Sebuah pokok bahasan yang dipaparkan dalam buku The Evolution Deceit (Keruntuhan Teori Evolusi), bab “The Real Essence of Matter” ("Hakikat Materi yang Sesungguhnya"), juga dalam buku Matter: The Other Name for Illusion (Materi: Nama Lain dari Ilusi); Idealism, The Philosophy of the Matrix and the True Nature of Matter (Idealisme, Filsafat Matriks, dan Sifat-Dasar Materi yang Sebenarnya), Eternity Has Already Begun (Keabadian Telah Dimulai); Timelessness and the Reality of Fate (Ketiadaan Waktu dan Hakikat Takdir) and Knowing the Truth (Memahami Kebenaran) telah
dipermasalahkan oleh sejumlah orang. Disebabkan salah memahami inti
pokok bahasan tersebut, orang-orang ini mengatakan bahwa apa yang
diuraikan dalam rahasia di balik materi adalah sama dengan ajaran
Wahdatul Wujud.
sumber gambar:http://fenomenaduniaon.blogspot.com/2010/01/top-10-fenomena-penuh-misteri-di-luar.html |
Izinkan kami menyatakan di awal bahwa penulis buku
ini adalah seorang yang beriman dan memegang teguh ajaran Ahlus Sunnah
dan tidak mendukung pandangan Wahdatul Wujud.
Akan tetapi, patut diingat bahwa Wahdatul Wujud
pernah didukung oleh sejumlah ulama Islam terkemuka termasuk Muhyiddin
Ibnu 'Arabi. Adalah benar bahwa banyak ulama Islam terkemuka yang
menjelaskan gagasan tentang Wahdatul Wujud di masa lampau melakukannya
dengan menggunakan sejumlah pokok bahasan yang terdapat dalam buku-buku
penulis. Namun, apa yang diuraikan dalam buku-buku tersebut tidaklah
sama dengan Wahdatul Wujud.
Sebagian dari mereka yang mendukung pandangan
Wahdatul Wujud tenggelam dalam sejumlah pandangan keliru dan membuat
sejumlah pernyataan yang bertentangan dengan Al Qur'an serta ajaran
Ahlus Sunnah. Misalnya, mereka sama sekali menolak penciptaan oleh
Allah.
Namun, ketika pokok bahasan rahasia di balik materi
dikemukakan, tidak ada sama sekali pernyataan serupa. Bab ini
menjelaskan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah, dan wujud asli
segala sesuatu ini terlihat olehNya sedangkan manusia hanya melihat
bayangan atau penampakan segala sesuatu ini yang terbentuk dalam otak
mereka.
Gunung, dataran, bunga, manusia, lautan --
singkatnya segala sesuatu yang kita saksikan dan segala sesuatu yang
Allah beritakan kepada kita dalam Al Qur'an sebagai wujud yang ada dan
yang Dia ciptakan dari ketiadaan, adalah diciptakan dan benar-benar ada.
Akan tetapi, manusia tidak dapat melihat, merasakan atau mendengarkan
sifat-dasar hakiki dari segala ciptaan ini melalui indra mereka. Apa
yang mereka lihat dan rasakan hanyalah salinan dari apa yang muncul
dalam otak mereka. Ini adalah fakta ilmiah yang diajarkan di seluruh
sekolah kedokteran. Hal yang sama berlaku pula dengan tulisan yang kini
sedang Anda baca; Anda tidak dapat melihat atau menyentuh sifat-dasar
atau wujud sesungguhnya dari tulisan ini. Cahaya yang datang dari
tulisan asli diubah oleh sejumlah sel-sel pada mata Anda menjadi
sinyal-sinyal listrik, yang kemudian dibawa dan diteruskan ke pusat
penglihatan di bagian belakang otak Anda. Di sinilah penampakan tulisan
ini terbentuk. Dengan kata lain, Anda tidak sedang membaca sebuah
tulisan di depan mata Anda melalui mata Anda; kenyataan yang
sesungguhnya adalah tulisan ini terbentuk di dalam pusat penglihatan di
bagian belakang otak Anda. Tulisan yang sedang Anda baca sekarang adalah
"salinan tulisan" di dalam otak Anda. Tulisan yang asli terlihat oleh
Allah.
Kesimpulannya, fakta bahwa materi (benda) adalah
sebuah ilusi (bayangan/penampakan) yang terbentuk di dalam otak kita
bukan berarti "menolak" keberadaan materi, akan tetapi justru memberi
kita pengetahuan tentang sifat-dasar sesungguhnya tentang materi: bahwa
tak seorang pun mampu berhubungan langsung dengan wujud asli materi.
Fakta ini dipaparkan dalam buku Idealism,
The Philosophy of the Matrix, and the True Nature of Matter (Idealisme,
Filsafat Matriks, dan Sifat-Dasar Materi yang Sebenarnya) sebagaimana berikut:
TERDAPAT MATERI (BENDA) DI LUAR KITA, TAPI KITA TIDAK DAPAT MENGGAPAINYA
… [M]engatakan bahwa materi adalah sebuah ilusi
(bayangan) bukan berarti bahwa materi tidak ada. Justru sebaliknya:
apakah kita merasakannya atau tidak, dunia fisik benar-benar ada. Akan
tetapi kita menyaksikannya sebagai sebuah salinan di dalam otak kita,
dengan kata lain, sebagai sebuah penafsiran dari indra kita. Karenanya,
bagi kita, dunia fisik dari materi adalah sebuah ilusi (bayangan).
Materi di luar terlihat tak hanya oleh kita, tapi
oleh makhluk lain pula. Para malaikat Allah yang ditugaskan sebagai
pengawas menyaksikan dunia ini juga:
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat
amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di
sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaaf, 50: 17-18)
Yang terpenting, Allah menyaksikan segala sesuatu.
Dia menciptakan dunia ini dengan seluruh rinciannya dan melihatnya dalam
berbagai wujudnya. Sebagaimana Dia beritahukan kepada kita dalam Al
Qur'an:
…Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Baqarah, 2: 233)
Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi
antara aku dan kamu sekalian. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui
lagi Maha Melihat akan hamba-hambaNya". (QS Al Israa', 17: 96)
Tidak boleh dilupakan bahwa Allah menyimpan catatan
segala sesuatu dalam kitab yang disebut Lauh Mahfuzh (Kitab Yang
Terpelihara).
Sekalipun jika kita tidak melihat segala sesuatu,
semua itu ada dalam Lauh Mahfuzh. Allah mewahyukan bahwa Dia menyimpan
catatan segala sesuatu dalam "Induk Al Kitab" yang dinamakan Lauh
Mahfuzh dalam ayat-ayat berikut:
Dan sesungguhnya Al Qur'an itu dalam induk
Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi
(nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. (QS. Az Zukhruf, 43: 4)
… dan pada sisi Kami pun ada kitab yang memelihara (mencatat). (QS. Qaaf, 50: 4)
Tiada sesuatu pun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. An Naml, 27: 75)
No comments:
Post a Comment