Ramses II: Rekayasa komputer 3D memperkirakan bentuk asli wajah Firaun Ramses II
By. Masykur A. Baddal **. Kisah sekitar kekejaman dan kedigdayaan
Fir’aun betul-betul sudah sangat membumi. Sehingga, setiap orang yang
mendengarkan nama itu saja, otomatis memorinya langsung membayangkan,
kekejaman demi kekejaman yang telah ia lakukan terhadap rakyatnya,
dimana seharusnya ia lindungi. Semua itu ia lakukan, demi mempertahankan
kekuasaan tanpa batas, sekaligus menjadi sembahan abadi bagi rakyatnya.
Ilustrasi: Proses pembelahan laut merah oleh Musa a.s.
Fir’aun atau Pharaoh, adalah julukan bagi raja-raja Mesir kuno. Yang
memerintah sesuai garis keturunan yang mereka miliki. Dari sekian
banyaknya fir’aun Mesir yang telah berkuasa, paling menonjol adalah
fir’aun Ramses II, yang berkuasa pada abad ke 14 SM. Pada masa
pemerintahan fir’aun Ramses II inilah, kejayaan keluarga dinasti fir’aun
dicapai. Ramses II, adalah fir’aun yang paling lama memerintah dalam
sejarah Mesir kuno, yaitu +/- 60an tahun. Ia juga dikenal sebagai
fir’aun penindas dan sangat kejam terhadap kaum minoritas bani Israil.
Bersamaan dengan masa kejayaan fir’aun Ramses II ini, Allah SWT telah
mengutus Musa a.s. untuk menyelamatkan kaum bani Israil, dari rongrongan
serta kekejaman di luar batas kemanusiaan, terhadap bani Israil sebagai
kaum minoritas saat itu. Setelah tercapainya deal antara Musa a.s.
dengan Ramses II, untuk membawa kaum bani Israil keluar dari negeri
Mesir, menuju negeri Kanaan (Palestina sekarang), maka seketika
berkumpullah ribuan kaum bani Israil, yang sudah siap mengikuti Musa
a.s. untuk meuju negeri harapan.
Peta penyebrangan Musa a.s. dengan pengikutnya kaum bani Israil.
Selang beberapa hari kemudian, setelah fir’aun mendapat masukan dari
para penasehatnya. Ia berbalik hati, bahkan ingin menumpas Musa a.s.
bersama semua pengikutnya dari bani Israil. Karena ia meyakini, bahwa
suatu saat Musa a.s. akan kembali bersama kaumnya ke negeri Mesir serta
akan menghancurkan kekuasaannya. Tanpa pikir panjang, fir’aun pun
langsung mempersiapkan semua kekuatan militernya untuk mengejar mereka.
Dimana saat itu, Musa a.s. beserta pengikutnya sudah hampir mendekati
tepi pantai (wilayah Nuweiba, Sinai Mesir saat ini), dan akan
menyeberangi teluk Aqaba menuju negeri Midian di daratan Hijaz.
Roda kereta: Benda temuan Ron Wyatt di dasar laut merah, lokasi penyebrangan Musa a.s.
Setelah Musa a.s. dan pengikutnya mengetahui, bahwa bala tentara fir’aun
sedang mengejar untuk membinasakan mereka, maka kucar-kacirlah mereka
para kaum bani Israil. Serta meminta Musa a.s. untuk mencarikan jalan
keluar untuk bisa selamat dari pengejaran fir’aun tersebut. Disaat
itulah Muasa a.s. menerima wahyu dari Allah SWT, untuk memukulkan
tongkatnya ke air laut merah itu. Seketika, laut pun terbelah dua,
seakan memberikan jalan untuk mereka. Tanpa pikir panjang, Musa a.s. dan
pengikutnya langsung menyeberangi laut tersebut, hingga sampai dengan
selamat ke tepi pantai bagian timur daratan Hijaz. Seketika, bani Israil
melihat dengan cemas, bahwa bala tentara fir’aun juga sedang melakukan
penyeberangan melewati jalan mereka tadi. Namun, berselang beberapa saat
kemudian, air laut pun kembali menyatu, serta membinasakan semua bala
tentara fir’aun, termasuk fir’aun itu sendiri.
Gambaran kereta perang yang sama, di Museum El Tahrir Mesir
Selang beberapa waktu kemudian, bala tentara fir’aun bantuan mendapatkan
jasad fir’aun beserta tentaranya mengapung di sepanjang pantai laut
merah itu. Lalu, jasad tersebut dibawa pulang ke kota Qantir sebagai
pusat kerajaan pada waktu itu. Sebagai tradisi fir’aun pada waktu itu,
semua raja-raja fir’aun akan diabadikan dengan cara membalsem jasadnya,
sehingga bertahan hingga beberapa abad kemudian. Setelah dibalsem, baru
kemudian disemayamkan bersama barang-barang kesayangannya dalam sebuah
peti mewah besar, lalu ditanam di wilayah Lembah para Raja (Valley of
the Kings) Luxor.
Misteri mummi fir’aun sang pengejar Musa itupun terkuak. Setelah
beberapa ahli mengsinkronisasikan, masa berkuasanya fir’aun Ramses II,
dengan periode pengutusan Musa a.s. kepada kaum bani Israil, yaitu pada
abad 14 SM. Disamping itu, juga terdapat keanehan dalam peti mati sang
fir’aun. Yaitu, kereta perang yang bentuknya tidak sempurna, begitu juga
beberapa aksesoris lainnya. Yang secara kebetulan, sangat berbeda
dengan barang bawaan peti mati fir’aun lainnya. Semuanya utuh dan
terawat rapi.
Mummi Firaun sang pengejar Musa, dipajang untuk umum di Museum El Tahrir Mesir
Hal ini, juga diperkuat dengan temuan terakhir arkeolog dunia Ron Wyatt.
Disekitar daerah penyeberangan, ia telah menemukan roda kereta perang,
as roda kereta dan beberapa rangka manusia. Sehingga semakin memperkuat
analisa tersebut. Dimana, semua benda-benda peninggalan itu, dapat
dilihat langsung di Museum El Tahrir Mesir.
Bagi seorang muslim, peristiwa tersebut sudah sangat jelas dikisahkan
oleh Allah SWT dalam Al Qur’an. Yang inti tujuannya adalah, Allah
mengapungkan serta mengabadikan jasad fir’aun beserta bala tentaranya,
untuk dijadikan contoh bagi orang-orang yang ingkar serta sombong akan
azab Allah yang nyata.
Kisah-kisah tersebut dapat dibaca dalam Al Qur’an pada ayat dan surat
berikut: surat “Thaha” ayat 77 hingga 79 ; surat “Asy-Syua’ra” ayat 60
hingga 68 ; surat “Yunus” ayat 90 hingga 92.
Semoga, kisah perjalanan fir’aun yang sombong serta kejam ini, dapat
kita ambil sari patinya demi kebaikan hidup ummat manusia, dimasa yang
akan datang.
artikel ini disalin lengkap dari:
http://sejarah.kompasiana.com/2012/01/08/misteri-mummi-firaun-sang-pengejar-musa-429228.html
halaman utama website:
http://sejarah.kompasiana.com/
No comments:
Post a Comment