Postingan ini sebenarnya sudah pernah saya upload di Facebook 11 bulan
yang lalu. Tapi karena aktifnya banyak gunung di indonesia sekarang
persis seperti yang ada di daftar ini, maka saya berinisiatif untuk
menguploadnya lagi. Sebagian gunung yang ada di daftar ini telah atau
sedang mengalami erupsi.
Gak usah kaget klo ada sekitar 20 gunung yg aktif di Indonesia, karena jumlah seluruh gunung di Indonesia ada dua ratus lebih... Jadi itu cuma sepuluh persennya ... dan itu masih normal, karena Indonesia berada di Cincin Api Pasifik alias Dapur magma yg paling aktif di dunia....
BUKAN Kolam susu, Hanya Dapur Magma ... hehehe
Disampaikan PVMG, masa istirahat Gunung Seulawah Agam adalah 136 tahun dan terpanjang adalah 239 tahun. Erupsi terakhir terjadi pada kawah parasit pada 12-13 Januari 1839.
Gunung Sinabung adalah sebuah gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung bersama Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Baru pada tahun 2010 meletus kembali, dan sampai saat ini statusnya masih waspada. Koordinat puncak gunung Sinabung adalah 3 derajat 10 menit LU, 98 derajat 23 menit BT.
Di antara sekian banyak gunung yang ada di Sumatera Barat, Gunung Merapi merupakan objek wisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan. Gunung Merapi sebagian berada di Kabupaten Agam dan sebagian lagi di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Indonesia. Gunung merapi terletak bersebelahan dengan Gunung Singgalang.
Gunung Talang berlokasi sekitar 9 km dari kota Arosuka ibukota kabupaten Solok, dan sekitar 40 km sebelah timur kota Padang.
Gunung ini bertipe stratovolcano dengan ketinggian 2.597 m, merupakan salah satu dari gunung api aktif di Sumatra Barat, dan salah satu kawahnya menjadi sebuah danau yang disebut dengan Danau Talang. Gunung Talang sudah pernah meletus sejak tahun 1833 sampai dengan tahun 2007.
Ada empat kecamatan yang warganya bermukim di sekitar kaki gunung ini, yakni kecamatan Lembah Gumanti, Danau Kembar, Gunung Talang, dan Lembang Jaya. Jumlah penduduk di empat kecamatan itu mencapai 160.000 jiwa, atau sepertiga dari jumlah penduduk kabupaten Solok.
Pada 11 April 2005, Gunung Talang kembali meletus. Gempa yang diikuti bunyi gemuruh dan letusan yang mengeluarkan debu vulkanik sudah berlangsung sedikitnya 42 kali. Di Aia Batumbuak, lokasi terdekat dengan sumber letusan, hujan debu mencapai radius 5 km, sedangkan ketebalan debu di jalan mencapai 10 cm. Di sisi selatan Gunung Talang terbentuk kawah baru yang mengeluarkan asap belerang dan hujan berdebu vulkanik. Sebanyak 27.000 penduduk harus dievakuasi dari wilayah itu.
Gunung Kaba adalah gunung berapi yang terletak di perbatasan Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Dari Kota Curup, gunung ini berada di sebelah tenggara dengan jarak sekitar 15 km. Lokasi disekitar Gunung Kaba merupakan salah satu cagar alam untuk perlindungan bunga Rafflesia.
Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan ini akan terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan.
Menurut Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang, Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya.
Gunung Papandayan adalah gunung api yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2665 meter di atas permukaan laut itu terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung.
Pada Gunung Papandayan, terdapat beberapa kawah yang terkenal. Di antaranya Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Kawah-kawah tersebut mengeluarkan uap dari sisi dalamnya.
Gunung ini sangat terkenal di kalangan para pendaki, khususnya pendaki pemula. Selain terkenal dengan keindahan struktur alamnya, gunung ini juga memiliki kawah belerang yang masih aktif dan masih rimbunnya padang Eidelweis yang luasnya mencapai puluhan are serta banyak pula pohon Mutiara Putih. Gunung Papandayan merupakan cagar alam yang didalamnya banyak terdapat keanekaragaman hayati dan obyek-obyek wisata alam yang indah.
Gunung Papandayan mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Papandayan tercatat beberapa kali erupsi. Di antaranya pada 1773, 1923, 1942, 1993, dan 2003. Letusan besar yang terjadi pada tahun 1772 menghancurkan sedikitnya 40 desa dan menewaskan sekitar 2951 orang. Daerah yang tertutup longsoran mencapai 10 km dengan lebar 5 km.
Pada 11 Maret 1923 terjadi sedikitnya 7 kali erupsi di Kawah Baru dan didahului dengan gempa yang berpusat di Cisurupan. Pada 25 Januari 1924, suhu Kawah Mas meningkat dari 364 derajat Celsius menjadi 500 derajat Celcius. Sebuah letusan lumpur dan batu terjadi di Kawah Mas dan Kawah Baru dan menghancurkan hutan. Sementara letusan material hampir mencapai Cisurupan. Pada 21 Februari 1925, letusan lumpur terjadi di Kawah Nangklak. Pada tahun 1926 sebuah letusan kecil terjadi di Kawah Mas.
Sejak April 2006 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status Papandayan ditingkatkan menjadi waspada, setelah terjadi peningkatan aktivitas seismik. Pada 7-16 April 2008 Terjadi peningkatan suhu di 2 kawah, yakni Kawah Mas (245-262 derajat Celsius), dan Balagadama (91-116 derajat Celsius). Sementara tingkat pH berkurang dan konsentrasi mineral meningkat. Pada 28 Oktober 2010, status Papandayan kembali meningkat menjadi level 2.
Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.
Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat.
Vulkanologi dan geologi
Gunung Ceremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, gunungapi magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan Gunung Galunggung, Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Patuha hingga Gunung Tangkuban Perahu) yang terletak pada Zona Bandung.
Ceremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di sebelah G. Ceremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk Kaldera Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa G. Ceremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu (Situmorang 1991).
Letusan G. Ceremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ceremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ceremai
Di kaki gunung ini terdapat sebuah kawasan wisata bernama Baturraden atau Batur Raden. Kawasan wisata ini biasa dicapai orang dari kota Purwokerto, ibukota Kabupaten Banyumas.
Gunung Slamet merupakan salah satu gunung yang menjadi tujuan ekspedisi para pendaki, baik dari wilayah setempat maupun wilayah lainnya. Gunung ini mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Dalam buku yang berjudul "Three Old Sundanese Poems", terbitan KITLV Leiden tahun 2006, J. Noorduyn menyebutkan bahwa nama "Slamet" adalah relatif baru yaitu setelah masuknya Islam ke Jawa. Dengan merujuk kepada naskah kuno Sunda Bujangga Manik, Noorduyn menuliskan bahwa nama lama dari gunung ini adalah Gunung Agung. Aktivitas terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar
Kawah yang disertai jurang dapat ditemukan di sisi barat laut ke selatan gunung, dan yang terbesar disebut Kembang. Sebuah kubah lava kecil menempati puncak gunung berapi. Sejarah letusan Gunung Sindara yang telah terjadi sebagian besar berjenis ringan sampai sedang (letusan freatik).
Hutan di kawasan Gunung Sundoro mempunyai bertipe hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Posisi gunung ini terletak diantara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT.
Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 M hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.
Legenda gunung Semeru
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan senantiasa berguncang. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.
Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.
Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau Jawa. Ketika gunung Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang tercecer menciptakan jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat ke timur. Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.
Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung diantara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewata, Hyang, dan mahluk halus.
Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.
Gunung Bromo (dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuna: Brahma, salah seorang
Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling
terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek
wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung
berapi yang masih aktif.
Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Sejarah letusan
Bromo sedang aktif di awal abad ke-20. Foto koleksi KITLV. Selama abad ke-20, gunung yang terkenal sebagai tempat wisata itu meletus sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi 1974, sedangkan letusan terakhir terjadi pada 2004.
Sejarah letusan Bromo: 2004, 2001, 1995, 1984, 1983, 1980, 1972, 1956, 1955, 1950, 1948, 1940, 1939, 1935, 1930, 1929, 1928, 1922, 1921, 1915, 1916, 1910, 1909, 1907, 1908, 1907, 1906, 1907, 1896, 1893, 1890, 1888, 1886, 1887, 1886, 1885, 1886, 1885, 1877, 1867, 1868, 1866, 1865, 1865, 1860, 1859, 1858, 1858, 1857, 1856, 1844, 1843, 1843, 1835, 1830, 1830, 1829, 1825, 1822, 1823, 1820, 1815, 1804, 1775, dan 1767.
Bromo sebagai gunung suci
Bagi penduduk Bromo, suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Gunung Batur terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya, Batur I, Batur II dan Batur III.
Letusan
Lava dari letusan Gunung Batur (1926 ?) nyaris menimbun candi bentar di komplek pura. Gunung Batur telah berkali-kali meletus. Kegiatan letusan G. Batur yang tercatat dalam sejarah dimulai sejak tahun 1804 dan letusan terakhir terjadi tahun 2000. Sejak tahun 1804 hingga 2005, Gunung Batur telah meletus sebanyak 26 kali dan paling dahsyat terjadi tanggal 2 Agustus dan berakhir 21 September 1926. Letusan Gunung Batur itu membuat aliran lahar panas menimbun Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur.
Desa Batur yang baru, dibangun kembali di pinggir kaldera sebelah selatan Kintamani. Pura Ulun Danu dibangun kembali, hingga saat ini masih terkenal sebagai pura yang paling indah di Bali. Pura ini dipersembahkan untuk menghormati "Dewi Danu" yakni dewi penguasa air, seperti halnya pura yang terdapat di Danau Bratan juga dipersembahkan untuk memuja "Dewi Danu".
Topografi
Danau kawah Segara Anak dengan Gunung Barujari di tepi danau dilihat dari Puncak Gunung Rinjani di sisi timur.
Gunung Rinjani dengan titik tertinggi 3.726 m dpl, mendominasi sebagian besar pemandangan Pulau Lombok bagian utara.
Di sebelah barat kerucut Rinjani terdapat kaldera dengan luas sekitar 3.500 m × 4.800 m, memanjang kearah timur anda barat. Di kaldera ini terdapat Segara Anak (segara= laut, danau) seluas 11.000.000 m persegi dengan kedalaman 230 m. Air yang mengalir dari danau ini membentuk air terjun yang sangat indah, mengalir melewati jurang yang curam. Di Segara Anak banyak terdapat ikan mas dan mujair sehingga sering digunakan untuk memancing. Bagian selatan danau ini disebut dengan Segara Endut.
Di sisi timur kaldera terdapat Gunung Baru (atau Gunung Barujari) yang memiliki kawah berukuran 170m×200 m dengan ketinggian 2.296 - 2376 m dpl. Gunung kecil ini terakhir aktif/meletus sejak tanggal 2 Mei 2009 dan sepanjang Mei, setelah sebelumnya meletus pula tahun 2004. Jika letusan tahun 2004 tidak memakan korban jiwa, letusan tahun 2009 ini telah memakan korban jiwa tidak langsung 31 orang, karena banjir bandang pada Kokok (Sungai) Tanggek akibat desakan lava ke Segara Anak. Sebelumnya, Gunung Barujari pernah tercatat meletus pada tahun 1944 (sekaligus pembentukannya), 1966, dan 1994. Selain Gunung Barujari terdapat pula kawah lain yang pernah meletus,disebut Gunung Rombongan.
Misteri api sangeang
Sejurus Sultan terdiam. Ia seperti menantikan sesuatu di pantai itu. Tak lama sayup-sayup terdengar ringkik kuda. Seekor kuda jantan dengan bulu merah maron berlari-lari kecil menghampiri sultan. Begitu di hadapan baginda ia menggaruk-garukkan salah satu kaki depannya ke tanah seraya mengibaskan ekor sebagai tanda bahwa ia datang. Sultan dengan lembut membelai piaraannya. Keduanya tampak akrab layaknya dua sahabat.
Pertemuan sultan dengan kudanya itu terjadi di Pantai Wera yang berhadapan dengan Pulau Sangeang atau Sangia. Seperti sudah paham maksud tuannya, kuda tersebut lagi-lagi mengibaskan ekornya. Sultan meloncat ke punggung kuda itu. Kuda pun melesat ke Sangeang, melintas laut sepanjang kira-kira 5 km. Laut itu layaknya sebuah padang nan luas.
Kata sebagian kecil orang, kuda sultan itu bukan sembarang kuda melainkan binatang gaib. Hanya sultan yang mampu berkomunikasi dan memanggil binatang tersebut terutama kala ia ke Sangeang.
Pengalaman seperti di atas, konon menurut cerita dari mulut ke mulut, hampir dialami semua Sultan Bima sejak Abdul Khair Sirajuddin. Sesungguhnya mitos tersebut bukan hal yang berdiri sendiri. Kemunculannya erat kaitannya dengan sejarah kuda Sultan Abdul Khair Sirajuddin. Kuda itu pernah dipakai sultan ketika menjadi Panglima Perang Makassar antara Gowa-Makassar dengan Bone tahun 1646. Kala itu sultan membantu mertuanya, Malikussaid, Sultan Gowa-Makassar.
Sepulang dari Perang Makassar, kuda sultan dimerdekakan dan dianggap sebagai kuda sakti kerajaan. Ia dimandikan setiap Jum’at dan dikawal oleh pengawal khusus dari istana. Nama kuda itu adalah Jara Manggila. Konon kuda tersebut berasal dari Sangeang.
Bisa jadi, karena Jara Manggila adalah kuda sakti, pada akhirnya ia kembali ke Sangeang dan hilang secara misterius di tempat asalnya itu. Ia lalu menjadi semacam kuda gaib para raja Bima. Kuda itu sewaktu-waktu bisa menampakkan diri jika dibutuhkan oleh para raja Bima.
Mirip Baduy
Orang Sangeang mirip penduduk asli berbagai daerah di Indonesia, sebut saja orang Baduy di Banten. Mereka tertutup, mandiri dan terikat adat istiadat yang ketat. Warna hitam merupakan ciri utama pakaian orang Sangeang. Jika bepergian mereka berjalan kaki.
Komunitas terbatas ini dipimpin oleh Jalu atau Kepala Desa. Ia sakti sekaligus kharismatik. Konon ia ke Bima lewat laut dengan sampan kecil yang menggunakan layar ala kadarnya dari kain sarung yang direntangkan. Ia mengintari pesisir utara Bima kemudian masuk Asa Kota. Jalu cuma butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai ke pelabuhan Bima. Padahal kalau orang menggunakan perahu bermesin diesel (tempel) butuh waktu satu jam lebih.
Setiap musim panen Jalu datang kepada raja Bima mempersembahkan hasil tanaman warganya kepada raja Bima berupa minyak kelapa, jagung serta labu. Hasil utama pulau ini adalah labu dan tanaman hortikultura lain. Raja biasanya menghadiahkan pakaian, kopi dan gula. “Mereka pantang menerima makanan,” kata Massir Q. Abdullah, budayawan Bima. Keberadaan Jalu berakhir tahun 1950, bersamaan dengan bubarnya kesultanan Bima.
Persembunyian Pasukan Hasanuddin
Selain penduduk asli, sekitar abad ke-16 di Sangeang datang sisa-sisa pasukan Sultan Hasanuddin. Kedatangan mereka tentunya atas legitimasi Sultan Abdul Khair Sirajuddin, yang juga Panglima Perang Makassar disebut Siri. Mereka menolak menyerah kepada Belanda menyusul kekalahan Gowa-Makassar dalam Perang Sombu Apu.
gunungapi Sangeang dikenal sebagai gunung berapi aktif hingga kini. Penduduk Sangeang berjumlah kira-kira 675 jiwa dari 326 KK. Dengan alasan keamanan akibat bencana letusan gunung, secara bertahap, mereka dipindahkan ke daratan di Wera oleh Departemen Sosial mulai tanggal 31 Juli 1985. Praktis pulau menjadi kosong, namun penduduk tetap memanfaatkan tanah perkebunan mereka untuk bercocok tanam.
Satu yang unik dari orang Sangeang adalah keramat yang menyelimuti mereka. Mereka seperti memiliki kemampuan gaib yang berkaitan dengan api. Kemampuan itu terlihat manakala mereka mempunyai masalah dengan orang lain. Biasanya orang yang menzolimi mereka akan menerima akibat seperti tempat tinggalnya terbakar.
Setiap orang Bima enggan berurusan dengan orang Sangeang. Namun karena mereka kerap (terutama saban musim panen) ke daratan untuk menjual hasil bumi, mau tidak mau mereka berhubungan dengan pendudukan Bima daratan.
Nah, disinilah biasanya persoalan timbul. Misalnya dalam transaksi jual beli hasil bumi dengan saudaranya di daratan kerap muncul masalah seperti jumlah bayaran yang kurang atau hal lain. Masing-masing pihak biasanya ngotot dan ujungnya orang Sangeang pergi. Lazimnya, sepeninggal mereka — entah kebetulan atau bukan — bencana kerap datang. Satu yang populer adalah kebakaran yang menimpa rumah orang yang berhubungan dengan orang Sangeang tadi.
Ada anggapan bahwa orang Sangeang adalah titisan penguasa dunia supranatural gunung api itu. Dalam pandangan orang Bima (kuno), penguasa gaib yang dimaksud disebut parafu atau marafu. Karenanya kemana pun pergi, mereka yakin mendapat perlindungan parafu, roh nenek moyang.
Sangeang, di Kecamatan Wera Timur, tetap merupakan misteri yang menarik untuk dipecahkan. Tercatat sepuluh kali Sangeang meletus sejak tahun 1512. Terakhir gunung setinggi 1949 meter di atas permukaan laut itu meletus 24 Januari 1997.
Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index. Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181. Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000 km). Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut. Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi. Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.
Selama penggalian arkeologi tahun 2004, tim arkeolog menemukan sisa kebudayaan yang terkubur oleh letusan tahun 1815 di kedalaman 3 meter pada endapan piroklastik. Artifak-artifak tersebut ditemukan pada posisi yang sama ketika terjadi letusan di tahun 1815. Karena ciri-ciri yang serupa inilah, temuan tersebut sering disebut sebagai Pompeii dari timur. Selengkapnya Baca disini
● Letusan terakhir, 11 Januari 1988, ketinggian asap mencapai sekitar 8.000 meter, disertai luncuran aliran awan panas yang mengarah ke Wae Reno dan Wae Teko di sebelah utara gunung api itu.
● Aktivitas pertama gunung api ini pada 28 Desember 1987 berupa letusan freatik, kemudian disusul 11 Desember 1988 dengan letusan besar yang diikuti luncuran awan panas.
● Periode letusan gunung api muda ini belum diketahui karena letusan pertamanya pada 1987 dan hingga saat ini belum ada letusan lagi. Aktivitas terakhir gunung api itu memunculkan kubah lava.
Berikut sejarah letusan Gunung Lewotobi seperti dirangkum John Seach, ilmuwan dan ahli vulkanologi terkemuka di dunia, dalam situs volcanolive.com:
* Tahun 1932: Terjadi letusan gas.
* Tahun 1933: Terjadi letusan abu pada tanggal 17 Desember 1933.
* Tahun 1939: Terjadi letusan pada 17 Desember 1936, tepat 6 tahun setelah letusan sebelumnya.
* Tahun 1991: Terjadi letusan di puncak kawah pada Mei dan Juni 1991.
* Tahun 1999: Gemuruh dan abu keluar dari perut Lewotobi mulai 31 Maret 1999, disusul dengan letusan kuat pada tanggal 1 Juli 1999. Lava pijar tersembur hingga radius 500 meter. Letusan dan semburan lava itu menagkibatkan kebakaran hutan sampai lebih dari 2,5 km. Abu beterbangan sampai radius 8 km.
* Tahun 2002: Terjadi letusan pada tanggal 12 Oktober 2002.
* Tahun 2003: Terjadi letusan pada tanggal 30 Mei 2003. Material abu mencapai ketinggian lebih dari 200 meter dari puncak gunung. Letusan dan hujan abu itu berlanjut sampai bulan Juni dan Juli 2003. Aktivitas seismik itu berakhir pada bulan September 2003.
Letusan terhebat terjadi pada 4 Agustus - 25 September 1928, yang sebagian besar terjadi karena tsunami menyusul gempa vulkanik. Penduduk Palu'e saat itu sebanyak 266 jiwa.
Letusan terakhir terjadi pada tanggal 23 Maret 1985 dengan embusan abu mencapai 2 km dan lontaran material lebih kurang 300 meter di atas puncak. Lokasi letusan berada di lereng tubuh kubah lava tahun 1981, sebelah barat laut dengan ukuran lubang letusan 30 x 40 meter. Tidak ada korban jiwa dalam letusan tersebut. Pada tanggal 16 Januari 2005, Rokatenda kembali menunjukkan aktivitasnya sehingga status siaga ditetapkan
Gunung Lokon pada Oktober 1991 pernah meletus yang menimbulkan kerugian material mencapai Rp 1 miliar. Ribuan jiwa penduduk di Desa Kakaskasen I, Kakaskasen II, Kinilow dan Tinoor, ketika itu setempat diungsikan besar-besar ke sejumlah daerah yang dinilai tidak rawan karena atap ribuan rumah penduduk hancur dihantam batu dan debu setebal 15 sampai 20 cm. Dalam musibah tersebut, seorang wisatawan asal Swiss, Vivian Clavel yang berkunjung saat terjadi letusan hebat itu tidak dapat ditemukan. Ia dipastikan tewas tertimbun longsoran lahar dingin.
Gunung Gamkonora adalah gunung yang terletak
di Pulau Halmahera, tepatnya di Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera
Barat, Provinsi Maluku Utara. Puncak gunung ini merupakan titik
tertinggi di pulau Halmahera, Indonesia. Letusan gunung berapi ini telah
mengakibatkan terjadinya kawah yang memanjang dari utara sampai ke
selatan. Letusan terbesar terjadi pada tahun 1673 dan disusul dengan
tsunami yang meluluhlantakkan desa-desa di sekitarnya. Gunung api ini
kembali meletus pada tanggal 10 Juli 2007. Sekitar 8.000 orang
dilaporkan mengungsi meninggalkan rumah-rumah mereka yang berdekatan
dengan gunung tersebut.
Gunung Gamalama adalah sebuah gunung yang terletak di Ternate, Maluku, Indonesia. Gunung Gamalama mempunyai ketinggian 1.715 meter di atas permukaan laut. Gunung Gamalama ditutupi Hutan Montane pada ketinggian 1.200 - 1.500 m dan Hutan Ericaceous pada ketinggian di atas 1.500 m
Zooming in on West Halmahera's chain of
volcanoes from the top of active Gamalama volcano on Ternate. From front
to back: extinct Gunung Jailolo, Susupu, active Gunung Gamkonora,
erupting Gunung Ibu.
Gak usah kaget klo ada sekitar 20 gunung yg aktif di Indonesia, karena jumlah seluruh gunung di Indonesia ada dua ratus lebih... Jadi itu cuma sepuluh persennya ... dan itu masih normal, karena Indonesia berada di Cincin Api Pasifik alias Dapur magma yg paling aktif di dunia....
BUKAN Kolam susu, Hanya Dapur Magma ... hehehe
Gunung Seulawah agam NAD
Gunung Seulawah Agam yang merupakan gunung api aktif di Naggroe Aceh
Darussalam statusnya terus naik sejak tanggal 1 September 2010. Data
dari kegempaan menunjukkan peningkatan secara fluktuatif, walaupun
secara visual aktifitas gunung Seulawah ini tidak menampakkan gejala
peningkatan yang signifikan. Sejumlah himbauan diberikan kepada
masyarakat sekitar gunung Seulawah dan juga pengunjung dilarang naik
mendekati hingga radius 3 Km dari kawah aktif.Disampaikan PVMG, masa istirahat Gunung Seulawah Agam adalah 136 tahun dan terpanjang adalah 239 tahun. Erupsi terakhir terjadi pada kawah parasit pada 12-13 Januari 1839.
Gunung Sinabung Sumatera Utara
Gunung Sinabung adalah sebuah gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung bersama Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Baru pada tahun 2010 meletus kembali, dan sampai saat ini statusnya masih waspada. Koordinat puncak gunung Sinabung adalah 3 derajat 10 menit LU, 98 derajat 23 menit BT.
Gunung Marapi Sumatera Barat
Gunung Marapi yang juga dikenal sebagai Merapi atau Berapi memiliki
ketinggian 2891,3 m dari permukaan air laut. Sebagai salah satu gunung
yang paling aktif di Sumatera, Merapi sudah sering meletus. Terhitung
sejak akhir abad 18 hingga 2008 tercatat kira-kira sudah 454 kali
melatus, 50 di antaranya dalam skala besar, sedangkan sisanya dalam
skala kecil dengan mengeluarkan abu belerang.Di antara sekian banyak gunung yang ada di Sumatera Barat, Gunung Merapi merupakan objek wisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan. Gunung Merapi sebagian berada di Kabupaten Agam dan sebagian lagi di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Indonesia. Gunung merapi terletak bersebelahan dengan Gunung Singgalang.
Gunung Talang Sumatera Barat
Gunung Talang (nama lainnya Salasi atau Sulasi) merupakan gunung berapi
yang terletak terletak di kabupaten Solok, provinsi Sumatra Barat,
Indonesia.Gunung Talang berlokasi sekitar 9 km dari kota Arosuka ibukota kabupaten Solok, dan sekitar 40 km sebelah timur kota Padang.
Gunung ini bertipe stratovolcano dengan ketinggian 2.597 m, merupakan salah satu dari gunung api aktif di Sumatra Barat, dan salah satu kawahnya menjadi sebuah danau yang disebut dengan Danau Talang. Gunung Talang sudah pernah meletus sejak tahun 1833 sampai dengan tahun 2007.
Ada empat kecamatan yang warganya bermukim di sekitar kaki gunung ini, yakni kecamatan Lembah Gumanti, Danau Kembar, Gunung Talang, dan Lembang Jaya. Jumlah penduduk di empat kecamatan itu mencapai 160.000 jiwa, atau sepertiga dari jumlah penduduk kabupaten Solok.
Pada 11 April 2005, Gunung Talang kembali meletus. Gempa yang diikuti bunyi gemuruh dan letusan yang mengeluarkan debu vulkanik sudah berlangsung sedikitnya 42 kali. Di Aia Batumbuak, lokasi terdekat dengan sumber letusan, hujan debu mencapai radius 5 km, sedangkan ketebalan debu di jalan mencapai 10 cm. Di sisi selatan Gunung Talang terbentuk kawah baru yang mengeluarkan asap belerang dan hujan berdebu vulkanik. Sebanyak 27.000 penduduk harus dievakuasi dari wilayah itu.
Gunung Kerinci Jambi
Gunung Kerinci (juga dieja "Kerintji", dan dikenal sebagai Gunung
Gadang, Berapi Kurinci, Kerinchi, Korinci, atau Puncak Indrapura) adalah
gunung tertinggi di Sumatra, dan puncak tertinggi di Indonesia di luar
Papua. Gunung Kerinci terletak di Pegunungan Bukit Barisan, dekat pantai
barat, dan terletak sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Gunung ini
dikelilingi hutan lebat Taman Nasional Kerinci Seblat dan merupakan
habitat harimau sumatra dan badak sumatra.Gunung Kaba adalah gunung berapi yang terletak di perbatasan Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Dari Kota Curup, gunung ini berada di sebelah tenggara dengan jarak sekitar 15 km. Lokasi disekitar Gunung Kaba merupakan salah satu cagar alam untuk perlindungan bunga Rafflesia.
Gunung Anak Krakatau Selat Sunda
Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya
Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau
dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah
tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan.
Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40
kaki. Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun
dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak
Rakata mencapai 7.500 inci atau 500 kaki lebih tinggi dari 25 tahun
sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang
keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau
mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung
Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli geologi memprediksi letusan ini akan terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan.
Menurut Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang, Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya.
Gunung Papandayan adalah gunung api yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2665 meter di atas permukaan laut itu terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung.
Pada Gunung Papandayan, terdapat beberapa kawah yang terkenal. Di antaranya Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Kawah-kawah tersebut mengeluarkan uap dari sisi dalamnya.
Gunung ini sangat terkenal di kalangan para pendaki, khususnya pendaki pemula. Selain terkenal dengan keindahan struktur alamnya, gunung ini juga memiliki kawah belerang yang masih aktif dan masih rimbunnya padang Eidelweis yang luasnya mencapai puluhan are serta banyak pula pohon Mutiara Putih. Gunung Papandayan merupakan cagar alam yang didalamnya banyak terdapat keanekaragaman hayati dan obyek-obyek wisata alam yang indah.
Gunung Papandayan mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Papandayan tercatat beberapa kali erupsi. Di antaranya pada 1773, 1923, 1942, 1993, dan 2003. Letusan besar yang terjadi pada tahun 1772 menghancurkan sedikitnya 40 desa dan menewaskan sekitar 2951 orang. Daerah yang tertutup longsoran mencapai 10 km dengan lebar 5 km.
Pada 11 Maret 1923 terjadi sedikitnya 7 kali erupsi di Kawah Baru dan didahului dengan gempa yang berpusat di Cisurupan. Pada 25 Januari 1924, suhu Kawah Mas meningkat dari 364 derajat Celsius menjadi 500 derajat Celcius. Sebuah letusan lumpur dan batu terjadi di Kawah Mas dan Kawah Baru dan menghancurkan hutan. Sementara letusan material hampir mencapai Cisurupan. Pada 21 Februari 1925, letusan lumpur terjadi di Kawah Nangklak. Pada tahun 1926 sebuah letusan kecil terjadi di Kawah Mas.
Sejak April 2006 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status Papandayan ditingkatkan menjadi waspada, setelah terjadi peningkatan aktivitas seismik. Pada 7-16 April 2008 Terjadi peningkatan suhu di 2 kawah, yakni Kawah Mas (245-262 derajat Celsius), dan Balagadama (91-116 derajat Celsius). Sementara tingkat pH berkurang dan konsentrasi mineral meningkat. Pada 28 Oktober 2010, status Papandayan kembali meningkat menjadi level 2.
Gunung Ciremai Jawa Barat
Gunung Ceremai (seringkali secara salah kaprah dinamakan "Ciremai")
secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi
Jawa Barat. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan
108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut.
Gunung ini merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.
Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat.
Vulkanologi dan geologi
Gunung Ceremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, gunungapi magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan Gunung Galunggung, Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Patuha hingga Gunung Tangkuban Perahu) yang terletak pada Zona Bandung.
Ceremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di sebelah G. Ceremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk Kaldera Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa G. Ceremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu (Situmorang 1991).
Letusan G. Ceremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ceremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ceremai
Gunung Slamet Jawa Tengah
Gunung Slamet (3.432 meter) adalah gunung berapi yang terdapat di Pulau
Jawa, Indonesia. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes,
Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang, Provinsi
Jawa Tengah, dan merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua
tertinggi di Pulau Jawa. Terdapat empat kawah di puncaknya yang semuanya
aktif.Di kaki gunung ini terdapat sebuah kawasan wisata bernama Baturraden atau Batur Raden. Kawasan wisata ini biasa dicapai orang dari kota Purwokerto, ibukota Kabupaten Banyumas.
Gunung Slamet merupakan salah satu gunung yang menjadi tujuan ekspedisi para pendaki, baik dari wilayah setempat maupun wilayah lainnya. Gunung ini mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Dalam buku yang berjudul "Three Old Sundanese Poems", terbitan KITLV Leiden tahun 2006, J. Noorduyn menyebutkan bahwa nama "Slamet" adalah relatif baru yaitu setelah masuknya Islam ke Jawa. Dengan merujuk kepada naskah kuno Sunda Bujangga Manik, Noorduyn menuliskan bahwa nama lama dari gunung ini adalah Gunung Agung. Aktivitas terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar
Dieng Jawa Tengah
Gunung Dieng juga disebut Gunung Parahu yang terletak di Kabupaten
Wonosobo Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian Gunung Dieng 2565 m.dpl. Tipe
Gunungapi Strato. Ancaman yang terjadi bila Gunung Dieng meletus adalah
Gas Beracun, adapun kawah yang disinyalir berbahaya mengeluarkan gas
adalah ”Kawah Sikidang, Sikendang dan Siterus”. Saat ini Gunung Dieng
mengalami peningkatan aktifitas dan dalam keadaan status waspada.
Gunung Sindoro, Jawa Tengah
Gunung Sindara, biasa disebut Sindoro, atau juga Sundoro (altitudo 3.150
meter di atas permukaan laut) merupakan sebuah gunung volkano aktif
yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia, dengan Temanggung sebagai kota
terdekat. Gunung Sindara terletak berdampingan dengan Gunung Sumbing. Kawah yang disertai jurang dapat ditemukan di sisi barat laut ke selatan gunung, dan yang terbesar disebut Kembang. Sebuah kubah lava kecil menempati puncak gunung berapi. Sejarah letusan Gunung Sindara yang telah terjadi sebagian besar berjenis ringan sampai sedang (letusan freatik).
Hutan di kawasan Gunung Sundoro mempunyai bertipe hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Gunung Semeru Jawa Timur
Gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa,
dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah
di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.
Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Posisi gunung ini terletak diantara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT.
Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 M hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.
Legenda gunung Semeru
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan senantiasa berguncang. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.
Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.
Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau Jawa. Ketika gunung Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang tercecer menciptakan jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat ke timur. Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.
Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung diantara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewata, Hyang, dan mahluk halus.
Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.
Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Sejarah letusan
Bromo sedang aktif di awal abad ke-20. Foto koleksi KITLV. Selama abad ke-20, gunung yang terkenal sebagai tempat wisata itu meletus sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi 1974, sedangkan letusan terakhir terjadi pada 2004.
Sejarah letusan Bromo: 2004, 2001, 1995, 1984, 1983, 1980, 1972, 1956, 1955, 1950, 1948, 1940, 1939, 1935, 1930, 1929, 1928, 1922, 1921, 1915, 1916, 1910, 1909, 1907, 1908, 1907, 1906, 1907, 1896, 1893, 1890, 1888, 1886, 1887, 1886, 1885, 1886, 1885, 1877, 1867, 1868, 1866, 1865, 1865, 1860, 1859, 1858, 1858, 1857, 1856, 1844, 1843, 1843, 1835, 1830, 1830, 1829, 1825, 1822, 1823, 1820, 1815, 1804, 1775, dan 1767.
Bromo sebagai gunung suci
Bagi penduduk Bromo, suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Gunung Batur, Bali
Gunung Batur merupakan sebuah gunung berapi aktif di Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia. Terletak di barat laut
Gunung Agung, gunung ini memiliki kaldera berukuran 13,8 x 10 km dan
merupakan salah satu yang terbesar dan terindah di dunia (van Bemmelen,
1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m - 2152 m
(puncak G. Abang). Di dalam kaldera I terbentuk kaldera II yang
berbentuk melingkar dengan garis tengah lebih kurang 7 km. Dasar kaldera
II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak Kintamani (dasar
Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk
bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya sekitar 7,5
km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya sekitar 22 km dan luasnya sekitar
16 km2 yang yang dinamakan Danau Batur. Kaldera Gunung Batur
diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar, 29.300 dan 20.150 tahun
yang lalu.Gunung Batur terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya, Batur I, Batur II dan Batur III.
Letusan
Lava dari letusan Gunung Batur (1926 ?) nyaris menimbun candi bentar di komplek pura. Gunung Batur telah berkali-kali meletus. Kegiatan letusan G. Batur yang tercatat dalam sejarah dimulai sejak tahun 1804 dan letusan terakhir terjadi tahun 2000. Sejak tahun 1804 hingga 2005, Gunung Batur telah meletus sebanyak 26 kali dan paling dahsyat terjadi tanggal 2 Agustus dan berakhir 21 September 1926. Letusan Gunung Batur itu membuat aliran lahar panas menimbun Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur.
Desa Batur yang baru, dibangun kembali di pinggir kaldera sebelah selatan Kintamani. Pura Ulun Danu dibangun kembali, hingga saat ini masih terkenal sebagai pura yang paling indah di Bali. Pura ini dipersembahkan untuk menghormati "Dewi Danu" yakni dewi penguasa air, seperti halnya pura yang terdapat di Danau Bratan juga dipersembahkan untuk memuja "Dewi Danu".
Gunung Rinjani Lombok
Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa
Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di
Indonesia dengan ketinggian 3.726 m dpl serta terletak pada lintang
8º25' LS dan 116º28' BT ini merupakan gunung favorit bagi pendaki
Indonesia karena keindahan pemandangannya. Gunung ini merupakan bagian
dari Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas sekitar 41.330 ha
dan ini akan diusulkan penambahannya sehingga menjadi 76.000 ha ke arah
barat dan timur. Secara administratif gunung ini berada dalam wilayah
tiga kabupaten: Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat.Topografi
Danau kawah Segara Anak dengan Gunung Barujari di tepi danau dilihat dari Puncak Gunung Rinjani di sisi timur.
Gunung Rinjani dengan titik tertinggi 3.726 m dpl, mendominasi sebagian besar pemandangan Pulau Lombok bagian utara.
Di sebelah barat kerucut Rinjani terdapat kaldera dengan luas sekitar 3.500 m × 4.800 m, memanjang kearah timur anda barat. Di kaldera ini terdapat Segara Anak (segara= laut, danau) seluas 11.000.000 m persegi dengan kedalaman 230 m. Air yang mengalir dari danau ini membentuk air terjun yang sangat indah, mengalir melewati jurang yang curam. Di Segara Anak banyak terdapat ikan mas dan mujair sehingga sering digunakan untuk memancing. Bagian selatan danau ini disebut dengan Segara Endut.
Di sisi timur kaldera terdapat Gunung Baru (atau Gunung Barujari) yang memiliki kawah berukuran 170m×200 m dengan ketinggian 2.296 - 2376 m dpl. Gunung kecil ini terakhir aktif/meletus sejak tanggal 2 Mei 2009 dan sepanjang Mei, setelah sebelumnya meletus pula tahun 2004. Jika letusan tahun 2004 tidak memakan korban jiwa, letusan tahun 2009 ini telah memakan korban jiwa tidak langsung 31 orang, karena banjir bandang pada Kokok (Sungai) Tanggek akibat desakan lava ke Segara Anak. Sebelumnya, Gunung Barujari pernah tercatat meletus pada tahun 1944 (sekaligus pembentukannya), 1966, dan 1994. Selain Gunung Barujari terdapat pula kawah lain yang pernah meletus,disebut Gunung Rombongan.
Gunung Sangeang NTB
Sangeang adalah sebuah pulau yang terdapat 7 km sebelah timur laut Pulau
Sumbawa. Pulau ini memiliki luas 152 km2. Sangeang merupakan pulau
berjenis vulkanik aktif, yang memiliki gunung api dengan ketinggian
1.981 meter. Gunung ini pernah meletus pada tahun 1949 dan kembali aktif
pada bulan Juni 2009. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah
Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Indonesia.Misteri api sangeang
Sejurus Sultan terdiam. Ia seperti menantikan sesuatu di pantai itu. Tak lama sayup-sayup terdengar ringkik kuda. Seekor kuda jantan dengan bulu merah maron berlari-lari kecil menghampiri sultan. Begitu di hadapan baginda ia menggaruk-garukkan salah satu kaki depannya ke tanah seraya mengibaskan ekor sebagai tanda bahwa ia datang. Sultan dengan lembut membelai piaraannya. Keduanya tampak akrab layaknya dua sahabat.
Pertemuan sultan dengan kudanya itu terjadi di Pantai Wera yang berhadapan dengan Pulau Sangeang atau Sangia. Seperti sudah paham maksud tuannya, kuda tersebut lagi-lagi mengibaskan ekornya. Sultan meloncat ke punggung kuda itu. Kuda pun melesat ke Sangeang, melintas laut sepanjang kira-kira 5 km. Laut itu layaknya sebuah padang nan luas.
Kata sebagian kecil orang, kuda sultan itu bukan sembarang kuda melainkan binatang gaib. Hanya sultan yang mampu berkomunikasi dan memanggil binatang tersebut terutama kala ia ke Sangeang.
Pengalaman seperti di atas, konon menurut cerita dari mulut ke mulut, hampir dialami semua Sultan Bima sejak Abdul Khair Sirajuddin. Sesungguhnya mitos tersebut bukan hal yang berdiri sendiri. Kemunculannya erat kaitannya dengan sejarah kuda Sultan Abdul Khair Sirajuddin. Kuda itu pernah dipakai sultan ketika menjadi Panglima Perang Makassar antara Gowa-Makassar dengan Bone tahun 1646. Kala itu sultan membantu mertuanya, Malikussaid, Sultan Gowa-Makassar.
Sepulang dari Perang Makassar, kuda sultan dimerdekakan dan dianggap sebagai kuda sakti kerajaan. Ia dimandikan setiap Jum’at dan dikawal oleh pengawal khusus dari istana. Nama kuda itu adalah Jara Manggila. Konon kuda tersebut berasal dari Sangeang.
Bisa jadi, karena Jara Manggila adalah kuda sakti, pada akhirnya ia kembali ke Sangeang dan hilang secara misterius di tempat asalnya itu. Ia lalu menjadi semacam kuda gaib para raja Bima. Kuda itu sewaktu-waktu bisa menampakkan diri jika dibutuhkan oleh para raja Bima.
Mirip Baduy
Orang Sangeang mirip penduduk asli berbagai daerah di Indonesia, sebut saja orang Baduy di Banten. Mereka tertutup, mandiri dan terikat adat istiadat yang ketat. Warna hitam merupakan ciri utama pakaian orang Sangeang. Jika bepergian mereka berjalan kaki.
Komunitas terbatas ini dipimpin oleh Jalu atau Kepala Desa. Ia sakti sekaligus kharismatik. Konon ia ke Bima lewat laut dengan sampan kecil yang menggunakan layar ala kadarnya dari kain sarung yang direntangkan. Ia mengintari pesisir utara Bima kemudian masuk Asa Kota. Jalu cuma butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai ke pelabuhan Bima. Padahal kalau orang menggunakan perahu bermesin diesel (tempel) butuh waktu satu jam lebih.
Setiap musim panen Jalu datang kepada raja Bima mempersembahkan hasil tanaman warganya kepada raja Bima berupa minyak kelapa, jagung serta labu. Hasil utama pulau ini adalah labu dan tanaman hortikultura lain. Raja biasanya menghadiahkan pakaian, kopi dan gula. “Mereka pantang menerima makanan,” kata Massir Q. Abdullah, budayawan Bima. Keberadaan Jalu berakhir tahun 1950, bersamaan dengan bubarnya kesultanan Bima.
Persembunyian Pasukan Hasanuddin
Selain penduduk asli, sekitar abad ke-16 di Sangeang datang sisa-sisa pasukan Sultan Hasanuddin. Kedatangan mereka tentunya atas legitimasi Sultan Abdul Khair Sirajuddin, yang juga Panglima Perang Makassar disebut Siri. Mereka menolak menyerah kepada Belanda menyusul kekalahan Gowa-Makassar dalam Perang Sombu Apu.
gunungapi Sangeang dikenal sebagai gunung berapi aktif hingga kini. Penduduk Sangeang berjumlah kira-kira 675 jiwa dari 326 KK. Dengan alasan keamanan akibat bencana letusan gunung, secara bertahap, mereka dipindahkan ke daratan di Wera oleh Departemen Sosial mulai tanggal 31 Juli 1985. Praktis pulau menjadi kosong, namun penduduk tetap memanfaatkan tanah perkebunan mereka untuk bercocok tanam.
Satu yang unik dari orang Sangeang adalah keramat yang menyelimuti mereka. Mereka seperti memiliki kemampuan gaib yang berkaitan dengan api. Kemampuan itu terlihat manakala mereka mempunyai masalah dengan orang lain. Biasanya orang yang menzolimi mereka akan menerima akibat seperti tempat tinggalnya terbakar.
Setiap orang Bima enggan berurusan dengan orang Sangeang. Namun karena mereka kerap (terutama saban musim panen) ke daratan untuk menjual hasil bumi, mau tidak mau mereka berhubungan dengan pendudukan Bima daratan.
Nah, disinilah biasanya persoalan timbul. Misalnya dalam transaksi jual beli hasil bumi dengan saudaranya di daratan kerap muncul masalah seperti jumlah bayaran yang kurang atau hal lain. Masing-masing pihak biasanya ngotot dan ujungnya orang Sangeang pergi. Lazimnya, sepeninggal mereka — entah kebetulan atau bukan — bencana kerap datang. Satu yang populer adalah kebakaran yang menimpa rumah orang yang berhubungan dengan orang Sangeang tadi.
Ada anggapan bahwa orang Sangeang adalah titisan penguasa dunia supranatural gunung api itu. Dalam pandangan orang Bima (kuno), penguasa gaib yang dimaksud disebut parafu atau marafu. Karenanya kemana pun pergi, mereka yakin mendapat perlindungan parafu, roh nenek moyang.
Sangeang, di Kecamatan Wera Timur, tetap merupakan misteri yang menarik untuk dipecahkan. Tercatat sepuluh kali Sangeang meletus sejak tahun 1512. Terakhir gunung setinggi 1949 meter di atas permukaan laut itu meletus 24 Januari 1997.
Gunung Tambora, Sumbawa, NTB
Gunung Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah stratovolcano aktif yang
terletak di pulau Sumbawa, Indonesia. Gunung ini terletak di dua
kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai
barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat
laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi Nusa
Tenggara Barat, tepatnya pada 8°15' LS dan 118° BT. Gunung ini terletak
baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Tambora terbentuk oleh
zona subduksi di bawahnya. Hal ini meningkatkan ketinggian Tambora
sampai 4.300 m yang membuat gunung ini pernah menjadi salah satu puncak
tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam
gunung ini. Perlu waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma
tersebut. Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index. Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181. Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000 km). Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut. Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi. Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.
Selama penggalian arkeologi tahun 2004, tim arkeolog menemukan sisa kebudayaan yang terkubur oleh letusan tahun 1815 di kedalaman 3 meter pada endapan piroklastik. Artifak-artifak tersebut ditemukan pada posisi yang sama ketika terjadi letusan di tahun 1815. Karena ciri-ciri yang serupa inilah, temuan tersebut sering disebut sebagai Pompeii dari timur. Selengkapnya Baca disini
Gunung Egon, Flores NTT
Gunung Egon adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Kabupaten
Sikka, Pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Gunung ini
memiliki tinggi 1.703 meter dari permukaan laut. Egon kembali aktif
pada 2006 setelah vakum selama 75 tahun. Egon tercatat meletus dahsyat
pada 1925.
Gunung Anak Ranaka, Flores NTT
● Terletak di lereng utara Manggarai.
Merupakan kubah kawah lava termuda dari rangkaian kubah lava berjejer di
sekitar Kaldera Pocok Leok.● Letusan terakhir, 11 Januari 1988, ketinggian asap mencapai sekitar 8.000 meter, disertai luncuran aliran awan panas yang mengarah ke Wae Reno dan Wae Teko di sebelah utara gunung api itu.
● Aktivitas pertama gunung api ini pada 28 Desember 1987 berupa letusan freatik, kemudian disusul 11 Desember 1988 dengan letusan besar yang diikuti luncuran awan panas.
● Periode letusan gunung api muda ini belum diketahui karena letusan pertamanya pada 1987 dan hingga saat ini belum ada letusan lagi. Aktivitas terakhir gunung api itu memunculkan kubah lava.
Gunung Lewotobi, Flores NTT
Gunung LEWOTOBI yang terletak di timur
Pulau Flores sebenarnya merupakan gunung kembar. Gunung ini dikenal
sebagai pasangan ‘suami dan istri.’ Sang ‘suami’ disebut dengan nama
Gunung Lewotobi Lakilaki, dan sang ‘istri’ disebut dengan nama Gunung
Lewotobi Perempuan Keduanya hanya dipisahkan jarak sejauh dua kilometer.
Kawah di puncak Lewotobi Laki-laki berdiameter 400meter, sedangkan
kawah di puncak Lewotobi Perempuan berdiameter 700 meter. Menurut laman
volcano.si.edu, Lewotobi Lakilaki yang ketinggiannya sekitar 1.548 meter
tercatat beberapa kali aktif pada abad 19 dan 20, sedangkan Lewotobi
Perempuan yang ketinggiannya mencapai 1.703 meter hanya pernah meletus
dua kali sepanjang sejarah.Berikut sejarah letusan Gunung Lewotobi seperti dirangkum John Seach, ilmuwan dan ahli vulkanologi terkemuka di dunia, dalam situs volcanolive.com:
* Tahun 1932: Terjadi letusan gas.
* Tahun 1933: Terjadi letusan abu pada tanggal 17 Desember 1933.
* Tahun 1939: Terjadi letusan pada 17 Desember 1936, tepat 6 tahun setelah letusan sebelumnya.
* Tahun 1991: Terjadi letusan di puncak kawah pada Mei dan Juni 1991.
* Tahun 1999: Gemuruh dan abu keluar dari perut Lewotobi mulai 31 Maret 1999, disusul dengan letusan kuat pada tanggal 1 Juli 1999. Lava pijar tersembur hingga radius 500 meter. Letusan dan semburan lava itu menagkibatkan kebakaran hutan sampai lebih dari 2,5 km. Abu beterbangan sampai radius 8 km.
* Tahun 2002: Terjadi letusan pada tanggal 12 Oktober 2002.
* Tahun 2003: Terjadi letusan pada tanggal 30 Mei 2003. Material abu mencapai ketinggian lebih dari 200 meter dari puncak gunung. Letusan dan hujan abu itu berlanjut sampai bulan Juni dan Juli 2003. Aktivitas seismik itu berakhir pada bulan September 2003.
Gunung Rokatenda NTT
Gunung Rokatenda adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Palu'e,
sebelah utara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Gunung yang
bertipe strato ini merupakan lokasi tertinggi di Pulau Palu'e dengan
ketinggian 875 meter. Gunung ini secara geografis terletak di koordinat
121° 42' bujur timur and 8° 19' lintang selatan.Letusan terhebat terjadi pada 4 Agustus - 25 September 1928, yang sebagian besar terjadi karena tsunami menyusul gempa vulkanik. Penduduk Palu'e saat itu sebanyak 266 jiwa.
Letusan terakhir terjadi pada tanggal 23 Maret 1985 dengan embusan abu mencapai 2 km dan lontaran material lebih kurang 300 meter di atas puncak. Lokasi letusan berada di lereng tubuh kubah lava tahun 1981, sebelah barat laut dengan ukuran lubang letusan 30 x 40 meter. Tidak ada korban jiwa dalam letusan tersebut. Pada tanggal 16 Januari 2005, Rokatenda kembali menunjukkan aktivitasnya sehingga status siaga ditetapkan
Gunung Karangetang Sulawesi Utara
Gunung Karangetang (dikenal juga dengan nama Api Siau) adalah gunung
berapi yang terletak di bagian utara Sulawesi Utara, Indonesia tepatnya
di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Gunung Karangetang adalah
salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia dengan letusan sebanyak
lebih dari 40 kali sejak 1675 serta banyak letusan kecil yang tidak
terdokumentasi pada catatan sejarah. Gunung ini merupakan salah satu
gunung berapi aktif di Indonesia. Pada letusan gunung Karangetang tahun
1997 menewaskan 3 orang. Pada bulan Agustus 2007 terjadi letusan yang
memaksa dilakukannya evakuasi dari sekitar gunung berapi.
Gunung Soputan Sulawesi Utara
Soputan adalah sebuah gunung berapi yang terletak di provinsi Sulawesi
Utara, Indonesia. Letusan Soputan tercatat terjadi pada tahun 1785,
1819, 1833(?), 1845, 1890, 1901, 1906, 1907, 1908-09, 1910, 1911-12,
1913, 1915, 1917, 1923-24, 1947, 1953, 1966-67, 1968, 1970, 1971, 1973,
1982, 1984, 1985, 1989, 1991-96, 2000-03, 2004, 2005, 2007, dan 2008.
Tipe erupsi dari Soputan adalah ledakan, kubah lava, aliran piroklastik
dan aktivitas strombolian.
Gunung Lokon Sulawesi Utara
Gunung Lokon adalah sebuah gunung di Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi
Utara. Gunung ini memiliki ketinggian 1.689 m. Pada saat terakhir
meletus pada 2001, sebagian wilayah Kota Manado yang berjarak sekitar 25
Km dari gunung itu, ditutupi hujan debu yang mengguyur disebabkan
karena tiupan angin. Material debu yang dikeluarkan dari kawah gunung
api ini berbentuk lava pijar dan ketinggiannya diperkirakan mencapai 400
meter.Gunung Lokon pada Oktober 1991 pernah meletus yang menimbulkan kerugian material mencapai Rp 1 miliar. Ribuan jiwa penduduk di Desa Kakaskasen I, Kakaskasen II, Kinilow dan Tinoor, ketika itu setempat diungsikan besar-besar ke sejumlah daerah yang dinilai tidak rawan karena atap ribuan rumah penduduk hancur dihantam batu dan debu setebal 15 sampai 20 cm. Dalam musibah tersebut, seorang wisatawan asal Swiss, Vivian Clavel yang berkunjung saat terjadi letusan hebat itu tidak dapat ditemukan. Ia dipastikan tewas tertimbun longsoran lahar dingin.
Gunung Ibu Maluku utara
Gunung Ibu adalah gunung stratovolcano yang terletak di barat laut Pulau
Halmahera, Indonesia. Puncak gunung merupakan kawah vulkanik. Pusat
kawah memiliki lebar 1 km dan kedalaman 400 m, Sementara bagian luar
memiliki lebar 1.2 km. Terdapat banyak kerucut parasit yang terletak di
timur laut puncak gunung dan terdapat bagian kecil di bagian barat daya
gunung. Terdapat lelehan lava di bagian barat dataran gunung. Selain itu
terdapat kawah-kawah kecil akibat letusan gunung di bagian barat dan
utara.
Gunung Gamkonora, Maluku Utara
Gunung Dukono Maluku Utara
Gunung Dukono terletak di utara Pulau Halmahera. Gunung Dukono terdiri
dari beberapa kawah berapi dengan aktivitas tinggi. Pada letusan pada
tahun 1550, letusan lava mengisi selat diantara Pulau Halmahera dan
lereng utara dari Gunung Mamuya. Letusannya mencapai skala 3 dari
Volcanic Explosivity Index. Letusan kecil terjadi selama rentang waktu
1719, 1868, dan 1901. Sejak 1933, Gunung Dukono terjadi letusan-letusan
kecil secara berkelanjutan hingga saat ini.Gunung Gamalama adalah sebuah gunung yang terletak di Ternate, Maluku, Indonesia. Gunung Gamalama mempunyai ketinggian 1.715 meter di atas permukaan laut. Gunung Gamalama ditutupi Hutan Montane pada ketinggian 1.200 - 1.500 m dan Hutan Ericaceous pada ketinggian di atas 1.500 m
Indahnya Rantai Gunung di Barat Halmahera
Pemandangan ini di foto dari puncak Gamalama, memperlihatkan rantai
gunung di sebelah barat Halmahera. Dari depan ke belakan adalah: Gunung
Jailolo dan Susupu yang tidak aktif, lalu diikuti gunung Gamkonora dan
Gunung Ibu (yang sedang erupsi) yang aktif.
Rantai Gunung di Jawa Tengah
Foto ini diambil dari puncak Merapi, terlihat pasangan gunung lainnya,
yaitu Sindoro dan Sumbing, pasangan gunung di sebelah pasangan gunung
Merapi dan Merbabu
No comments:
Post a Comment