BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Permasalahan
Dalam
memahami tentang bahan titanium dan molibdenum ini
terdapat beberapa aspek permasalahan
yang akan dibahas pada makalah ini yaitu
sebagai berikut :
- Sejarah dan pengertian serta sumber dari titanium dan molibdenum.
- Cara Pembuatan Titanium dan Molibdenum beserta aplikasinya.
- Klasifikasi paduan Titanium dan Molibdenum.
- Dampak dan penanggulangan bahaya yang ditimbulkan oleh titanium dan Molibdenum bagi manusia dan lingkungan
1.3
Tujuan
Makalah tentang bahan Titanium dan Molibdenum ini
bertujuan untuk:
1.
Mengetahui dan memahami sifat-sifat dari Titanium dan Molibdenum
meliputi sifat fisik, sifat kimia dan sifat mekanik.
- Mengetahui dan memahami proses pembuatan Titanium dan Molibdenum.
- Mengetahui aplikasi dari Titanium dan Molibdenum dalam berbagai aspek.
- Mengetahui paduan-paduan (alloy) dari Titanium dan Molibdenum.
- Mengetahui dampak serta penanggulangan dari bahaya yang ditimbulkan oleh Titanium dan Molibdenum bagi manusia dan lingkungan
1.4
Sistematika Penulisan
Makalah
ini disusun dengan format sebagai berikut BAB I Pendahuluan berisi tentang
Latar belakang, Permasalahan, Tujuan, dan Sistematika Penulisan laporan. BAB II Isi
yang berisi mengenai landasan teori dari Titanium dan Molibdenum, BAB III Penutup berisi
kesimpulan, kemudian Daftar pustaka.
BAB II
TITANIUM DAN PADUANNYA
2.1.1 Sejarah
Titanium pertama
kali ditemukan dalam mineral di Cornwall, Inggris, tahun 1791 oleh geolog
amatir dan pendeta William Gregor kemudian oleh pendeta Kredo paroki. Ia
mengenali adanya unsur baru dalam ilmenite ketika ia menemukan pasir hitam
sungai di dekat paroki dari Manaccan dan melihat pasir tertarik oleh magnet.
Analisis terhadap pasir tersebut menunjukkan adanya kehadiran dua oksida logam,
yaitu besi oksida (menjelaskan daya tarik magnet) dan 45,25% dari metalik putih
oksida yang pada saat itu belum dapat dipastikan jenisnya. Gregor yang menyadari
bahwa unsur tak dikenal yang mengandung
oksida logam tersebut tidak memiliki kesamaan dengan sifat-sifat dari unsur
yang telah lebih awal dikatahui, melaporkan penemuannya kepada Royal Geological
Society of Cornwall dan di jurnal ilmiah Jerman Crell’s Annalen.
Pada waktu
yang hampir bersamaan, Franz-Joseph Müller von Reichenstein menghasilkan
substansi yang serupa, tetapi tidak dapat mengidentifikasi unsur tersebut. Oksida
secara independen ditemukan kembali pada tahun 1795 oleh Jerman kimiawan Martin
Heinrich Klaproth di dalam rutil dari Hungaria. Klaproth menemukan bahwa hal
itu berisi unsur baru dan menamakannya Titan yang merupakan nama dewa matahari dari
mitologi Yunani. Setelah mendengar tentang penemuan Gregor sebelumnya, ia
memperoleh sampel manaccanite yang di dalamnya terdapat titanium.
2.2.2 Pengertian
Titanium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik
yang memiliki symbol Ti dan nomor atom 22 yang ditemukan
pada tahun 1791 tetapi tidak diproduksi secara komersial hingga tahun 1950-an. Titanium
ditemukan di Inggris oleh William Gregor dalam 1791 dan dinamai oleh Martin
Heinrich Klaproth untuk Titan dari mitologi Yunani.
Titanium
merupakan logam transisi yang ringan, kuat, tahan korosi termasuk tahan air
laut dan chlorine dengan warna
putih-metalik-keperakan. Titanium digunakan dalam alloy (terutama dengan besi
dan alumunium) dan senyawa terbanyaknya, titanium dioksida, digunakan dalam pigmen putih. Salah
satu karakteristik titanium yang paling terkenal yaitu bersifat sama kuat
dengan baja tetapi beratnya hanya 60% dari berat baja. Sifat titanium mirip
dengan zirconium secara kimia maupun fisika. Titanium dihargai lebih mahal
daripada emas karena
sifat-sifat logamnya.
Unsur ini terdapat di banyak mineral
dengan sumber utama adalah rutile dan ilmenit, yang tersebar luas di seluruh Bumi. Ada dua bentuk alotropi dan lima isotop alami dari unsur
ini; Ti-46 sampai Ti-50 dengan Ti-48 yang paling banyak terdapat di alam
(73,8%).
2.2 Struktur
Titanium
Titanium bersifat allotropy, yaitu memiliki dua struktur
kristal yang berbeda pada temperatur yang berbeda.
·
Pada temperatur ruang, titanium murni memiliki
struktur kristal hexagonal closed packed (HCP). Struktur ini disebut fasa
alpha, dan stabil sampai temperature 1620oF (882oC)
sebelum struktur kristalnya
berubah.
·
Pada temperatur yang lebih tinggi, struktur
kristal berubah menjadi body centered cubic (BCC). Struktur ini disebut fasa
beta. Temperature transisi dari alpha menjadi beta disebut beta transus. Fasa
alpha beta dari 1620 F sampai titik leleh (3130 F).
Pada paduan titanium, unsur yang ditambahkan cenderung mengubah jumlah fasa yang ada dan
temperatur beta transus. Unsur-unsur yang menaikkan temperatur beta transus
dengan menstabilkan fasa alpha disebut alpha stabilizer, yaitu aluminium,
oksigen, nitrogen, dan karbon. Unsur-unsur yang menurunkan temperatur beta
transus disebut beta stabilizer. Beta stabilizer dibagi menjadi dua, yaitu
unsur beta isomorphous (kelarutan tinggi dalam titanium, termasuk molybdenum,
vanadium, niobium, tantalum) dan beta eutectoid (kelarutan terbatas, termasuk
silicon, kobalt, besi, nikel, tembaga, kromium).
2.3 Sifat-Sifat Titanium
Titanium murni merupakan logam putih
yang sangat bercahaya. Ia memiliki berat jenis rendah, kekuatan yang bagus,
mudah dibentuk dan memiliki resistansi korosi yang baik. Jika logam ini tidak
mengandung oksigen, ia bersifat ductile.
Titanium merupakan satu-satunya logam yang terbakar dalam nitrogen dan udara.
Titanium juga memiliki resistansi terhadap asam sulfur dan asam hidroklorida
yang larut, kebanyakan asam organik lainnya, gas klor dan solusi klorida.
Titanium murni diketahui dapat
menjadi radioaktif setelah dibombardir dengan deuterons. Radiasi yang
dihasilkan adalah positrons dan sinar gamma. Ketika sinar gamma ini direaksikan
dengan oksigen, dan ketika mencapai suhu
550 ° C (1022 ° F) , sinar tersebut bereaksi dengan klorin. Sinar ini kemudian bereaksi
dengan halogen yang lain dan menyerap hidrogen.
Logam ini dimorphic. Bentuk alfa
heksagonal berubah menjadi bentuk beta kubus secara perlahan-lahan pada suhu 8800C. Logam titanium tidak
bereaksi dengan fisiologi tubuh manusia (physiologically inert).
Titanium oksida murni memiliki indeks refraksi yang tinggi dengan dispersi
optik yang lebih tinggi daripada berlian.
2.3.1 Sifat Fisik
Titanium
bersifat paramagnetik (lemah tertarik dengan magnet) dan memiliki konduktivitas
listrik dan konduktivitas termal yang cukup rendah.
Sifat Fisik
|
Keterangan
|
Fasa
|
Padat
|
Massa jenis
|
4,506 g/cm3 (suhu
kamar)
|
Massa jenis cair
|
4,11 g/cm3 (pada titik
lebur)
|
Titil lebur
|
1941 K (16680C,30340F)
|
Titik didih
|
3560 K(32870C, 59490F)
|
Kalor peleburan
|
14,15 kJ/mol
|
Kalor penguapan
|
425 kJ/mol
|
Kapasitas kalor (250C)
|
25,060 J/mol.K
|
Penampilan
|
Logam perak metalik
|
Resistivitas
listrik (20 °C)
|
0,420 µΩ·m
|
Konduktivitas termal
(300 K)
|
21,9 W/(m·K)
|
Ekspansi
termal (25 °C)
|
8.6 µm/(m·K)
|
Tabel
1.Sifat-Sifat
Fisik Titanium
Tekanan Uap
|
||||||
P (Pa)
|
1
|
10
|
100
|
1k
|
10k
|
100k
|
T (K)
|
1982
|
2171
|
2403
|
2692
|
3064
|
3558
|
2.3.2 Sifat Kimia
Sifat kimia dari titanium yang
paling terkenal adalah ketahanan terhadap korosi yang sangat baik (pada suhu
biasa membentuk oksida, TiO2), hampir sama seperti platinum, resistan
terhadap asam, dan larut dalam asam pekat.
Diagram
Pourbaix menunjukkan bahwa titanium adalah logam yang sangat reaktif, tetapi
lambat untuk bereaksi dengan air dan udara.
·
Reaksi dengan Air
Titanium akan bereaksi dengan air
membentuk Titanium dioksida dan hydrogen.
Ti(s) + 2H2O(g) → TiO2(s) + 2H2(g)
Ti(s) + 2H2O(g) → TiO2(s) + 2H2(g)
·
Reaksi dengan Udara
Ketika Titanium dibakar di udara akan menghasilkan Titanium dioksida dengan nyala putih yang terang dan ketika dibakar dengan Nitrogen murni akan menghasilkan Titanium Nitrida.
Ti(s) + O2(g) → TiO2(s)
2Ti(s) + N2(g) →TiN(s)
Ketika Titanium dibakar di udara akan menghasilkan Titanium dioksida dengan nyala putih yang terang dan ketika dibakar dengan Nitrogen murni akan menghasilkan Titanium Nitrida.
Ti(s) + O2(g) → TiO2(s)
2Ti(s) + N2(g) →TiN(s)
·
Reaksi dengan Halogen
Reaksi Titanium dengan Halogen menghasilkan Titanium Halida. Reaksi dengan Fluor berlangsung pada suhu 200°C.
Ti(s) + 2F2(s) → TiF4(s)
Ti(s) + 2Cl2(g) → TiCl4(s)
Ti(s) + 2Br2(l) → TiBr4(s)
Ti(s) + 2I2(s) → TiI4(s)
Reaksi Titanium dengan Halogen menghasilkan Titanium Halida. Reaksi dengan Fluor berlangsung pada suhu 200°C.
Ti(s) + 2F2(s) → TiF4(s)
Ti(s) + 2Cl2(g) → TiCl4(s)
Ti(s) + 2Br2(l) → TiBr4(s)
Ti(s) + 2I2(s) → TiI4(s)
·
Reaksi dengan Asam
Logam Titanium tidak bereaksi dengan asam mineral pada temperatur normal tetapi dengan asam hidrofluorik yang panas membentuk kompleks anion (TiF6)3-
2Ti(s) + 2HF (aq) → 2(TiF6)3-(aq) + 3 H2(g) + 6 H+(aq)
Logam Titanium tidak bereaksi dengan asam mineral pada temperatur normal tetapi dengan asam hidrofluorik yang panas membentuk kompleks anion (TiF6)3-
2Ti(s) + 2HF (aq) → 2(TiF6)3-(aq) + 3 H2(g) + 6 H+(aq)
·
Reaksi dengan Basa
Titanium tidak bereaksi dengan alkali pada temperatur normal, tetapi pada keadaan panas.
Titanium tidak bereaksi dengan alkali pada temperatur normal, tetapi pada keadaan panas.
Titanium
terbakar di udara ketika dipanaskan menjadi 1200 ° C (2190 ° F) dan pada oksigen
murni ketika dipanaskan sampai 610 ° C (1130 ° F) atau lebih , membentuk
titanium dioksida. Sebagai hasilnya, logam tidak dapat dicairkan dalam udara
terbuka sebelum titik lelehnya tercapai, jadi mencair hanya mungkin terjadi
pada suasana inert atau dalam vakum. 2 ] Titanium juga merupakan salah satu dari sedikit elemen
yang terbakar di gas nitrogen murni (Ti terbakar pada 800 ° C atau 1.472 ° F
dan membentuk titanium nitrida). Titanium tahan untuk melarutkan asam sulfat
dan asam klorida, bersama dengan gas klor, larutan klorida, dan sebagian besar
asam-asam organik.
Sifat Kimia
|
Keterangan
|
Nama, Lambang, Nomor atom
|
Titanium, Ti,22
|
Deret Kimia
|
Logam transisi
|
Golongan, Periode, Blok
|
4,4,d
|
Massa atom
|
47.867(1)
g/mol
|
Konfigurasi electron
|
|
Jumlah elektron tiap kulit
|
2,8,10,2
|
Struktur Kristal
|
hexagonal
|
Bilangan oksidasi
|
4
|
Elektronegativitas
|
1,54 (skala Pauling)
|
Energi ionisasi
|
ke-1:
658.8 kJ/mol
ke-2:
1309.8 kJ/mol
ke-3:
2652.5 kJ/mol
|
Jari-jari atom
|
140 pm
|
Jari-jari atom (terhitung)
|
176 pm
|
Jari-jari kovalen
|
136 pm
|
Tabel 2.Sifat-Sifat Kimia Titanium
2.3.3 Sifat Mekanik
Sifat Mekanik
|
Keterangan
|
Modulus Young
|
116 Gpa
|
Modulus Geser
|
44 Gpa
|
Modulus Ruah
|
110 Gpa
|
Nisbah Poisson
|
0,32
|
Skala Kekerasan Mohs
|
6
|
Kekerasan Vickers
|
970 Mpa
|
Kekerasan Brinell
|
716 Mpa
|
Nomor CAS
|
7440-32-6
|
Tabel 3. Sifat-Sifat
Mekanik Titanium
2.4 Sumber Titanium
Titanium
selalu berikatan dengan elemen-elemen lain di alam. Titanium merupakan unsur
yang jumlahnya melimpah ke-9 di kerak bumi (0,63% berat massa) dan logam ke-7 paling berlimpah. Titanium selalu
ada dalam igneous rock (bebatuan) dan
dalam sedimen yang diambil dari bebatuan tersebut. Dari 801 jenis batuan yang
dianalisis oleh United States Geological
Survey, terdapat 784 diantaranya mengandung titanium. Perbandingan Ti di
dlam tanah adalah sekitar 0,5 sampai 1,5%.
Titanium ditemukan di meteorit dan telah dideteksi di dalam
matahari serta pada bintang tipe-M, yaitu jenis bintang dengan suhu terdingin
dengan temperatur permukaan sebesar 32000F atau 57900F.
Bebatuan yang diambil oleh misi Apollo 17 menunjukkan keberadaan TiO2
sebanyak 12,1%. Titanium juga terdapat dalam mineral rutile (TiO2),
ilmenite (FeTiO3),dan sphene, dan terdapat dalam titanate dan bijih besi. Dari
mineral-mineral ini, hanya Rutile dan
ilmenite memiliki kegunaan secara ekonomi, walaupun sulit ditemukan dalam
konsentrasi yang tinggi. Keberadaan Titanium dengan bijih berupa ilmenit berada di bagian barat Australia,
Kanada, Cina, India, Selandia Baru, Norwegia, dan Ukraina. Rutile dalam jumlah
banyak pun juga ditambang di Amerika Utara dan Afrika Selatan dan membantu
berkontribusi terhadap produksi tahunan 90.000 ton logam dan 4,3 juta ton
titanium dioksida . Jumlah cadangan dari titanium diperkirakan melebihi 600
juta ton. Berikut adalah tabel
penjelasan mengenai sifat-sifat dari sumber-sumber titanium.
Kategori
|
Mineral
|
Rumus Kimia
|
Titanium dioksida
(TiO2)
|
Warna
|
Abu-abu,coklat,ungu
atau hitam
|
Bentuk Kristal
|
Segi Empat
|
Skala kekerasan
Mohs
|
5,5-6,5
|
Berat jenis (g/cm3)
|
4,23-5,5
|
Kelarutan
|
Tidak larut dalam
asam
|
Tabel 4.Sifat Rutile
FeTiO
3 FeTiO3
|
|
trigonal
trigonal
|
|
schwarz,
stahlgrau hitam
|
|
Skala kekerasan Mohs
|
5
bis 5 5-5
|
4,5
bis 5 4,5-5
|
Tabel 5.Sifat Ilmenit
Warna |
hijau, kuning, putih, coklat atau hitam |
Bentuk Kristal |
Monoklinik |
Berat jenis (g/cm3) |
3,3 - 3,6 |
·
Specific
Gravity is 3.3 - 3.6Tabel 6.Sifat
Sphene
Titanium juga terdapat di debu
batubara, dalam tumbuhan dan dalam tubuh manusia. Sampai pada tahun 1946,
proses pembuatan logam Ti di laboratorium yang dilakukan oleh Kroll menunjukkan
cara memproduksi Titanium secara komersil dengan mereduksi titanium tetraklorida
dengan magnesium. Selanjutnya logam titanium dapat dimurnikan dengan cara
mendekomposisikan iodanya.
2.5 Proses
Pembuatan
Proses-proses yang diperlukan untuk
mengekstrak titanium dari berbagai bijih merupakan proses yang sulit dan mahal.
Logamnya tidak dapat dibuat dengan mereduksi bijih (rutil) oleh karbon (C),
karena akan dihasilkan karbida yang sangat stabil. Logam Ti murni pertama kali
dibuat pada tahun 1910 oleh Matius A.
Hunter di Rensselaer Polytechnic Institute dengan memanaskan TiCl4
dengan natrium pada suhu 700-800°C yang disebut dengan proses Hunter. Logam Titanium
tidak digunakan di luar laboratorium sampai 1932 ketika William Justin Kroll
membuktikan bahwa Ti dapat dihasilkan dengan mereduksi titanium tetraklorida (TiCl4)
dengan kalsium. Delapan tahun kemudian proses ini disempurnakan dengan
menggunakan Magnesium (Mg) yang kemudian dikenal sebagai proses Kroll. Meskipun
penelitian tentang proses untuk menghasilkan logam Ti terus berlanjut agar
proses produksi Ti menjadi lebih efisien dan proses lebih murah (misalnya, proses
FFC Cambridge), proses Kroll masih tetap digunakan untuk produksi komersial
walaupun mahal. Itulah yang menyebabkan tingginya harga Titanium di pasaran,
karena prosesnya pembuatannya yang rumit dengan melibatkan logam mahal lainnya
seperti magnesium.
·
Proses Kroll
Oksida (rutile atau ilmenite) pertama kali dikonversi menjadi
klorida melalui karboklorinasi dengan mereaksikan rutile atau ilmenite tersebut
pada suhu nyala merah dengan menggunakan karbon (C) dan klorin (Cl2) sehingga dihasilkan TiCl4 (titanium
tetraklorida) yang kemudian berlanjut dengan proses distilasi fraksionasi untuk
membebaskannya dari kotoran seperti FeCl3. Senyawa titanium
tetraklorida, kemudian direduksi oleh lelehan magnesium bersuhu 800 °C dalam
atmosfer argon. Ti yang dihasilkan masih berbentuk massa yang berbusa dimana
kelebihan Mg dan MgCl2 kemudian dibuang melalui penguapan pada suhu
10000 C. Busa tersebut kemudian dilelehkan dalam loncatan listrik
dan dicetak menjadi batangan Ti murni ; harus digunakan atmosfer helium atau
argon karena titanium mudah bereaksi dengan N2 dan O2
jika dipanaskan.
Metode penemuan terbaru, proses FFC Cambridge dikembangkan
untuk menggantikan proses Kroll bila memungkinkan. Metode ini menggunakan
serbuk titanium dioksida (hasil pemurnian rutil) sebagai bahan baku untuk
menghasilkan hasil akhir yang berupa bubuk atau spons. Jika campuran serbuk
oksida digunakan, produk yang dihasilkan akan menghabiskan biaya yang lebih
rendah daripada proses multi tahap peleburan konvensional. Proses FFC Cambridge
dapat memproduksi titanium yang lebih langka dan mahal untuk industri
penerbangan dan barang-barang mewah, dan dapat dilihat di banyak produk yang
saat ini diproduksi dengan menggunakan bahan baku aluminium dan baja.
Titanium paduan biasanya dibuat dengan proses reduksi.
Sebagai contoh, cuprotitanium (reduksi rutile dengan tambahan tembaga),
ferrocarbon titanium (ilmenite direduksi dengan coke dalam tanur listrik), dan
manganotitanium (Rutile dengan mangan atau mangan oksida) yang direduksi.
2FeTiO3 + 7Cl2 + 6C → 2TiCl4
+ 2FeCl3 + 6CO (900°C)
2FeTiO3 + 7Cl2 + 6C → 2TiCl4
+ 2FeCl3 + 6CO (900°C)
TiCl4 + 2Mg → 2MgCl2 + Ti (1100
°C) TiCl4 + 2Mg → 2MgCl2 + Ti (1100 ° C)
2.6 Isotop
44Ti
|
-
|
44Sc
|
|||
-
|
|||||
46Ti
|
8.0%
|
||||
47Ti
|
7.3%
|
||||
48Ti
|
73.8%
|
||||
49Ti
|
5.5%
|
||||
50Ti
|
5.4%
|
Titanium alami terdiri dari 5 isotop yang stabil: 46 Ti, 47
Ti, 48 Ti, 49 Ti, dan 50 Ti, dengan 48 Ti yang paling melimpah (73.8%
kelimpahan di alam). 11 radioisotop telah dikenali, dengan yang paling stabil adalah
44 Ti dengan waktu paruh 63 tahun, 45 Ti dengan waktu paruh 184,8 menit, 51 Ti
dengan waktu paruh 5,76 menit, dan 52 Ti dengan waktu paruh 1,7 menit. Semua dari
sisa radioaktif isotop memiliki waktu paruh yang kurang dari 33 detik dan
mayoritas memiliki waktu paruh yang kurang dari setengah detik.
Titanium dan paduannya mulai digunakan sebagai
komponen logam pada awal abad ke-20, jenis logam ini diekstraksi dari mineral
rutil yang mengandung ±97-98% TiO2 dan diubah secara kimia menjadi
TiCl4 kemudian direaksikan dengan magnesium (proses Kroll) atau sodium (proses
Hunter) yang menghasilkan titanium sponge sehingga akhirnya melalui
proses peleburan dihasilkanlah ingot titanium.
Tabel 8. Sifat mekanik paduan titanium
Secara umum titanium dan paduannya diklasifikasikan menjadi 4
kelompok utama berdasarkan fasa yang dominan dalam strukturnya,yaitu:
·
Titanium murni.
·
Paduan titanium alpha (α).
·
Paduan titanium alpha-beta.
·
Paduan titanium beta (β).
Masing-masing
kelompok tersebut memiliki berbagai jenis paduannya seperti ditunjukkan pada
tabel 3 yang juga mencantumkan komposisi kimia serta sifat mekaniknya.
Unsur-unsur pemadu pada paduan titanium dapat memperbaiki sifat-sifat dari
logam titanium, unsur tersebut dapat larut secara intertisi ataupun secara
substitusi pada atom titanium. Unsur-unsur pemadu pada titanium berdasarkan
pengaruhnya terhadap struktur mikro atau fasa stabilnya dapat diklasifikasikan
menjadi dua kategori, yaitu unsur paduan penyetabil fasa alpha dan fasa beta,
seperti ditunjukkan pada tabel 4 di bawah ini.
Unsur-unsur yang ditambahkan pada titanium untuk menyetabilkan
salah satu atau beberapa fasa lainnya terjadi karena unsur-unsur paduan
tersebut mempengaruhi temperatur transformasinya. Alumunium
merupakan unsur paduan titanium yang paling dominan sebagai unsur
penyetabil
fasa alpha dan akan meningkatkan temperatur beta transus (temperatur
transformasi fasa beta) serta akan memberikan kekuatan yang tinggi pada
temperatur tinggi. Unsur-unsur lainnya sebagai unsur pemadu pada
titanium
adalah krom, besi, mangan, molibdenum, dan vanadium. Penambahan
unsur-unsur ini
akan memperkuat dan meningkatkan jumlah fasa beta yang diperoleh pada
temperatur kamar.
Pada temperatur tinggi, titanium mudah bereaksi
terutama dengan unsur-unsur intertisi (oksigen, hidrogen, dan nitrogen)
membentuk oksida, hidrida atau nitrida atau unsur intertisi tersebut dapat
larut pada permukaan titanium. Reaksi oksidasi yang terjadi di atas temperatur
593 C akan menghasilkan lapisan oksida di permukaan yang bersifat kontinyu.,
artinya lapisan yang terbentuk tidak terdapat celah atau bagian yang terbuka
(tertutup bagi difusi oksigen) sehingga tidak lagi menimbulkan reaksi oksidasi
berikutnya. Dengan demikian, titanium menjadi bersifat sangat pasif terhadap
larutan. Karakteristik ini menyebabkan katahanan
korosi dari titanium dan paduannya menjadi lebih baik. Titanium yang tidak
dipadu atau titanium murni, memiliki kemurnian antara 99%-99,5% dan sisanya
adalah unsur-unsur intertisi yaitu oksigen, nitrogen dan karbon. Titanium murni
memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan paduannya tetapi memiliki
ketahanan korosi yang lebih baik. Kekuatan titanium murni sangat ditentukan
oleh unsur-unsur intertisi dalam batas yang diijinkan, seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2 di bawah ini dan jika terlalu banyak akan menyebabkan
penggetasan. Pengaruh penguatan dari unsur-unsur intertisi dinyatakan dalam
persamaan:
%O equiv=%O + 2(%N) + 0,67 (%C)
,setiap peningkatan 0,1%O equiv dalam titanium murni akan meningkatkan
kekuatan sebesar 17,5 ksi. Struktur equiaksial pada titanium dikembangkan
melalui penguatan regang anil, yaitu proses pengerjaan dingin dan diikuti
dengan pemanasan sampai temperatur re-kristalisasi dengan struktur mikro.
a.
Alpha Alloys
Alpha alloys adalah titanium murni yang diperkuat dengan
solid solution strengthening dengan unsur penambah seperti aluminium (5-6%),
tin, nikel, dan tembaga. Alpha tidak mengandung beta pada temperature ruang.
Alpha alloys kurang ductile dan lebih sulit dibentuk, karena terbatasnya slyp
system pada HCP, tidak dapat di-heat treatment, dapat dilas, memiliki kekuatan
sedang, derajat kekerasan bagus, dan sangat stabil pada temperature diatas 540oC
(1000oF).
Paduan
ini secara dominan memiliki struktur kristal HCP pada temperatur kamar, sehingga pada dasarnya
paduan ini memiliki fasa alpha meskipun ada dalam paduan yang memiliki sejumlah
kecil unsur paduan penyetabil fasa beta
seperti pada paduan Ti-8Al-Mo-V (unsur paduan Mo dan V masing-masing 1%) yang
memiliki keuletan yang baik, paduan tersebut merupakan salah satu jenis dari
paduan titanium near alpha. Pada
Gambar 5 ditunjukkan pengaruh penambahan unusr-unsur pemadu substitusi terhadap
sifat mekanik paduan titanium. Unsur terpenting dari kelompok tersebut adalah
Alumunium yang merupakan unsur substitusi alpha yang paling dominan yang dapat
meningkatkan temperatur transformasi dari fasa alpha ke fasa beta dari
temperatur 8850C untuk titanium murni sampai 12400C untuk
paduan yang mengandung 29%Al. Menurut Mc.Quillan, keberadaan unusur alumunium
sampai 1% hampir tidak memiliki pengaruh terhadap temperatur transformasi
allotropi titanium, dan peningkatan kandungan alumunium selanjutnya akan
menaikan tamperatur transisi yang cukup mencolok.
b. Beta alloys
Unsur penyetabil
dalam paduan titanium beta ini diantaranya adalah vanadium, molibdenum, krom
dan kobalt. Untuk meningkatkan kekuatan dari paduan ini adalah melalui proses
perlakuan panas dan pengerjaan dingin. Beta alloys memiliki
ductility bagus, dan mudah dibentuk ketika tidak di-heat treatment, dapat
dilas, dan sangat stabil pada temperatur di atas 315oC (600oF). Beberapa dapat
di-age hardening untuk menyebabkan precipitation fasa alpha atau senyawa
intermetalik, dan menghasilkan kekuatan yang sangat tinggi namun ductility dan
kekerasan berkurangPaduan titanium beta
memiliki berat jenis dan kekuatan yang paling tinggi diantara semua jenis
paduan titanium, jenis paduan beta yang diproduksi dalam jumlah besar adalah
Ti-3Cr-11V-3Al dengan komposisi 13% vanadium, 11% chromium,
dan 3% aluminium Dalam paduan titanium beta, terdapat 2 sistem penyetabil fasa beta yaitu
beta isomorfus dan beta eutektoid. Unsur-unsur penyetabil beta isomorfus adalah
vanadium, molibdenum, niobium dan tantalum. Unsur-unsur tersebut tidaak
membentuk senyawa intermetalik sehingga tidak menyebabkan peningkatan kekerasan
dan kekuatan dari paduan titanium serta unsur-unsur tersebut dapat menurunkan
berat jenis paduan. Gambar 6 memperlihatkan tipe diagram fasa sistem beta
isomorfus, dalam sistem ini unsur-unsur paduan larut sempurna dalam fasa beta
dan beta transus turun dengan meningkatnya kandungan unsur padua penyetabil
fasa beta. Dalam paduan ini, fasa beta yang stabil terbentuk hanya jika
konsentrasi unsur paduannya cukup tinggi, sehingga paduan jenis ini akan
memiliki banyak keuntungan.
c.
Alpha-beta
alloys
Alpha-beta alloys adalah
paduan titanium yang strukturnya mengandung sebagian alpha dan sebagian beta
pada temperature ruang. Alpha-beta alloys memiliki sifat mekanik yang sangat
seimbang, dan yang paling sering digunakan, ada yang dapat dilas dan tidak,
ketahanan korosinya sangat tinggi pada temperature ruang, lebih mudah dibentuk,
dan sangat stabil sampai temperatur 425oC (800oF).
Unsur-unsur beta stabilizer seperti molybdenum, vanadium, columbium, dan
tantalum ketika ditambahkan ke titanium murni cenderung menaikkan fasa beta
pada temperatur ruang. Sedangkan unsur alpha stabilizer akan menaikkan fasa
alpha.
Salah satu paduan
titanium seperti TI-6Al-4V yang mengandung 6% aluminium dan 4% vanadium memiliki
struktur 2 fasa, yaitu setengah alpha dan setengah beta pada temperature ruang,
aluminium menstabilkan fasa alpha dan vanadium menstabilkan fasa beta. Ketika
paduan ini dipanaskan sampai pada temperatur 1725oF (955oC),
paduan bertansformasi semua menjadi struktur beta. Ketika di-water quench
sampai temperatur ruang, fasa beta akan seimbang, paduan ingin bertransformasi
menjadi fasa alpa namun dicegah dengan water quench. Proses ini disebut
solution treating, dan paduan memiliki kekuatan tinggi pada kondisi ini, namun
kekerasan dan kekuatan dapat lebih ditingkatkan dengan aging selama 4 jam pada
1000oF (539oC). saat aging, dipisahkan bagian precipitate
fasa alpha dengan fasa beta yang seimbang. Dengan demikian, alpha-beta alloys
adalah paduan hasil precipitation hardening. Ada beragam paduan alpha-beta
dengan kekuatan yang berbeda dan dengan mekanisme precipitation hardening
precipitation hardening yang berbeda, namun 6Al-4V adalah yang paling penting.
d.
Near
Alpha Alloys
Near alpha alloys adalah paduan
titanium yang mengandung banyak alpha dengan sedikit beta, dan beberapa fasa
beta tersebar di semua susunan alpha. Secara umum mengandung 5-8% aluminium,
beberapa zirconium, dan timah bersama dengan beberapa unsur-unsur beta
stabilizer. Paduan ini memiliki kekuatan pada temperature tinggi, dan ketahanan
creep yang sangat bagus sehingga paduan ini digunakan pada temperature tinggi.
Penambahan silicon 0.1-0.25% meningkatkan ketahanan creep. Near-alpha alloys
pada temperature tinggi termasuk Ti-6242S (Ti-6Al-2Sn-4Zr-2Mo-0,25Si) dan IMI 829 (Ti-5,5Al-3,5Sn-3Zr-1Nb-0,3Si)
yang dapat digunakan sampai 1000oF, dan IMI 834 (Ti-5,8Al-4Sn-3,5Zr-0,7Nb-0,5Mo-0,35Si) dan Ti-1100 (Ti-6Al-2,8Sn-4Zr-0,4Mo-0,4Si) adalah
modifikasi dari Ti-6242S yang dapat digunakan sampai 1100oF.
e.
Near-beta
Alloys
Near beta
alloys adalah paduan titanium yang mengandung banyak beta dengan sedikit alpha.
Unsur paduan
titanium dapat berupa aluminium, vanadium, molibdenum, mangan, timah, besi dll
dengan harapan unsur paduan ini dapat meningkatkan kekuatan, kekerasan dan
workability.
Sifat
mekanik dan karakter manufaktur dari paduan titanium sangat sensitif terhadap
sedikit variasi pada unsur paduan dan residu. Sehingga pengontrolan komposisi
dan pemrosesan menjadi sangat penting, termasuk pencegahan kontaminasi
permukaan terhadao hidrogen, oksigen dan nitrogen selama proses. Unsur-unsur
tersebut akan meningkatkan kegetasan titanium dan mengurangi keuletannya.
Pada suhu di
atas 8800C, Ti memiliki struktur kubus pemusatan ruang (bcc-beta titanium)
dan bersifat ulet (ductile) sedangkan pada suhu ruang membentuk hexagonal
close-packed (hcp-alpha titanium), bersifat getas (brittle) dan sangat sensitif
terhadap korosi tegangan. Variasi struktur lain (alpha, near-alpha,alpha
beta,beta) dapat diperolah dengan membuat paduan dan perlakuan panas (heat
treatment) sehingga sifatnya dapat dioptimalkan untuk aplikasi khusus.
Titanium
aluminide intermetallics (TiAl, Ti3Al) memiliki kekakuan lebuh
tinggi dan berat jenis lebih rendah serta lebih tahan terhadap suhu tinggi
dibanding dengan paduan Ti yang lain.
Sebagai
bahan teknik titanium banyak penggunaannya. Titanium adalah logam dengan warna
putih keperak-perakan, titik lebur 1668°C dan masa jenisnya 4,505 kg/dm3
.Titanium yang tidak murni/campuran dalam perdagangan dapat digolongkan:
- unsur-unsur yang membentuk interstisi larutan padat (solid solution ) O2 , N, C dan H2 dan lain –lain.
- Unsur-unsur yang membentuk substitusi larutan padat (Fe dan unsur-unsur logam lain ).Oksigen dan nitrogen dengan persentase kecil dalam titanium alloy dapat mengurangi ductility secara drastis. Kandungan karbon dengan lebih dari 0,2% menurunkan ductility dan kekuatan pukul dan titanium alloy. Paduan titanium terdiri dari vanadium, molibden, chrom, mangan,aluminium timah, besi dll. Paduan ini memiliki sifat-sifat mekanik yang tinggi dengan rasa jenis yang rendah, sangat tahan korosi, banyak digunakan dalam industri pesawat terbang.
Produksi Titanium:
1.
Bijih utama titanium adalah rutile
mengandung 98-99% TiO2 dan ilmenite kombinasi antara FeO dengan Ti O2.
Rutile lebih baik karena mengandung lebih banyak Ti.
2.
Untuk mendapatkan logam dari bijih TiO2
diubah menjadi titanium tetrachloride (TiCl4) dengan memasukkan gas
chlorine. Diikuti dengan proses penyulingan (distillation) untuk menghilangkan
ketidakmurnian.
3.
Titanium tetrachloride dengan konsentrasi tinggi lalu direaksikan
dengan magnesium untuk direduksi menjadi titanium, dikenal dengan proses Kroll.
Sodium juga dapat digunakan sebagai zat pereduksi. Lingkungan gas mulia
diperlukan untuk mencegah O2, N2 dan H2
bereaksi dengan Ti karena afinitas yang dimiliki logam agar tidak terjadi
pengerasan sehingga dapat dicor dalam bentuk ingot.
2.7.1 Perlakuan
Panas Paduan Titanium
Dilihat dari struktur mikronnya
paduan titanium terdiri atas fasa a, fasa a+b,
dan fasa b.
Kepada fasa b
tidak dapat dilakukan perlakuan panas sedangkan pada fasa a+b
dan fasa b
dapat dilakukan perlakuan panas.Pada fasa a terutama
mengandung Al dan Sn yang berguna setelah pelunakan atau penganilan dan
penghilangan tegangan.
Paduan titanium dapat membentuk
martensit dan fasa a’ dengan pendinginan cepat dari fasa
, tetapi tidak begitu keras, yang
memberikan sedikit pengaruh terhadap sifat-sifat mekanis. Pada paduan fasa a+b
yaitu jika fasa b lebih banyak, yang didinginkan pada air
setelah dipanaskan sampai fasa a+b maka a+b
merupakan struktur yang berbentuk bulat. Fasa b yang terbentuk,
merupakan fasa meta yang stabil, tidak langsung terurai menjadi fasa a+b
tetapi melalui suatu fasa antara yaitu fasa w, yang mempunyai
sifat keras dan getas, presipitasi harus dihindari dalam hal ini. Biasanya
dipanaskan lebih tinggi dari temperature presipitasi w
yang kemudian terurai menjadifasa a+b
yang halus. Kalau fasa a lebih banyak perlu dicelup dingin dari
fasa b
untuk mendapat a’+b yang kemudian
harus dipanaskan kembali untuk mendapatkan fasa b menjadi
struktur a+b
yang halus. Paduan fasa b dapat berubah menjadi martensit karena
pencelupan dingin dan fasa b yang tersisa dipanaskan ke temperatur
yang lebih tinggi daripada temperature presipitasi fasa w
untuk membuat presipitasi fasa a yang halus.
2.8 Keunggulan Titanium
- Salah satu karakteristik Titanium yang paling terkenal adalah dia sama kuat dengan baja tapi hanya 60% dari berat baja.
- Kekuatan lelah (fatigue strength) yang lebih tinggi daripada paduan aluminium.
- Tahan suhu tinggi. Ketika temperatur pemakaian melebihi 150 C maka dibutuhkan titanium karena aluminium akan kehilangan kekuatannya secara nyata.
- Tahan korosi. Ketahanan korosi titanium lebih tinggi daripada aluminium dan baja.
- Dengan rasio berat-kekuatan yang lebih rendah daripada aluminium, maka komponen-komponen yang terbuat dari titanium membutuhkan ruang yang lebih sedikit dibanding aluminium.
·
Titanium tahan bila ditempa, wieldable dan mudah
bekerja.
2.9 Aplikasi Titanium
2.9.1 Bidang kedokteran
a. Karena
bersifat non-feromagnetik , saat ini titanium umum digunakan
untuk medis, misalnya untuk mengganti tulang yang hancur atau patah. Sudah
terbukti bahwa bahan titanium kuat dan tidak berubah ataupun berkarat di dalam
tubuh manusia. Didalam tubuh manusia terdapat begitu banyak zat yang sesungguhnya
dapat membuat bahan metal apapun menjadi berkarat dan tidak dapat bertahan
lama, tetapi tidak demikian halnya dengan bahan titanium, yang sekali lagi
memang sudah terbukti bisa bertahan dalam tubuh manusia walaupun
bertahun tahun digunakan. Selain itu, Titanium digunakan sebagai bahan pengganti
sendi dan struktur penahan katup jantung.
b. Digunakan dalam implant
gigi (dengan
jangka waktu lebih dari 30 tahun), karena kemampuannya
yang luar biasa untuk berpadu dengan tulang hidup ( osseointegrate ).
c. Digunakan untuk
terapi kesehatan
Tahap awal dalam membuat gelang
magnetik ini adalah membentuk bahan dasar mentah titanium menjadi bagian bagian
dari gelang magnetic. Proses ini cukup sulit, baik dari proses
pembetukan sampai kepada pemotongan bagian demi bagian, hal itulah yang
menyebabkan tidak banyak pabrik yang memproduksi berbahan titanium (
khususnya gelang magnetik).
Setelah pembentukan dan pemotongan selesai , selanjutnya masuk ke tahap adjust
magnetic powder ke dalam bulatan bulatan yang sudah disediakan, magnetic yang
digunakan adalah magnet negatif dalam bentuk powder yang dimana kekuatan magnet
berkisar 3000-3500 gouss. Selanjutnya masuk ke dalam tahap akhir pembuatan
gelang magnetic. Proses ini tidak bisa dilakukan oleh mesin. Oleh sebab itu proses
ini dilakukan dengan tenaga manusia (hand made) dirangkai satu demi satu (
piece by piece )
Karena proses yang begitu rumit dan panjang membuat bahan
titanium menjadi salah satu bahan terbaik dan menjadi salah satu perhiasan yang
dikombinasikan dengan therapy kesehatan yang cukup bernilai. Laboratorium
teknologi & industri Nigata Jepang bahkan melakukan penelitian yang
menunjukkan bahwa titanium dapat meningkatkan sirkulasi darah bagi pemakainya.
d. Karena ini
bio-kompatibel (tidak beracun dan tidak ditolak oleh tubuh), titanium digunakan
dalam aplikasi medis termasuk alat-alat operasi.
2.9.2 Bidang
industri
a. Kira-kira
95% hasil Titanium digunakan dalam bentuk Titanium dioksida (TiO2),sejenis
pigmen putih terang yang kekal dengan kuasa liputan yang baik untuk cat, kertas,
obat gigi, dan plastik.
b. Digunakan pada industri kimia dan
petrokimia sebagai bahan unutk alat penukar panas (heat exchanger)dan bejana
bertekanan tinggi serta pipa-pipa tahan korosi memakai bahan titanium.
c. Industri pulp dan kertas menggunakan
titanium dalam peralatan proses yang terkena media yang korosif seperti sodium
hipoklorit atau gas klor basah). Aplikasi lain termasuk pengelasan ultrasonic dan gelombang solder.
2.9.2 Aplikasi lain
·
Alloy Titanium digunakan dalam pesawat,
plat perisai, kapal angkatan laut, peluru berpandu. Dapat juga digunakan dalam
perkakas dapur dan bingkai kaca (yang nilai ekonomisnya tinggi).
·
Titanium yang dialloykan bersama
Vanadium digunakan dalam kulit luaran pesawat terbang, peralatan pendaratan,
dan saluran hidrolik.
·
Karena daya tahannya yang baik terhadap
air laut, Titanium digunakan sebagai pemanas-pendingin akuarium air asin dan
pisau juru selam.
·
Di Rusia, Titanium menjadi bahan utama
dalm pembuatan kapal angkatan perang termasuk kapal selam seperti kelas Alfa,
Mike dan juga Typhoon karena kekuatannya terhadap air laut.
·
Bahan utama batu permata buatan manusia
yang secara relatif agak lembut.
·
Titanium tetraklorida (TiCl4), cairan
tidak berwarna yang digunakan untuk melapisi kaca.
·
Titanium dioksida (TiO2) digunakan dalam
pelindung matahari karena ketahanannya terhadap ultra ungu.
·
Karena kelengaiannya dan menghasilkan
warna yang menarik menjadikan logam ini populer untuk menindik badan.
·
Titanium bias dianodkan untuk
menghasilkan beraneka warna.
·
(Militer). Karena
kekuatannya, unsur ini digunakan untuk membuat peralatan perang (tank) dan
untuk membuat pesawat ruang angkasa.
- (Mesin). Material pengganti untuk batang piston.
·
Titanium nitrida (TiN), mempunyai kekerasan setara
dengan safir dan carborundum (9,0 pada Skala Mohs) , sering digunakan untuk
melapisi alat potong seperti bor. TiN juga dimanfaatkan sebagai penghalang logam dalam fabrikasi semikonduktor.
·
Titanium tetraklorida (titanium (IV) klorida, TiCl4,
kadang-kadang disebut “Tickle”) adalah cairan tak berwarna yang digunakan
sebagai perantara dalam pembuatan titanium dioksida untuk cat. Hal ini secara
luas digunakan dalam kimia organik sebagai Lewis asam, misalnya di Adisi aldol
kondensasi. Titanium juga membentuk klorida yang lebih rendah, titanium (III)
klorida (TiCl 3), yang digunakan sebagai agen pereduksi.
·
Titanium digunakan untuk Sharpless epoxidation.
Senyawa lain termasuk titanium bromida (digunakan dalam metalurgi, superalloy,
dan suhu tinggi dan pelapisan kabel listrik) dan titanium karbida (ditemukan
dalam suhu tinggi alat pemotong dan coating).
·
Natrium
Titranat
Dapat digunakan untuk pesawat
televise, radar, mikrofon dan fonograf.
·
Titanium
Tetraklorida
Dapat digunakan untuk mordan
(pengikat) pada pewarnaan.
·
Titanium
Oksida
Dapat digunakan untuk pembuatan batang las,
email porselen, karet, kertas dan tekstil.
·
Titania
Dapat digunakan untuk perhiasan (batu titania)
Dapat digunakan untuk perhiasan (batu titania)
2.10 Bahaya Titanium Bagi Kesehatan dan
Lingkungan
2.10.1 Bagi
Kesehatan
·
Implan
berbasis titanium menimbilkan korosi dan menghasilkan puing-puing logam
sehingga berpotensi menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
·
Titanium
tetraklorida berpotensi menyebabkan iritasi kulit dan gangguan pada paru-paru
jika terhirup
·
Karsinogen
(titanium dioksida)
·
Menyebabkan
batuk dan nyeri apabila terhirup (titanium karbida)
2.10.2 Bagi Lingkungan
·
Titanium
diketahui tidak berbahaya bagi lingkungan
2.11 Penanggulangan Dampak Titanium Bagi Kesehatan
·
Bersentuhan dengan kulit. Basahi kulit secara menyeluruh
dengan air. Dapatkan bantuan medis bila iritasi berkembang atau berlanjut.
·
Bersentuhan dengan mata. Segera bilas mata dengan air.
Lepaskan lensa kontak, dan teruskan membilas dengan air mengalir selama
setidaknya 15 menit. Tahan kelopak mata untuk memastikan seluruh bagianmata dan
kelopak mata terbilas dengan air. Segera minta bantuan medis.
·
Tertelan. Bilas mulut secara sempurna.
Jangan dimuntahkan tanpa petunjuk pusat pengendali racun. Jangan sekali-kali
memberikan apa pun lewat mulut kepada orang yang tidak sadar. Bila bahan tertelan
dalam jumlah besar, segera hubungi pusat pengendali racun.
No comments:
Post a Comment