Pernapasan
pada hewan tingkat rendah berlangsung secara difusi. Mekanisme
pernapasan pada hewan bergantung pada sifat lingkungannya. Hewan darat
memiliki sistem pernapasan yang berbeda dengan sistem pernapasan hewan
air.
Respirasi pada protozoa terjadi dengan cara
aerob dan anaerob. Pada respirasi aerob terjadi oksidasi dengan oksigen
yang masuk ke dalam tubuh secara difusi dan osmosis melalui selurut
permukaan tubuh. Respirasi anaerob terjadi pembongkaran molekul kompleks
menjadi molekul sederhana tanpa menggunakan oksigen.
Pernapasan pada hewan ada yang dilakukan secara difusi yaitu langsung melalui sel-sel permukaan tubuh. Ada pula hewan yang melakukan pernapasan dengan alat-alat khusus seperti insang, kulit, trakea, dan paru-paru.
1. Sistem Pernapasan pada Protozoa
Protozoa
adalah hewan bersel satu dan tidak memiliki alat pernapasan khusus.
Pernapasan dilakukan dengan proses masuk dan keluarnya oksigen dan
karbon dioksida melalui permukaan sel secara difusi.
2. Sistem Pernapasan pada Avertebrata
2.1. Sistem Pernapasan pada Porifera
Pada porifera, air yang membawa oksigen masuk melalui pori-pori tubuh (ostium) lalu masuk ke koanosit secara difusi. Di dalam mitokondria
pada sel koanosit, oksigen digunakan untuk mengurai molekul organik
menjadi molekul anorganik yang disertai pelepasan karbon dioksida.
Karbon dioksida dibawa keluar oleh air melalui spongosoel lalu menuju
oskulum dalam mitokondria sel koanosit.
2.2. Sistem Pernapasan pada Moluska
Hewan
anggota filum moluska terdiri dari dua kelompok yaitu moluska darat dan
moluska air. Moluska darat seperti bekicot, bernapas dengan paru-paru.
Sedangkan moluska air seperti kerang bernapas dengan insang.
2.3. Sistem Pernapasan pada Arthropoda
Filum
arthropoda terdiri dari 4 kelas yaitu crustacea, myriapoda, arachnida,
dan insekta. Crustacea (udang dan kepiting) bernapas dengan insang,
myriapoda (lipan dan luwing) bernapas dengan trakea, arachnida
(laba-laba dan kalajengking) bernapas dengan paru-paru buku, dan insekta
(serangga) bernapas dengan trakea.
2.4. Sistem Pernapasan pada Coelenterata
Coelenterata
tersusun atas dua lapisan sel yaitu lapisan luar dan lapisan dalam.
Pertukaran gas terjadi secara difusi pada sel di luar permukaan tubuh
yang bersentuhan dengan air. Coelenterata memiliki alat bantu pernapasan
yaitu berupa lekukan jaringan yang disebut sifonoglifa.
2.5. Sistem Pernapasan pada Echinodermata
Hewan-hewan
echinodernata seperti bintang laut, landak laut, dan mentimun laut
hidup di air laut. Echinodermata bernapas dengan insang kulit.
2.6. Sistem Pernapasan pada Cacing
Cacing
tidak memiliki alat pernapasan khusus. Sehingga oksigen harus berdifusi
melalui kulit untuk masuk ke dalam kapiler darah. Karbon dioksida juga
keluar melalui kulit. Proses pernapasan semacam ini disebut pernapasan
integumenter. Cacing memiliki permukaan yang licin supaya tetap lembap
sehingga memudahkan terjadi pertukaran gas.
3. Sistem Pernapasan pada Vertebrata
3.1. Sistem Pernapasan pada Ikan
Ikan
memiliki alat pernapasan berupa insang. Insang digunakan dikarenakan
ikan hidup di dalam air. Insang terdapat di sisi kanan dan kiri kepala.
Namun, terdapat ikan dipnoi yan bernapas dengan menggunakan paru-paru.
Pada beberapa jenis ikan, rongga insangnya mempunyai perluasan ke atas
yang disebut labirin yang berfungsi untuk menyimpan udara, sehingga ikan
tersebut dapat hidup di air yang kekurangan oksigen. Insang juga
berfungsi sebagai alat ekskresi dan alat transportasi garam-garam.
Fase
inspirasi diawali dengan membukanya mulut ikan. Kemudian air masuk ke
dalam rongga mulut. Insang akan menutup seningga air akan mengalir ke
dalam insang. Fase ekspirasi ikan terjadi pada waktu mulut ikan
tertutup. Air akan masuk melalui celah insang dan terjadi pertukaran gas
disana. Darah akan mengikat oksigen dan melepas karbon dioksida ke
dalam air.
3.2. Sistem Pernapasan pada Amfibi
Salah
satu contoh hewan amfibi adalah katak. Amfibi dapat hidup di air dan
darat. Sehingga alat pernapasannya berupa paru-paru, kulit, dan insang.
Katak pada waktu masih larva bernapas dengan insang luar. Pada masa
berudu terbentuk insang dalam. Katak dewasa bernapas dengan paru-paru
dan kulit.
Paru-paru pada katak berupa dua
kantung berdinding tipis dan elastis yang banyak mengandung kapiler
darah, serta terletak dalam rongga badan. Paru-paru berhubungan dengan
rongga mulut melalui sebuah lubang yang disebut glotis. Kedua kantung
paru-paru tersebut saling berhubungan dengan bronkus pendek.
Saat
bernapas, terjadi penambahan udara dengan keadaan otot rahang bawah
mengendur. Otot sterno hioideus berkontraksi sehingga udara masuk ke
rongga mulut. Udara masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas. Saat
udara keluar, terjadi kontraksi otot hioideus dan otot perut sehingga
rongga perut mengecil dan udara keluar melalui koane.
3.3. Sistem Pernapasan pada Reptil
Reptil
memiliki alat pernapasan berupa paru-paru. Paru-paru reptil dikelilingi
oleh rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk. Reptil memiliki
kulit yang bersisik atu kering sehingga sulit ditembus oleh air. Hal ini
menyebabkan cairan yang hilang melalui kulit sangat sedikit sehingga
reptil mampu bertahan hidup pada habitat yang kering.
Saat
inspirasi, tulang rusuk merenggang dan volume rongga dada meningkat
sehingga udara dapat masuk ke paru-paru. Saat ekspirasi, tulang rusuk
akan merapat sehingga udara akan terdesak keluar dari paru-paru.
Pada
kura-kura selain dengan paru-paru, pengambilan oksigen dibantu oleh
lapisan kulit tipis dengan banyak kapiler darah yang ada di sekitar
kloaka.
3.4. Sistem Pernapasan pada Burung
Sistem
pernapasan burung terdiri dari lubang hidung, paru-paru, trakea,
kantung udara depan, dan kantung udara belakang. Kantung udara berfungsi
sebagai alat pernapasan pada saat terbang, membantu memperbesar ruang
siring sehingga memperkeras suara, mengatur berat jenis tubuh, dan
mengatur suhu tubuh.
Mekanisme pernapasan burung terbagi menjadi dua macam. Yaitu saat terbang dan saat istirahat.
Fase
inspirasi saat terbang terjadi pada waktu sayap diangkat. Pada saat
sayap terangkat, kantung udara pada pangkal lengan mengembang, sehingga
udara masuk ke kantung udara perut. Kemudian, udara dialirkan ke
paru-paru dan sebagian masuk ke dalam kantung udara, sehingga darah
dapat mengambil oksigen dari paru-paru.
Fase
ekspirasi saat terbang terjadi pada waktu sayap diturunkan. Pada saat
sayap diturunkan, kantung udara pada pangkal lengan mengempis, sehingga
kantung udara dada mengembang dan mendorong udara keluar, sehingga
terjadi pergantian udara.
Fase inspirasi saat
istirahat terjadi dengan diawalinya pergerakan tulang rusuk ke depan
sehingga rongga dada membesar dan paru-paru mengembang. Hal tersebut
menyebabkan udara dapat masuk ke paru-paru. Sebagian udara yang kaya
oksigen ini akan diambil paru-paru dan sebagian lagi akan masuk ke
kantung udara belakang. Udara yang miskin oksigen akan masuk ke kantung
udara depan.
Fase ekspirasi saat istirahat
terjadi saat rongga dada mengecil dan diikuti mengecilnya paru-paru,
sehingga udara di dalam kantung udara akan dikeluarkan melalui
paru-paru.
No comments:
Post a Comment