(Gambar, video, dan animasi dari link di spaceweather.com dan sidc.oma.be).
Badai matahari pertama yang tergolong cukup kuat berupa ledakan flare berskala M8-9 (ada yang menyebut M8,3 , M8,7, atau M9, tidak masalah, bisa dilihat dari grafik kekuatan sinar-X berikut ini)
terjadi pada 23 Januari 2012 pukul 03.59 UT (10:59 WIB). Flare yang cukup kuat ini yang pertama kali sejak Mei 2005. Kelas M sebenarnya tergolong klas menengah, tetapi karena mendekati kelas ekstrem (kelas X), maka dampaknya akan cukup kuat kalau mengarah ke bumi. Flare berasal dari daerah aktif NOAA 1402 berupa bintik matahari besar di kanan atas piringan matahari (gambar bawah) dan tampak sebagai letupan terang (gambar atas). Pancaran sinar-X yang terekam pada satelit GOES menunjukkan peningkatan tajam sampai kelas M8-9.
Flare ini juga diikuti oleh CME (Coronal Mass Ejection), lontaran massa dari korona matahari, terutama proton dengan kecepatan tinggi, 1400 km/detik. Jadi lontarannya kira-kira menjangkau jarak sepanjang Pulau Jawa hanya dalam waktu satu detik. CME terdeteksi wahana pemantau matahari SOHO pada posisi antara bumi-matahari berjarak 1.500.000 km dari bumi (sekitar 4 kali jarak bumi-bulan). Partikel bermuatan dari matahari itu tampak seperti hujan salju, yang berarti mengarah ke arah bumi. Ini disebut CME halo, karena tampak seperti melingkupi seluruh piringan matahari. Diprakirakan paratikel energetik itu mencapai bumi sekitar 24 Januari malam waktu Indonesia. Apa dampaknya? Badai matahari yang cukup kuat seperti ini berpotensi menggangu operasional satelit, seperti satelit komunikasi. Kalau itu terjadi dan tidak dapat diatasi oleh operator satelitnya, kemungkinan terjadi gangguan pada penggunaan telepon selular, siaran TV, komunikasi data perbankan, dan pengguna lainnya. Tetapi biasanya para operator satelit sudah mengantisipasinya. Dampak lainnya adalah gangguan pada ionosfer yang akan mengganggu komunikasi radio HF/gelombang pendek yang biasa digunakan oleh komunikasi jarak jauh, termasuk oleh siaran radio luar negeri seperti BBC, VOA, atau ABC. Navigasi berbasis satelit seperti GPS juga kemungkinan terganggu akurasinya, jadi jangan terlalu percaya pada posisi yang ditunjukkan GPS (frekuensi tunggal) kalau diduga ionosfer terganggu oleh badai matahari.
(Klik untuk menampikan videonya).
Inilah simulasi pergerakan partikel berenergi tinggi dari matahari setelah terjadi flare 23 Januari lalu. Bumi ditandai dengan titik kuning yang diprakirakan terkena pada 24 Januari malam.
No comments:
Post a Comment