Lihatlah
diri anda saat bercermin. Pernahkah terpikir oleh anda bahwa bayangan
anda di cermin benar-benar ada dan hidup ? Ya kedengarannya memang gila,
tapi setidaknya itulah logika sederhana untuk mendefinisikan tentang
dunia paralel. Kembaran dunia kita yang tak pernah kita sadari
keberadaannya.
Berdasarkan perhitungan matematis, para ahli fisika kuantum percaya bahwa setiap hari, bahkan setiap detik, sebuah dunia paralel tercipta. Dunia paralel ini tercipta saat suatu peristiwa terjadi, dimana ia merupakan lawan dari peristiwa itu. Misalnya saja, saat seseorang memutuskan untuk berbelok ke kiri, maka tanpa disadari ia telah menciptakan sebuah dunia paralel dimana dirinya mengambil keputusan yang berlawanan, dalam hal ini berbelok ke kanan.
Dunia paralel yang tercipta itu jumlah sangat tidak terbatas, karena konsep waktu memang tidak akan pernah habis dibagi. Seberapa kecilpun kita membagi waktu, misalnya saja sepersejuta milyar detik, tetap saja sebuah peristiwa akan tetap terjadi dalam hitungan sepersejuta milyar detik itu.
Konsep dunia paralel ini banyak menjadi inspirasi bagi para pembuat film. Salah satu contohnya adalah film serial televisi Sliders, yang menceritakan seorang ilmuwan bernama Mallory Quinn yang secara tak sengaja menciptakan alat yang dapat membawanya ke dunia-dunia paralel lain. Di dunia paralel itu tak jarang ia menemukan dirinya sendiri yang menghuni dunia tersebut. Di sana, Quinn memiliki perwujudan fisik yang persis sama tapi memiliki sifat bahkan kehidupan yang berbeda.
Nah, dalam perjalanan antar dunia paralel itu, Quinn dan rekan-rekannya menempuh sebuah ‘jembatan’ yang dalam istilah fisika dikenal dengan nama Einstein-Rosen Bridge. Jembatan ini dalam kenyataannya adalah hasil perhitungan Fisikawan Albert Einstein dan Nathan Rosen yang percaya bahwa antara satu dunia paralel dengan dunia paralel lainnya terhubung oleh sebuah medium yang dikenal dengan istilah wormhole.
Masalahnya, berdasarkan kalkulasi matematis, jembatan Einstein- Rosen ini memiliki energi gravitasi yang sangat besar sehingga siapapun yang melewatinya tidak akan bisa keluar dengan selamat. Dalam film seri Sliders, digambarkan bahwa Mallory Quin bisa menemukan cara agar manusia yang melewati wormhole itu tidak hancur lebur oleh energi gravitasi.
Dunia Paralel: Masa Depan, Kini atau Lampau
Apakah dunia paralel ini sama dengan masa lalu atau masa depan? Bagi yang gemar menonton film seri Sliders mungkin pernah menyaksikan sejumlah episode yang menggambarkan mereka berjalan ke masa lalu atau ke masa depan. Dalam konsep dunia paralel ini bisa dibenarkan, karena beberapa ilmuwan menyimpulkan bahwa dunia paralel juga mengenal masa lalu, masa kini dan masa depan.
Ada sebuah logika yang meski menarik tapi agak njlimet dan kejam untuk menjawab pertanyaan ini yang dikenal dengan istilah “The Grandfather Paradox”. Logikanya kurang lebih begini:
Jika seseorang -katakanlah si A- punya kemampuan kembali ke masa lalu tepatnya ke masa kecil kakeknya, lantas disana ia membunuh sang kakek, maka secara logika si A jelas tak akan pernah ada di dunia, karena kakeknya sudah mati, sehingga ayahnya tak bisa dilahirkan dan pada gilirannya si A pun tak bisa dilahirkan.
Tapi jika si A tak dilahirkan, maka si A tak akan bisa kembali ke masa lalu dan membunuh kakeknya saat ia masih kecil. Dengan demikian, kakeknya akan terus hidup, lantas ayah si A pun akan hidup, dan si A akan lahir di dunia. Dan jika si A ada di dunia, maka ia pun akan bisa kembali ke masa lalu untuk membunuh kakeknya… dan demikian logika ini akan terus berputar-putar.
Lain cerita jika si A menggunakan jembatan Einstein-Rosen untuk kembali ke masa lalu, ke masa kecil kakeknya, Ia akan bisa membunuh si kakek, sementara dirinya tetap ada di dunia. Mengapa demikian? Tidak lain karena jembatan Einstein-Rosen akan membawanyanya ke masa lalu di dunia paralel, bukan di dunianya sendiri. Jika di sana si A membunuh kakeknya, maka si A akan menyebabkan dirinya atau ‘kembarannya’ di dunia paralel untuk tidak lahir. Namun si A sendiri tetap akan hidup karena mereka berada di dunia paralel yang berbeda.
Inilah konsep perjalanan antar waktu yang dipercaya oleh Albert Einstein bisa dilakukan, jika manusia mampu mencapai kecepatan tertentu atau menciptakan energi tertentu yang sanggup membuka wormhole.
Dunia Paralel: Nyata atau Fiksi?
Adakah dunia paralel ini nyata? Sampai sekarang tak ada yang bisa menjawab secara pasti. Dunia paralel memang bisa dibuktikan secara perhitungan matematis, tapi belum ada yang berhasil membuktikannya secara kongkrit, meski tak sedikit yang sudah mencoba.
Namun demikian, pada tahun 1995, seorang peneliti bernama David Raub pernah membuat semacam survey terhadap 72 fisikawan dunia. Hasilnya, 58 persen dari para fisikawan kondang itu percaya bahwa dunia paralel memang ada (diantara yang percaya termasuk pula fisikawan terkenal Stephen Hawking). 13 persen lainnya percaya pada kemungkinan adanya dunia paralel namun belum yakin benar. Sementara mereka yang tak percaya hanya 18 persen dan yang tidak mau memberi jawaban ada 11 persen.
Sekali lagi, dunia paralel ini masih belum terbukti dan masih berwujud konsep hasil perhitungan matematis para ahli. Toh kalau dilihat dari sisi lain, dunia paralel ini justru menunjukkan kebesaran Tuhan dalam menciptakan dunia yang ternyata tidak sesederhana yang selama ini kita pikir. Agaknya perlu pula dicatat adanya sejumlah ahli tafsir yang menemukan bahwa jauh sebelum Einstein muncul dengan konsep black hole atau lubang hitam serta serta wormhole bahkan teorinya yang terkenal yakni Big Bang, Kitab Suci Al Qur’an telah menyinggung soal hal ini dalam salah satu ayatnya. Lagi-lagi satu bukti kebesaran Tuhan.
Memang ahli tafsir bisa saja salah. Tapi paling tidak konsepsi dunia paralel ini juga menunjukkan betapa luar biasanya ciptaan Tuhan yang bernama manusia yang dengan pikirannya semata mampu mengeksplorasi alam ciptaan-Nya
sumber: https://astronautis.wordpress.com/2012/06/28/jangan-percaya-bayangan-di-cermin-mereka-paralel/
Berdasarkan perhitungan matematis, para ahli fisika kuantum percaya bahwa setiap hari, bahkan setiap detik, sebuah dunia paralel tercipta. Dunia paralel ini tercipta saat suatu peristiwa terjadi, dimana ia merupakan lawan dari peristiwa itu. Misalnya saja, saat seseorang memutuskan untuk berbelok ke kiri, maka tanpa disadari ia telah menciptakan sebuah dunia paralel dimana dirinya mengambil keputusan yang berlawanan, dalam hal ini berbelok ke kanan.
Dunia paralel yang tercipta itu jumlah sangat tidak terbatas, karena konsep waktu memang tidak akan pernah habis dibagi. Seberapa kecilpun kita membagi waktu, misalnya saja sepersejuta milyar detik, tetap saja sebuah peristiwa akan tetap terjadi dalam hitungan sepersejuta milyar detik itu.
Konsep dunia paralel ini banyak menjadi inspirasi bagi para pembuat film. Salah satu contohnya adalah film serial televisi Sliders, yang menceritakan seorang ilmuwan bernama Mallory Quinn yang secara tak sengaja menciptakan alat yang dapat membawanya ke dunia-dunia paralel lain. Di dunia paralel itu tak jarang ia menemukan dirinya sendiri yang menghuni dunia tersebut. Di sana, Quinn memiliki perwujudan fisik yang persis sama tapi memiliki sifat bahkan kehidupan yang berbeda.
Nah, dalam perjalanan antar dunia paralel itu, Quinn dan rekan-rekannya menempuh sebuah ‘jembatan’ yang dalam istilah fisika dikenal dengan nama Einstein-Rosen Bridge. Jembatan ini dalam kenyataannya adalah hasil perhitungan Fisikawan Albert Einstein dan Nathan Rosen yang percaya bahwa antara satu dunia paralel dengan dunia paralel lainnya terhubung oleh sebuah medium yang dikenal dengan istilah wormhole.
Masalahnya, berdasarkan kalkulasi matematis, jembatan Einstein- Rosen ini memiliki energi gravitasi yang sangat besar sehingga siapapun yang melewatinya tidak akan bisa keluar dengan selamat. Dalam film seri Sliders, digambarkan bahwa Mallory Quin bisa menemukan cara agar manusia yang melewati wormhole itu tidak hancur lebur oleh energi gravitasi.
Dunia Paralel: Masa Depan, Kini atau Lampau
Apakah dunia paralel ini sama dengan masa lalu atau masa depan? Bagi yang gemar menonton film seri Sliders mungkin pernah menyaksikan sejumlah episode yang menggambarkan mereka berjalan ke masa lalu atau ke masa depan. Dalam konsep dunia paralel ini bisa dibenarkan, karena beberapa ilmuwan menyimpulkan bahwa dunia paralel juga mengenal masa lalu, masa kini dan masa depan.
Ada sebuah logika yang meski menarik tapi agak njlimet dan kejam untuk menjawab pertanyaan ini yang dikenal dengan istilah “The Grandfather Paradox”. Logikanya kurang lebih begini:
Jika seseorang -katakanlah si A- punya kemampuan kembali ke masa lalu tepatnya ke masa kecil kakeknya, lantas disana ia membunuh sang kakek, maka secara logika si A jelas tak akan pernah ada di dunia, karena kakeknya sudah mati, sehingga ayahnya tak bisa dilahirkan dan pada gilirannya si A pun tak bisa dilahirkan.
Tapi jika si A tak dilahirkan, maka si A tak akan bisa kembali ke masa lalu dan membunuh kakeknya saat ia masih kecil. Dengan demikian, kakeknya akan terus hidup, lantas ayah si A pun akan hidup, dan si A akan lahir di dunia. Dan jika si A ada di dunia, maka ia pun akan bisa kembali ke masa lalu untuk membunuh kakeknya… dan demikian logika ini akan terus berputar-putar.
Lain cerita jika si A menggunakan jembatan Einstein-Rosen untuk kembali ke masa lalu, ke masa kecil kakeknya, Ia akan bisa membunuh si kakek, sementara dirinya tetap ada di dunia. Mengapa demikian? Tidak lain karena jembatan Einstein-Rosen akan membawanyanya ke masa lalu di dunia paralel, bukan di dunianya sendiri. Jika di sana si A membunuh kakeknya, maka si A akan menyebabkan dirinya atau ‘kembarannya’ di dunia paralel untuk tidak lahir. Namun si A sendiri tetap akan hidup karena mereka berada di dunia paralel yang berbeda.
Inilah konsep perjalanan antar waktu yang dipercaya oleh Albert Einstein bisa dilakukan, jika manusia mampu mencapai kecepatan tertentu atau menciptakan energi tertentu yang sanggup membuka wormhole.
Dunia Paralel: Nyata atau Fiksi?
Adakah dunia paralel ini nyata? Sampai sekarang tak ada yang bisa menjawab secara pasti. Dunia paralel memang bisa dibuktikan secara perhitungan matematis, tapi belum ada yang berhasil membuktikannya secara kongkrit, meski tak sedikit yang sudah mencoba.
Namun demikian, pada tahun 1995, seorang peneliti bernama David Raub pernah membuat semacam survey terhadap 72 fisikawan dunia. Hasilnya, 58 persen dari para fisikawan kondang itu percaya bahwa dunia paralel memang ada (diantara yang percaya termasuk pula fisikawan terkenal Stephen Hawking). 13 persen lainnya percaya pada kemungkinan adanya dunia paralel namun belum yakin benar. Sementara mereka yang tak percaya hanya 18 persen dan yang tidak mau memberi jawaban ada 11 persen.
Sekali lagi, dunia paralel ini masih belum terbukti dan masih berwujud konsep hasil perhitungan matematis para ahli. Toh kalau dilihat dari sisi lain, dunia paralel ini justru menunjukkan kebesaran Tuhan dalam menciptakan dunia yang ternyata tidak sesederhana yang selama ini kita pikir. Agaknya perlu pula dicatat adanya sejumlah ahli tafsir yang menemukan bahwa jauh sebelum Einstein muncul dengan konsep black hole atau lubang hitam serta serta wormhole bahkan teorinya yang terkenal yakni Big Bang, Kitab Suci Al Qur’an telah menyinggung soal hal ini dalam salah satu ayatnya. Lagi-lagi satu bukti kebesaran Tuhan.
Memang ahli tafsir bisa saja salah. Tapi paling tidak konsepsi dunia paralel ini juga menunjukkan betapa luar biasanya ciptaan Tuhan yang bernama manusia yang dengan pikirannya semata mampu mengeksplorasi alam ciptaan-Nya
sumber: https://astronautis.wordpress.com/2012/06/28/jangan-percaya-bayangan-di-cermin-mereka-paralel/
No comments:
Post a Comment