Remot
(Remote Control) Bekerja Memafaatkan Cahaya Infra Merah. Untuk
membuktikannya pencetlahlah Remote tersebut di Tempat yang Paling Gelap.
Lihatlah panel depannya Pasti Mengeluarkan cahaya ‘atau Kebetulan kita
sedang menyalakan TV. Pencetlah remotnya … sebelumnya pada TV ada yang
disebut Sensor Remote. Tutuplah Sensor pada itu menggunakan Isolatip Hitam.pasti
Remot itu tidak berfungsi. Pemafaatan infra merah ini pada remot karna
mempunyai efek tembus yang kuat serta mempunyai efek pantulan yang kuat.
Infra
merah (infra red) ialah sinar elektromagnet yang panjang
gelombangnyalebih daripada cahaya nampak yaitu di antara 700 nm dan 1
mm. Sinar infra merah merupakan cahaya yang tidak tampak. Jika dilihat
dengan dengan spektroskop cahaya maka radiasi cahaya infra merah akan
nampak pada spectrum elektromagnet dengan panjang gelombang di atas
panjang gelombang cahaya merah. Dengan panjang gelombang ini maka cahaya
infra merah ini akan tidak tampak oleh mata namun radiasi panas yang
ditimbulkannya masih terasa/dideteksi. Infra merah dapat dibedakan
menjadi tiga daerah yakni:
Near Infra Merah………………0.75 – 1.5 µm
Mid Infra Merah..………………1.50 – 10 µm
Far Infra Merah……………….10 – 100 µm
Contoh
aplikasi sederhana untuk far infra red adalah terdapat pada alat – alat
kesehatan. Sedangkan untuk mid infra red ada pada alat ini untuk sensor
alarm biasa, sedangkan near infra red digunakan untuk pencitraan
pandangan malam seperti pada nightscoop. Penggunaan infra merah sebagai
media transmisi data mulai diaplikasikan pada berbagai perlatan seperti
televisi, handphone sampai pada transfer data pada PC. Media infra merah
ini dapat digunakan baik untuk kontrol aplikasi lain maupun transmisi
data. Sifat-sifat cahaya infra merah:
1. tidak tampak manusia
2. tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang
3. dapat ditimbulkan oleh komponen yang menghasilkan panas
Komunikasi
Infra Merah dilakukan dengan menggunakan dioda infra merah sebagai
pemancar dan modul penerima infra merah sebagai penerimanya. Untuk jarak
yang cukup jauh, kurang lebih tiga sampai lima meter, pancaran data
infra merah harus dimodulasikan terlebih dahulu untuk menghindari
kerusakkan data akibat noise.
Untuk
transmisi data yang menggunakan media udara sebagai media perantara
biasanya menggunakan frekuensi carrier sekitar 30KHz sampai dengan
40KHz. Infra merah yang dipancarkan melalui udara ini paling efektif
jika menggunakan sinyal carrier yang mempunyai frekuensi di atas. Sinyal
yang dipancarkan oleh pengirim diterima oleh penerima infra merah dan
kemudian didecodekan sebagai sebuah paket data biner. Proses modulasi
dilakukan dengan mengubah kondisi logika 0 dan 1 menjadi kondisi ada dan
tidak ada sinyal carrier infra merah yang berkisar antara 30KHz sampai
40 KHz. Pada komunikasi data serial, kondisi idle (tidak ada transmisi
data) adalah merupakan logika ‘0’, sedangkan pada komunikasi infra merah
kondisi idle adalah kondisi tidak adanya sinyal carrier. Hal ini
ditujukan agar tidak terjadi pemborosan daya pada saat tidak terjadi
transmisi data.
Semua
remote kontrol menggunakan transmisi sinyal infra merah yang dimodulasi
dengan sinyal carrier dengan frekuensi tertentu yaitu pada frekuensi
30KHz sampai 40KHz. Sinyal yang dipancarkan oleh pengirim diterima oleh
penerima infra merah dan kemudian didecodekan sebagai sebuah paket data
biner. Pada transmisi infra merah terdapat dua terminologi yang sangat
penting yaitu : ‘space’ yang menyatakan tidak ada sinyal carrier dan
‘pulse’ yang menyatakan ada sinyal carrier seperti pada gambar di bawah
ini.
Untuk
transmisi data biasanya sinyal ditransmisikan dalam bentuk pulsapulsa.
Ketika sebuah tombol ditekan pada remote kontrol maka IR akan
mentransmitkan sebuah sinyal yang akan dideteksi sebagai urutan data
biner. Led infra merah adalah jenis dioda yang memencarkan cahaya infra
merah, aplikasi sederhana penggunaan led infra merah ini adalah pada
remote TV. Led infra merah pada dasarnya adalah dioda PN silicon biasa
yang dikemas dalam kotak transparan. Sinar infra merah dihasilkan dari
pertemuan Arsenida Galium pada led infra merah yang diberikan tegangan
listrik. Led infra merah merupakan salah satu komponen elektronika yang
akan mengantar arus jika dialiri bias maju. Led infra merah terbuat dari
bahan Arsenida gelium atau Fosfida Galium (GaAS atau Gap), dan
ditempatkan dalam suatu wadah yang tembus pandang. Untuk membedakan
antara katoda dan anodanya dapat dilihat dari bentuk elektrodanya yang
besar adalah katoda. Material yang digunakan dalam konstruksi led akan
menentukan jenis cahaya yang diradiasikan. Apakah cahaya tampak atau
cahaya tidak tampak. Sebagai contoh material GaAlAs menghasilkan cahaya
infra merah (cahaya tidak tampak), sedangkan GaAsP menghasilkan cahaya
tampak merah. Pada sistem ada dua jenis led yang digunakan yaitu sebagai
indikator dan juga sebagai komponen pengirim cahaya infra merah.
Berikut rangkaian pengirim infra merah:
Sinar
infra merah yang dipancarkan oleh pemancar infra merah tentunya
mempunyai aturan tertentu agar data yang dipancarkan dapat diterima
dengan baik di penerima. Oleh karena itu baik di pengirim infra merah
maupun penerima infra merah harus mempunyai aturan yang sama dalam
mentransmisikan (bagian pengirim) dan menerima sinyal tersebut kemudian
mendekodekannya kembali menjadi data biner (bagian penerima). Komponen
yang dapat menerima infra merah ini merupakan komponen yang peka cahaya
yang dapat berupa dioda (photodioda) atau transistor (phototransistor).
Komponen ini akan merubah energi cahaya, dalam hal ini energi cahaya
infra merah, menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik. Komponen ini harus
mampu mengumpulkan sinyal infra merah sebanyak mungkin sehingga
pulsapulsa sinyal listrik yang dihasilkan kualitasnya cukup baik. Pada
perangkat ini detektor cahaya yang digunakan adalah komponen TSOP4838,
di mana pada komponen ini sudah terdapat filter. Jadi detektor ini akan
bekerja dengan baik jika terdapat frekuensi 38KHz.
Pada
prakteknya sinyal infra merah yang diterima intensitasnya sangat kecil
sehingga perlu dikuatkan. Kekuatan sinar dan sudut datang merupakan
faktor penting dalam keberhasilan transmisi data melalui infra merah
selain filter dan penguatan pada bagian penerimanya. Selain itu agar
tidak terganggu oleh sinyal cahaya lain maka sinyal listrik yang
dihasilkan oleh sensor infra merah harus difilter pada frekuensi sinyal
carrier yaitu pada 30KHz sampai 40KHz. Selanjutnya baik photodioda
maupun phototransistor disebut sebagai photodetector. Dalam penerimaan
infra merah, sinyal ini merupakan sinyal infra merah yang termodulasi.
Pemodulasian sinyal data dengan sinyal carrier dengan frekuensi tertentu
akan dapat memperjauh transmisi data sinyal infra merah. Semakin besar
area penerimaan maka sudut penerimaannya juga semakin besar. Kelemahan
area penerimaan yang semakin besar ini adalah noise yang dihasilkan juga
semakin besar pula. Suatu penerima pada sistem komunikasi cahaya harus
memenuhi syarat antara lain:
1) Sensitivitas yang tinggi. Karena detektor cahaya digunakan pada suatu panjang gelombang tertentu, maka sensitivitas tertinggi terdapat pada daerah panjang gelombang yang dimaksud.
2) Respon waktu yang cepat, hal ini dimaksudkan agar sistem dapat dioperasikan pada kecepatan tinggi yang akan meningkatkan efisiensi sistem komunikasi.
3) Noise internal yang dibangkitkan detektor harus sekecil mungkin.
4) Harga yang murah dan juga mempunyai keandalan yang tinggi
SEJARAH
Remote
Televisi dikembangkan pertama kali oleh Zenith Radio Corp tahun 1950,
“Lazy Bones”–merk dagang pertama remote tersebut– dengan lagu iklan
“Prest-o! Change-O! Just Press a Button… to Change a Stasiun” dalam
pengoperasiannya masih menggunakan kabel yang dihubungkan dengan TV.
Inovasi ini kurang mendapat sambutan dari konsumen pada saat itu
berhubung kabel yang menjulur antara remote dan TV sering mengakibatkan
kaki tersandung.
Tahun
1955 Zenith menghilangkan kabel dan menggantinya dengan teknologi
cahaya (Flashmatic) di mana seberkas cahaya/sinar dipancarkan dari modul
remote untuk mengendalikan sel photo yang terdapat pada TV. Sayangnya
sel foto pada TV kurang bisa mengenali mana cahaya yang datang dari
remote dan cahaya yang datang dari sumber lainnya, sehingga terkadang
ketika ada terkena lampu ruangan/sinar matahari, saluran ato volume pada
TV dapat berpindah dengan sendirinya.
Tahun
1956 Robert Adler mengembangkan teknologi baru dengan gelombang
ultrasonik (Space commands). Pada modul remote terdapat piezoelektrik
penghasil gelombang ultrasonik, sedangkan pada TV tertanam mikrofon yang
telah di tune pada frekuensi yang sama. Banyak keluhan dari konsumen
bahwa gelombang yang dihasilkan dari remote tersebut mengganggu binatang
peliharaan terutama anjing. Kemudian saluran atau volume dapat
berpindah sendiri bila ada frekuensi dari alat lain yang senada dengan
frekuensi pada TV. Pada dasarnya teknologi ini rentan akan interferensi
frekuensi.
Penggunaan
remote control semakin rumit ketika pada tahun 1970 BBC memperkenalkan
moda teletext dengan merk dagang Ceefax pada dunia siaran komersial TV.
Teletext membutuhkan teknologi yang dapat menginput data biner pada TV,
tidak hanya pemindahan saluran dan volume seperti halnya remote TV
terdahulu. Kita di Indonesia juga sempat mengenal teletext pada medio
90-an namun tidak berlangsung lama. Sistem awal Ceefax teletext sendiri
masih bergantung pada kabel karena saat itu belum ada teknolgi nirkabel
yang mumpuni bagi moda teletext.
Baru
pada 1977, ITT mengembangkan teknologi remote control menggunakan sinar
infra merah. Sistem ini masih terus digunakan sampai saat ini dan ITT
protocol menjadi sistem standar bagi penggunaan bentuk telekomunikasi
yang menggunakan sinar inframerah.
Bicara
tentang remote TV, tak mungkin melupakan jasa seorang ahli fisika
bernama Robert Adler. Dialah orang yang berjasa menciptakan alat yang
bukan saja membuat praktis dalam menonton televisi, tapi juga
mempengaruhi peradaban umat manusia. Remote control temuan Adler
diperkenalkan setengah abad silam, tepatnya pada tahun 1956, saat ia
menjabat Direktur Riset Zenith Electronics, produsen televisi AS. Remote
control bernama Space Command itu lahir ketika bangsa AS memasuki era
emas pertelevisian, ketika fungsi televisi mengalami perubahan dari
semula barang luks (mewah) menjadi sumber informasi dan hiburan
masyarakat.
Memang,
ketika pertama diluncurkan, Space Command tergolong bukan gadget yang
“nyaman” jika diukur dengan standar zaman sekarang. Bagaimana tidak,
beratnya saja hampir 1 kg (sekitar 8 ons), sementara harganya yang
mencapai 100 dolar AS kala itu, setara dengan sepertiga harga pesawat
televisi. Namun demikian, temuan remote control Space Command tercatat
sebagai state of the art dan puncak penampilan dari sebuah pencarian
yang panjang.
Harus
diakui pula, Robert Adler bukanlah orang pertama yang menemukan remote
control. Lebih tepat ia sebagai penyempurna atas temuan sebelumnya yang
juga diluncurkan oleh Zenith dengan berbagai macam kelemahan. Di sinilah
konsep remote control Adler masuk. Berbeda dengan prinsip kerja remote
hasil gagasan Polley, remote control Adler yang diberi nama Space
Command menggunakan ultrasonik atau suara frekwensi tinggi yang
dihasilkan dengan cara menekan tombol yang terbuat dari lempengan
aluminium tipis. Alat ini tak butuh baterai dan dikenal sebagai “the
clickers” karena tidak berisik. Kampanye atau promosinya cukup menarik,
“Nothing between You and The Set, but Space” (Tak ada apapun antara Anda
dan pesawat televisi, kecuali Space (ruang).” Remote ini dengan cepat
menggantikan Flashmatic dan teknologi ini menjadi standar industri
pertelevisian hingga tahun 1980-an, ketika sinyal infra merah menjadi
standar remote yang baru.
Robert
Adler lahir di Wina pada tanggal 4 Desember 1913 dari sebuah keluarga
kelas menengah yang mapan dari Austria. Ibunya adalah seorang dokter dan
ayahnya ahli sosiologi. Setelah mendapat gelar PhD dalam bidang fisika
dari Universitas Wina tahun 1937—saat NAZI menganeksasi Austria—ia
kemudian berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain, mulai dari
Belgia, Inggris hingga akhirnya ke AS pada tahun 1941. Ia langsung
bergabung dengan Zenith Electronics di Chicago, yang memberinya
keleluasaan mengejar projek apa pun yang dia inginkan.
Selama
PD II Adler bekerja pada bagian oskilator frekuensi tinggi dan filter
elektro mekanik radio pesawat terbang. Usai PD II ia meneruskan
pekerjaan pada teknologi televisi, di mana ia mampu menemukan sejumlah
peralatan dan berjasa dalam revolusi petelevisian. Adler memelopori
penggunaan teknologi penggunaan tabung hampa udara bercahaya yang
meningkatkan kualitas transmisi audio televisi. Ia juga menjadi pelopor
dalam pengembangan teknologi gelombang akustik permulaan yang menjadi
dasar bagi pengembangan teknologi layar sentuh (touch screen).
Dalam
kiprahnya selama 60 tahun di Zenith, mulai dari sebagai direktur riset
dan menjadi konsultan lepas setelah ia pensiun pada tahun 1979, Adler
telah mengantongi lebih dari 180 paten. Meskipun remote control adalah
puncak temuan yang mengantarkannya pada ketenaran, ia mengaku bangga
atas temuan lainnya.
artikel ini disalin lengkap dari: https://mamanunung.wordpress.com/2011/09/25/remote-televisi-cara-kerja-dan-sejarahnya/
halaman utama website: https://mamanunung.wordpress.com/
jika mencari artikel yang lebih menarik lagi, kunjungi halaman utama website tersebut. Terimakasih!
No comments:
Post a Comment