunakan jenis bambu.
Bambu dapat dibuat ketrampilan tangan atau kerajinan. Jenis kayu yang
dipakai dari semua jenis kayu, terutama memenuhi semua syarat di atas.
Jenis kayu yang dipakai antara lain kayu jati, sonokeling, sawo, bambu,
damar, mahoni dll.
3. Lilin/malam.
Lilin merupakan
bahan yang bisa dipakai untuk pembuatan seni patung, dan bahan yang satu
ini tergolong aman untuk anak-anak. Lilin dapat dipakai sebagai
pengganti tanah liat, hal ini karena lilin tidak lengket dan kotor.
Pembuatan karya seni patung yang sederhana dapat menggunakan bahan jenis
ini. Dalam pembuatan karya seni dengan bahan ini tergolong mudah karena
tidak membutuhkan cetakan, lilin dapat dibentuk langsung sesuai dengan
keinginan kita. Lilin/malam selain mudah dibentuk menjadi bentuk-bentuk
yang sederhana, dan mudah didapatkan disekitar kita.
4. Gypsum.
Bahan gypsum
mentahnya berbentuk tepung, tetapi bahan tersebut akan dapat dibentuk
menjadi karya seni tiga dimensi. Jadi gypsum digunakan untuk pembuatan
seni rupa tingkat lanjut, karena proses pembuatannya yang cukup sulit.
Bahan ini tidak dapat diaplikasikan untuk seni rupa tingkat dasar,
dikarenakan pengelolaannya yang tergolong susah. Jadi untuk membuat
patung dari gypsum harus dibuat cetakannya terlebih dahulu. Setalah
cetakan jadi kemudian adonan gypsum dimasukan kedalam cetakan tersebut.
Perlu diketahui dalam proses pembuatan harus cepat, karena gypsum akan
cepat mengering dan megeras.
5. Logam.
Logam disini adalah
semua jenis logam yang dapat dibentuk menjadi karya seni tiga dimensi.
Logam merupakan bahan dalam seni rupa yang tergolong sulit dalam proses
penciptaan seni rupa. Semua jenis logam dapat dipakai sebagai bahan
dasar penciptaan karya seni tiga dimensi. Jenis logam itu antara lain
besi, almunium, seng, perak, emas, dll. Pada intinya semua jenis logam
dapat dibentuk menjadi karya seni tiga demensi antara lain patung, kriya
logam, seni instalasi, dan kerajinan tangan. Proses pembentukan
tentunya harus didukung dengan kertrampilan tangan, kecakapan, pemikiran
dan tentunya alat-alat pendukung.
6. Resin.
Resin merupakan
bahan untuk pembuatan seni rupa tiga dimensi, dan resin sering dibuat
untuk pembuatan seni patung dan miniatur. Untuk mendapatkan resin dapat
diperoleh ditoko bangunan atau kimia. Pembuatan karya seni dengan resin
tergolong cukup sulit, harus memerlukan keahlian yang khusus. Dimana
dalam proses pembuatan karya seni dengan resin harus diperlukan
kehati-hatian, dikarenakan resin merupakan jenis cairan kimia yang
bersifat keras. Bentuk mentah dari resin sendiri ada yang cair dan ada
juga yang berbentuk serbuk. Untuk membuat karya seni patung harus
disiapkan lebih dahulu cetakannya, prosesnya hampir sama dengan
pembuatan dengan gypsum. Kelebihan dari bahan ini dapat mencapai bentuk
yang detail, dalam artian akan memenuhi cetakan sampai pada pori-pori
cetakan patung tersebut.
artikel ini disalin lengkap dari: http://www.apyusa.com/2015/12/alat-bahan-dan-media-dalam-seni-rupa.html#
halaman utama website: http://www.apyusa.com/
jika mencari artikel yang lebih menarik lagi, kunjungi halaman utama website tersebut. Terimakasih!
No comments:
Post a Comment