Uranium ialah salah satu unsur radioaktif yang memiliki tenaga yang sangat
besar. tenaga itu dapat diperoleh dengan cara pembelahan nuklir (reaksi fisi).
Pada proses pembelahan itu menghasilkan banyak energi kalor yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan. salah satunya ialah pembangkit listrik
tenaga nuklir.
Dalam pembangkit listrik tenaga nuklir, pada teras reaktor atom uranium
ditembaki dan dibelah dengan neutron, hingga terjadilah reaksi berantai yang
dikendalikan oleh batang pengendali. Batang yang digerak-gerakan ini menyerap
neutron. reaksi itu menghasilkan panas dan panas mengubah air menjadi uap untuk
memutar turbin pembangkit listrik.
Fakta Kekuatan
Uranium?
1 gram Uranium = minyak 2.000 liter
1 gram Uranium = Batu Bara 3 ton
1 gram Uranium dapat menyalakan 23.000 TV selama 1 jam
1 gram Uranium dapat menggerakan mobil kecil untuk mengelilingi separuh dunia
1 gram Uranium = minyak 2.000 liter
1 gram Uranium = Batu Bara 3 ton
1 gram Uranium dapat menyalakan 23.000 TV selama 1 jam
1 gram Uranium dapat menggerakan mobil kecil untuk mengelilingi separuh dunia
Sangat mengerikan apabila uranium ini di jadikan senjata untuk tujuan
kejahatan, pasti dunia ini akan kacau dan hancur
Mengenal
Uranium dan Kekuatannya
Uranium
ditemukan pada tahun 1789 oleh Martin Klaproth, seorang ilmuwan Jerman. Nama
Uranium diambil dari nama planet Uranus yang ditemukan 8 tahun sebelumnya.
Uranium terbentuk bersamaan dengan terjadinya bumi. Karena itu uranium dapat diketemukan di setiap batuan dan juga di air laut. Batuan yang mengandung uranium kadar tinggi disebut batuan uranium atau ”uranium ore” atau ”pitch-blende”
Saat ini dan di masa depan, uranium merupakan sumber energi penting mengingat kelimpahannya yang cukup besar. Meskipun demikian uranium dikategorikan sebagai sumber energi tak-terbarukan atau ”non-renewable energy source”.
Cadangan uranium yang telah diketahui secara pasti saat ini dan dapat dipungut dengan biaya kurang dari 130 USD/kgU adalah 3,3 juta ton. Cadangan uranium teridentifikasi yang dapat dipungut dengan biaya kurang dari 130 USD/kgU adalah 5,5 juta ton.Adapun uranium yang terkandung dalam batuan phosphate diperkirakan 22 juta ton, dan di air laut adalah 4200 juta ton.
Uranium terbentuk bersamaan dengan terjadinya bumi. Karena itu uranium dapat diketemukan di setiap batuan dan juga di air laut. Batuan yang mengandung uranium kadar tinggi disebut batuan uranium atau ”uranium ore” atau ”pitch-blende”
Saat ini dan di masa depan, uranium merupakan sumber energi penting mengingat kelimpahannya yang cukup besar. Meskipun demikian uranium dikategorikan sebagai sumber energi tak-terbarukan atau ”non-renewable energy source”.
Cadangan uranium yang telah diketahui secara pasti saat ini dan dapat dipungut dengan biaya kurang dari 130 USD/kgU adalah 3,3 juta ton. Cadangan uranium teridentifikasi yang dapat dipungut dengan biaya kurang dari 130 USD/kgU adalah 5,5 juta ton.Adapun uranium yang terkandung dalam batuan phosphate diperkirakan 22 juta ton, dan di air laut adalah 4200 juta ton.
Uranium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang U dan nomor atom 92.. Ia merupakan logam putih keperakan yang termasuk dalam deret aktinida tabel periodik. Uranium memiliki 92 proton dan 92 elektron, dan berelektron valensi 6. Inti uranium mengikat sebanyak 141 sampai dengan 146 neutron, sehingganya terdapat 6 isotop uranium. Isotop yang paling umum adalah uranium-238 (146 neutron]] dan uranium-235 (143 neutron). Semua isotop uranium tidak stabil dan bersifat radioaktif lemah. Uranium memiliki bobot atom terberat kedua di antara semua unsur-unsur kimia yang dapat ditemukan secara alami.[3] Massa jenis uranium kira-kira 70% lebih besar daripada timbal, namun tidaklah sepadat emas ataupun tungsten. Uranium dapat ditemukan secara alami dalam konsentrasi rendah (beberapa bagian per juta (ppm)) dalam tanah, bebatuan, dan air.
Uranium yang dapat dijumpai secara alami adalah uranium-238 (99,2742%), uranium-235 (0,7204%), dan sekelumit uranium-234 (0,0054%). Uranium meluruh secara lambat dengan memancarkan partikel alfa. Umur paruh uranium-238 adalah sekitar 4,47 milyar tahun, sedangkan untuk uranium-235 adalah 704 juta tahun.[4] Oleh sebab itu, uranium dapat digunakan untuk penanggalan umur Bumi.
Uranium-235 merupakan satu-satunya isotop unsur kimia alami yang bersifat fisil (yakni dapat mempertahankan reaksi berantai pada fusi nuklir), sedangkan uranium-238 dapat dijadikan fisil menggunakan neutron cepat. Selain itu, uranium-238 juga dapat ditransmutasikan menjadi plutonium-239 yang bersifat fisil dalam reaktor nuklir. Isotop uranium lainnya yang juga bersifat fisil adalah uranium-233, yang dapat dihasilkan dari torium.
Fakta Kekuatan Uranium?
1 gram Uranium = minyak 2.000 liter
1 gram Uranium = Batu Bara 3 ton
1 gram Uranium dapat menyalakan 23.000 TV selama 1 jam
1 gram Uranium dapat menggerakan mobil kecil untuk mengelilingi separuh dunia
jika jumlah yang lebih besar di gunakan untuk pembuatan senjata pemusnah massal, hal yang tidak mustahil bahwa uranium dapat menghancurkan bumi dalam sekejap...
Siklus
bahan bakar nuklir
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum
Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Siklus
bahan bakar nuklir, juga disebut rantai bahan bakar nuklir, serangkaian proses
perkembangan bahan bakar nuklir yang melalui serangkaian tahap-tahap yang
berbeda. Hal ini terdiri dari beberapa tahapan "hulu" (front end),
dimana uranium disiapkan sebagai bahan bakar reaktor, dan beberapa tahapan
"hilir" (back end), dimana proses pengaturan, pengelolaan, atau
pengolahan kembali bahan bakar bekas dilakukan.
[sunting]
Penjelasan
Uranium
merupakan sumber energi dengan kelimpahan sungguh sangat besar, yaitu 13000 TW
tahun. Sebagai perbandingan, kelimpahan energi dari batubara adalah 680 TW
tahun. Sedangkan kelimpahan energi dari minyak dan gas adalah 400 TW tahun.
Adapun komsumsi energi dunia pada tahun 2000 adalah 14 TW tahun, dan pada tahun
2100 diproyeksikan sekitar 55 TW tahun. (TW adalah singkatan dari terrawatt,
dan 1 TW = 1.000.000.000.000 W).
Uranium di
kerak bumi terdeposit bersama-sama dengan mineral lainnya. Agar dapat
menghasilkan energi yang efisien, uranium harus diolah melalui serangkaian
tahapan proses yang panjang dan komplek dibanding pemrosesan bahan bakar fosil
seperti batubara, minyak, dan gas. Meskipun demikian, porsi ongkos bahan bakar
nuklir terhadap ongkos total pembangkitan listrik dari PLTN adalah realtif
kecil, yaitu sekitar 20 %.
[sunting]
Siklus
Tahapan
dimulai dari penambangan dan penggilingan bijih uranium untuk mendapatkan
konsentrat uranium. Tahapan proses selanjutnya adalah pemurnian dan konversi,
pengkayaan atau peningkatan kadar U-235 dalam uranium, dan fabrikasi perangkat
bakar nuklir sesuai dengan jenis reaktornya.
Seluruh
tahapan mulai dari penambangan hingga fabrikasi perangkat bakar disebutsebagai
ujung depanatau “front end” siklus bahan bakar nuklir.
Bahan bakar
uranium yang telah habis masa gunanya dalam membangkitan energidisebut bahan
bakar bekas atau ”spent fuel” yang akan melalui beberapa tahapan pengelolaan
setelah dikeluarkan dari teras reaktor. Masa guna bahan bakar nuklir di reaktor
antara 3 – 6 tahun.
Pengelolaan
bahan bakar bekas meliputi: penyimpanan sementara, proses olah ulang dan daur
ulang, dan pada akhirnya ditangani sebagai limbah aktivitas tinggi. Tahapan ini
disebut sebagai ujung belakangatau “back end” siklus bahan bakar nuklir.
Proses olah
ulang dan daur ulang bahan bakar nuklir bekas merupakan sebuah opsi. Siklus
bahan bakar nuklir yang tidak menerapkan proses olah ulang dan daur ulang pada
ujung belakang disebut siklus bahan bakar terbuka atau ”open fuel cycle”.
Sedangkan siklus bahan bakar nuklir yang menerapkan proses olah ulang dan daur
ulang bahan bakar bekas disebut siklus bahan bakar tertutup atau ”closed fuel
cycle”.
Siklus
bahan bakar nuklir tertutup melalui daur ulang bahan bakar bekas tanpa melalui
proses pemisahan plutonium telah menjadi pilihan utama pengembangan sistem
energi nuklir di masa depan.
1.
Penambangan dan Penggilingan
Uranium
dapat ditambang melalui teknik terbuka (open cut) maupun teknik terowongan
(underground) tergantung pada kedalaman batuan uranium yang diketemukan.
Sebagai contoh tambang uranium Ranger adalah tambang terbuka sementara Olympic
Dam merupakan tambang bawah tanah (tambang ini juga memproduksi tembaga, emas dan
perak). Kedua tambang uranium tersebut berada di Australia yang merupakan
negara dengan cadangan uranium kategori murah terbesar di dunia. Bijih uranium
hasil penambangan selanjutnya dikirim ke pabrik pengolah bijih yang umumnya
berada di dekat tambang. Di pabrik ini, bijih uranium dihancurkan secara
mekanik, dan kemudian uranium dipisahkan dari mineral lainnya melalui proses
kimia menggunakan larutan asam sulfat. Hasil akhir dari proses ini berupa
konsentrat uranium oksida (U3O8) yang sering disebut kue kuning atau “Yellow
Cake”, meskipun dalam banyak hal berwarna kecoklatan.
Beberapa
tambang uranium di Australia, Amerika Serikat, dan Kazakhstan menggunakan In
Situ Leaching (ISL) untuk mengkstrak uranium secara langsung dari batuan di
dalam tanah dan membawanya ke permukaan dalam bentuk larutan kaya uranium, yang
kemudian diendapkan dan dikeringkan menjadi padatan uranium oksida. Teknik ini
terutama digunakan untuk mengekstrak uranium yang terdapat dalam batuan di
dalam tanah yang tidak ekonomis apabila delakukan dengan teknik konvensional.
U3O8merupakan
produk komersial yang diperjual-belikan di pasar dunia. Sepuluh negara utama
pemroduksi uranium adalah Kanada, Australia, Kazakhstan, Nigeria, Rusia,
Namibia, Afrika Selatan, Ukraina, Amerika Serikat, dan Uzbekistan. Kanada dan
Australia memproduksi uranium hampir 50% dari total produksi dunia.
Secara
kasar, dibutuhkan sekitar 200 ton uranium agar sebuah reaktor daya 1000 MWe
mampu beroperasi selama 1 tahun. Saat ini permintaan dunia akan uranium relatif
stabil, yaitu sekitar 65000 ton/tahun.
2. Konversi
Tahapan selanjutnya untuk pembuatan bahan bakar nuklir adalah proses pemurnian
dan konversi Yellow Cake menjadi serbuk uranium dioksida (UO2) berderajat
nuklir. UO2 ini kemudian dikonversi lagi ke dalam bentuk gas uranium
hexafluoride (UF6).
Untuk
reaktor nuklir yang menggunakan bahan bakar uranium alam, yaitu reaktor yang
mampu menghasilkan reaksi fisi berantai dengan bahan bakar uranium alam yang
hanya mengandung 0,7% U-235, serbuk UO2 hasil konversi Yellow Cake dapat
langsung dikirim ke pabrik bahan bakar nuklir untuk diproses menjadi perangkat
bakar nuklir yang siap digunakan di dalam reaktor.
Sedangkan
untuk reaktor nuklir yang hanya mampu menghasilkan reaksi fisi berantai dengan
bahan bakar uranium diperkaya, serbuk UO2 hasil proses konversi Yellow Cake
perlu diubah ke bentuk gas UF6 sebagai umpan proses pengayaan (proses
peningkatan kadar U-235 dalam bahan bakar uranium).
Konversi
UO2 menjadi UF6 dilakukan dalam dua langkah proses. Pertama adalah mereaksikan
UO2 dengan asam anhydrous HF hingga menjadi uranium tetrafluorida (UF4).
Kemudian UF4 direaksikan dengan gas F2 sehingga terbentuk UF6.
Negara
utama pengoperasi pabrik komersial konversi Yellow Cake – UF6adalah Kanada,
Perancis, Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia. Beberapa negara seperti Cina,
India, Aragentina, dan Romania juga mengoperasikan pabrik konversi tetapi hanya
sebatas untuk memenuhi kebutuhan dalam negrinya sendiri.
3.
Pengkayaan
Mayoritas
PLTN yang sekarang beroperasi maupun yang sedang dalam konstruksi memerlukan
uranium diperkaya sebagai bahan bakarnya. Pengkayaan uranium adalah proses
meningkatkan kadar U-235 dalam bahan bakar uranium dari 0,7% (kadar U-235 dalam
uranium alam) menjadi sekitar 3 – 5% atau lebih.
Proses
pengkayaan membuang sekitar 85% U-238 melalui proses pemisahan gas UF6 ke dalam
dua aliran, yaitu satu aliran merupakan uranium yang telah diperkaya dan akan
dipergunakan umpan proses fabrikasi bahan bakar. Sedangkan aliran lainnya
adalah aliran buangan atau”tailing” berupa aliran uranium miskin U-235 yang
disebut sebagai uranium deplesi (kadar U-235 kurang dari 0,25%).
Ada dua
metode yang secara komersial digunakan untuk proses pengkayaan uranium, yaitu
metode difusi gas dan metode sentrifugasi gas. Kedua metode ini pada dasarnya
menggunakan prinsip yang sama, yaitu beda berat antara atom U-238 dan atom
U-235.
Pada
pengayaan metode difusi, gas UF6dialirkan ke membran berpori. Oleh karena lebih
ringan maka atom U-235 akan berdifusi atau bergerak lebih cepat dibanding atom
U-238, sehingga gas UF6 yang lolos membran akan mengandung U-235 lebih banyak.
Untuk mencapai tingkat pengayaan U-235 antara 3–5%, diperlukan sekitar 1400
kali pengulangan proses. Sehingga metode ini sangat boros energi, kira-kira
akan mengonsumsi 3–4 % dari energi listrik yang dibangkitkannya.
Pada
pengayaan metode sentrifugasi, gas UF6diputar dengan kecepatan sudut tinggi
dalam sebuah tabung panjang dan ramping (1–2 m panjang, 15-20 cm diameter).
Gaya sentrifugal akan melemparkan isotop U-238 yang lebih berat menjauh dari
pusat rotasi, sedangkan isotop U-235 yang lebih ringan akan terkonsentrasi di
pusat rotasi.
Metode gas
sentrifugasi lebih hemat energi dan dapat dibangun dengan unit yang lebih kecil
dibanding metode difusi gas, sehingga metode ini lebih ekonomis dan secara
komersial cepat berkembang.
Pabrik
pengkayaan uranium di dunia pertama kali dibangun di Amerika Serikat dengan
metode difusi gas. Beberapa pabrik pengkayaan modern yang berada di Eropa
(Perancis, Inggris, Jerman, Belanda) dan Rusia menggunakan metode gas
sentrifugasi. Negara lain yang mengoperasikan pabrik pengkayaan uranium
komersial adalah Jepang, Cina, Argentina, dan Brazil.
Beberapa
tipe PLTN, terutama PLTN Candu di Kanada dan PLTN generasi awal dengan reaktor
berpendingin gas di Inggris tidak memerlukan bahan bakar uranium diperkaya.
4.
Fabrikasi Bahan Bakar
Fabrikasi
bahan bakar atau perangkat bakar nuklir diawali dengan proses konversi UF6yang
telah diperkaya (keluaran pabrik pengayaan) menjadi serbuk uranium dioksida
(UO2) yang kemudian dibentuk menjadi pil-pil (pelet) silinder melalui
pengepresan dan diteruskan dengan pemanggangan dalam suasana gas hidrogen pada
temperatur tinggi (1700 oC) hingga membetuk pelet UO2berderajat keramik yang
rapat dan kuat.
Pelet-pelet
UO2yang memenuhi persyaratan kualitas kemudian dimasukkan ke dalam sebuah
selongsong dari bahan paduan zirconium (zircalloy).
Setelah
kedua ujung selongsong ditutup dan dilas, batang bahan bakar (fuel rod) disusun
membentuk suatu perangkat bakar (fuel assembly).
Teras PWR
1000 MWe berisi sekitar 160 perangkat bakar. Total batang bahan bakar yang
digunakan mencapai 42000 buah. Setiap batang bahan bakar kira-kira berisi 300 –
370 pelet UO2 yang masing-masing pelet beratnya 6 – 7 gram.
Pabrik
perangkat bakar PWR terbesar di dunia antara lain adalah Westinghouse – USA
dengan kapasitas produksi 1600 ton/tahun, Global Nuclear Fuel – Americas dengan
kapasitas produksi 1200 ton/tahun, Ulba – Kazakhstan dengan kapasitas produksi
2000 ton/tahun, TVEL Elektrosal – Rusia dengan kapasitas produksi 1020
ton/tahun, TVEL Novosibirsk – Rusia dengan kapasitas produksi 1000 ton/tahun,
dan FBFC – Perancis dengan kapasitas produksi 820 ton/tahun.
Negara lain
pengoperasi PLTN yang juga memproduksi perangka bakar adalah Jepang, Korea
Selatan, China, India, Argentina, Brazil, Inggis (UK), dll. . Reaktor Nuklir
Setelah
proses fabrikasi, perangkat bakar nuklir di masukkan ke dalam teras reaktor.
Susunan perangkat bakar (fuel assembly) inilah yang membentuk struktur inti atau
teras reaktor (reactor core). PLTN tipe PWR dengan daya 1000 MW listrik (MWe)
berisi sekitar 75 ton uranium sedikit diperkaya. Dalam teras reaktor, U-235
mengalami reaksi fisi dan menghasilkan panas dalam sebuah proses
berkesinambungan yang disebut reaksi fisi berantai. Kelangsungan proses ini
sangat bergantung pada moderator seperti air atau grafit, dan sepenuhnya
dikendalikan dengan menggunakan batang kendali.
Di dalam
teras reaktor, sejumlah U-238 akan menyerap neutron hasil reaksi fisi dan
berubah menjadi plutonium (Pu-239).
Setengah
dari plutonium yang dihasilkan juga mengalami reaksi fisi dan menghasilkan
sepertiga dari energi total reaktor. Untuk mempertahankan kinerja reaktor,
sekitar sepertiga dari bahan bakar yang digunakan di dalam teras harus diganti
dengan bahan bakar baru setiap satu tahun atau setiap 18 bulan.
6.
Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas Bahan bakar bekas sangat radioaktif
serta mengeluarkan banyak panas. Untuk penanganan yang aman dan selamat, bahan
bakar bekas yang baru dikelurakan dari reaktor disimpan dalam kolam khusus yang
berada di dekat reaktor untuk menurunkan panas maupun radioaktivitas. Air di
dalam kolam berfungsi sebagai penghalang terhadap radiasi dan pemindah panas
dari baban bakar bekas.
Bahan bakar
bekas dapat disimpan di kolam penyimpanan untuk waktu yang lama (sampai lima
puluh tahun atau lebih), sebelum akhirnya diolah ulang atau dikirim ke
pembuangan akhir sebagai limbah (penyimpanan lestari).
Alternatif
lain, setelah tingkat radioaktivitas dan pemancaran panas bahan bakar bekas
menurun drastis, bahan bakar bekas dapat dikeluarkan dari kolam penyimpanan dan
selanjutnya disimpan dengan cara kering. Perisai radiasi yang cukup murah dan
pendinginan alamiah yang bebas perawatan, menjadikan cara ini menjadi pilihan
yang menarik.
7.
Reprocessing (Olah Ulang)
Bahan bakar
bekas masih mengandung sekitar 96% (480 kg) uranium dengan kandungan bahan
fisil U-235 kurang dari 1%. Kemudian 3% (15 kg) dari bahan bakar bekas berupa
produk fisi yang dapat dikategorikan sebagai limbah aktivitas tinggi, dan 1% (5
kg) sisanya berupa plutonium (Pu) yang diproduksi selama bahan bakar berada di
dalam reaktor dan tidak mengalami pembakaran.
Pemisahan
uranium dan plutonium dari produk fisi dilakukan dengan memotong elemen bakar
kemudian melarutkannya ke dalam asam. Uranium yang didapat dari proses
pemisahan ini bisa dikonversi kembali menjadi uranium hexaflourida untuk
kemudian dilakukan pengkayaan. Adapun plutonium yang diperoleh dapat dicampur
dengan uranium diperkaya untuk menghasilkan bahan bakar MOX (Mixed Oxide).
Pabrik
bahan bakar MOX komersial yang ada di dunia adalah Belgia, Perancis, Jerman,
Inggris, Rusia, Jepang, Cina, dan India. Amerika Serikat tidak melakukan
olah-ulang terhadap bahan bakar bekas PLTN komersial yang ada di negaranya.
Hingga saat ini Amerika Serikat menganut sistem daur terbuka atau ”open cycle”.
Beberapa
PLTN PWR di dunia khususnya di Eropa telah menggunakan bahan bakar MOX ini
walaupun sifatnya masih parsial, yaitu 20 - 30% dari bahan bakar yang ada di
teras. Jepang dalam waktu dekat ini berencana untuk memuati sepertiga dari 54
PLTN-nya dengan bahan bakar MOX.
Adapun 3%
limbah radioaktif tinggi yang dihasilkan dari proses olah ulang adalah produk
fisi yang jumlahnya sekitar 750 kg pertahun dari reaktor daya 1000 MWe. Limbah
ini mula-mula disimpan dalam bentuk cairan untuk kemudian dipadatkan.
Proses olah
ulang bahan bakar bekas dilakukan di fasilitas di Eropa dan Rusia dengan
kapasitas 5000 ton per tahun, dan total produksi selama hampir 40 tahun telah
mencapai sekitar 90000 ton.
8.
Vitrifikasi
Limbah
radioaktivitas tinggi dari proses olah ulang dapat dikalsinasi (dipanaskan pada
suhu yang sangat tinggi) sehingga menjadi serbuk kering yang kemudian di
masukkan kedalam borosilikat (pyrex) untuk immobilisasi limbah. Bahan gelas
tersebut kemudian dituangkan ke dalam tabung stainless steel, masing-masing
sebanyak 400 kg limbah gelas. Pengoperasiaan reaktor 1000 MWe selama satu tahun
akan menghasilkan limbah gelas tersebut sebanyak 5 ton atau sekitar 12 tabung
stainless setinggi 1,3 meter dan berdiameter 0,4 meter. Setelah diberi
pelindung radiasi yang sesuai, limbah yang sudah diproses ini kemudian diangkut
ke tempat penyimpanan limbah.
Hingga saat
ini, siklus bahan bakar nuklir bagian ujung belakang atau ”back end” hanya
sampai pada tahap ini.
Pembuangan
akhir dari limbah radioaktifitas tinggi atau pembuangan akhir bahan bakar bekas
yang tidak diolah ulang (siklus terbuka), masih belum dilakukan.
9.
Pembuangan Akhir Limbah
Pembuangan
akhir limbah pada prinsipnya adalah penyimpanan lestari limbah radioaktivitas
tinggi yang telah digelasifikasi dan disegel dalam tabung stainless steel, dan
juga penyimpanan lestari bahan bakar bekas yang telah melalui proses
pendinginan yang cukup dan telah disegel dalam wadah atau “canister” terbuat
dari logam tahan korosi seperti tembaga atau stainless steel.
Secara umum
telah dapat diterima bahwa limbah-limbah tersebut rencananya akan dikubur di
batuan stabil di dalam tanah dengan kedalaman tak kurang dari 500 m di batuan
dasar (bed rock). Kebanyakan negara merencanakan untuk melaksanakan penyimpanan
lestari bahan bakar bekas setelah tahun 2010.Artikel ini adalah sebuah
rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.
Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir
PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)
1.
Pendahuluan
LISTRIK
pada umumnya dibangkitkan dari turbin yang digerakkan uap air. Uap air
dihasilkan dengan mendidihkan air dalam bejana (boiller). Bahan bakar yang
sering digunakan untuk mendidihkan air inilah yang membedakan nama pembangkit
listrik. Ada yang menggunakan bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, gas, batu
bara atau nuklir. Pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil, biasanya
disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan yang menggunakan nuklir
disebut PLTN.PLTU telah banyak didirikan di Indonesia, dan telah banyak pula
pengalaman yang kita rasakan, baik masalah pergiliran pasokan arus listrik,
harga, dan polusi. Masalah pergiliran pasokan arus listrik disebabkan masalah pasokan
yang terbatas, karena tak adanya cadangan sumber listrik. Harga telah
dipastikan naik terus mengikuti harga minyak bumi. Padahal minyak bumi dan gas
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan plastik, pupuk, kain, kendaraan bermotor
atau keperluan lain yang lebih bermanfaat untuk kehidupan.Kalau PLTN memang
merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk mengatasi krisis ekonomi di
Indonesia. Selain bersih dan tak mencemari lingkungan, harga listriknya sangat
murah dan dapat bersaing. Bahkan dengan reaktor temperatur tinggi, selain
listrik yang dihasilkan, pendinginnya dapat digunakan untuk memproses batu bara
menjadi bahan bakar minyak dan gas untuk kendaraan bermotor, serta desalinasi
air laut, untuk menjadi air minum dan garam. Harga listrik yang murah tidak hanya
didukung harga bahan bakar nuklir yang lebih murah dari harga minyak bumi atau
batu bara, tetapi volume bahan bakar nuklir yang diperlukan jauh lebih kecil,
sehingga harga transportasinya murah.
2. Prinsip
Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Prinsip
kerja PLTN, pada dasarnya sama dengan pembangkit listrik konvensional, yaitu :
air diuapkan di dalam suatu ketel melalui pembakaran. Uang yang dihasilkan
dialirkan ke turbin yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran
turbin digunakan untuk menggerakkan generator, sehingga menghasilkan tenaga
listrik. Perbedaannya pada pembangkit listrik konvensional bahan bakar untuk
menghasilkan panas menggunakan bahan bakar fosil seperti : batu bara, minyak
dan gas. Dampak dari pembakaran bahan bakar fosil ini, akan mengeluarkan karbon
dioksida (CO2), sulfur dioksida (S02) dan nitrogen oksida (Nox), serta debu
yang mengandung logam berat. Sisa pembakaran tersebut akan teremisikan ke udara
dan berpotensi mencemari lingkungan hidup, yang bias menimbulkan hujan asam dan
peningkatan suhu global. Sedangkan pada PLTN panas yang akan digunakan untuk
menghasilkan uap yang sama, dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fisil
(uranium) dalam reaktor nuklir. Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang
disalurkan secara terus menerus selama PLTN beroperasi. Proses pembangkit yang
menggunakan bahan bakar uranium ini tidak melepaskan partikel sperti C02, S02,
atau Nox, juga tidak mengeluarkan asap atau debu yang mengandung logam berat
yang dilepas ke lingkungan. Oleh karena itu PLTN merupakan pembangkit listrik
yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian
LTN, adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen bakar bekas
ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN, sebelum dilakukan penyimpanan
secara lestari.
Reaktor
daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya
hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan
neutron dalam teras reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang
kendali. Karena memanfaatkan panas hasil fisi, maka reaktor daya dirancang
berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan MW. Proses pemanfaatan
panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN adalah sebagai
berikut :
Bahan bakar
nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas yang
sangat besar.
Panas hasil
reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa
pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang
digunakan.
Uap air
yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak
(kinetik). Energi kinetik dari turbin
ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan arus
listrik.
2.1. Jenis-Jenis PLTN
Di dalam
inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga
nuklir itu hanya dapat dikeluarkan melalui proses pembakaran bahan bakar
nuklir. Proses ini sangat berbeda dengan pembakaran kimia biasa yang umumnya
sudah dikenal, seperti pembakaran kayu, minyak dan batubara. Besar energi yang
tersimpan (E) di dalam inti atom adalah seperti dirumuskan dalam kesetaraan
massa dan energi oleh Albert Einstein : E = m C2, dengan m : massa bahan (kg)
dan C = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s). Energi nuklir berasal dari perubahan
sebagian massa inti dan keluar dalam bentuk panas.
Dilihat dari proses berlangsungnya, ada dua
jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi nuklir berantai tak terkendali dan reaksi
nuklir berantai terkendali. Reaksi nuklir tak terkendali terjadi misal pada
ledakan bom nuklir. Dalam peristiwa ini reaksi nuklir sengaja tidak
dikendalikan agar dihasilkan panas yang luar biasa besarnya sehingga ledakan
bom memiliki daya rusak yang maksimal. Agar reaksi nuklir yang terjadi dapat
dikendalikan secara aman dan energi yang dibebaskan dari reaksi nuklir tersebut
dapat dimanfaatkan, maka manusia berusaha untuk membuat suatu sarana reaksi
yang dikenal sebagai reaktor nuklir. Jadi reaktor nuklir sebetulnya hanyalah
tempat dimana reaksi nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan. Reaksi
berantai di dalam reaktor nuklir ini tentu sangat berbeda dengan reaksi
berantai pada ledakan bom nuklir.
Sejarah
pemanfaatan energi nuklir melalui Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dimulai beberapa
saat setelah tim yang dipimpin Enrico Fermi berhasil memperoleh reaksi nuklir
berantai terkendali yang pertama pada tahun 1942. Reaktor nuklirnya sendiri
sangat dirahasiakan dan dibangun di bawah stadion olah raga Universitas
Chicago. Mulai saat itu manusia berusaha mengembangkan pemanfaatan sumber
tenaga baru tersebut. Namun pada mulanya, pengembangan pemanfaatan energi
nuklir masih sangat terbatas, yaitu baru dilakukan di Amerika Serikat dan
Jerman. Tidak lama kemudian, Inggris, Perancis, Kanada dan Rusia juga mulai
menjalankan program energi nuklirnya.
Listrik
pertama yang dihasilkan dari PLTN terjadi di Idaho, Amerika Serikat, pada tahun
1951. Selanjutnya pada tahun 1954 PLTN skala kecil juga mulai dioperasikan di
Rusia. PLTN pertama di dunia yang memenuhi syarat komersial dioperasikan
pertama kali pada bulan Oktober 1956 di Calder Hall, Cumberland. Sistim PLTN di
Calder Hall ini terdiri atas dua reaktor nuklir yang mampu memproduksi sekitar
80 juta Watt tenaga listrik. Sukses pengoperasian PLTN tersebut telah
mengilhami munculnya beberapa PLTN dengan model yang sama di berbagai tempat.
2.2. Energi Nuklir
Untuk mendapatkan gambaran tentang besarnya
energi yang dapat dilepaskan oleh reaksi nuklir, berikut ini diberikan contoh
perhitungan sederhana. Ambil 1 g (0,001 kg) bahan bakar nuklir 235U. Jumlah
atom di dalam bahan bakar ini adalah : N
= (1/235) x 6,02 x 1023 = 25,6 x 1020 atom 235U. Karena setiap proses fisi
bahan bakar nuklir 235U disertai dengan pelepasan energi sebesar 200 MeV, maka
1 g 235U yang melakukan reaksi fisi sempurna dapat melepaskan energi sebesar :
E = 25,6 x 1020 (atom) x 200 (MeV/atom) = 51,2 x 1022 MeV Jika energi tersebut
dinyatakan dengan satuan Joule (J), di mana 1 MeV = 1.6 x 10-13 J, maka energi
yang dilepaskan menjadi : E = 51,2 x
1022 (MeV) x 1,6 x 10-13 (J/MeV) = 81,92 x 109 J Dengan menganggap hanya 30 %
dari energi itu dapat diubah menjadi energi listrik, maka energi listrik yang
dapat diperoleh dari 1 g 235U adalah : Elistrik = (30/100) x 81,92 x 109 J =
24,58 x 109 J Karena 1J = 1 W.s ( E = P.t), maka peralatan elektronik seperti
pesawat TV dengan daya (P) 100 W dapat dipenuhi kebutuhan listriknya oleh 1 g
235U selama : t = Elistrik / P = 24,58 x
109 (J) / 100 (W) = 24,58 x 107 s Angka 24,58 x 107 sekon (detik) sama lamanya
dengan 7,78 tahun terus-menerus tanpa dimatikan. Jika diasumsikan pesawat TV
tersebut hanya dinyalakan selama 12 jam/hari, maka energi listrik dari 1 g 235U
bisa dipakai untuk mensuplai kebutuhan listrik pesawat TV selama lebih dari 15
tahun.
Contoh
perhitungan di atas dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai
kandungan energi yang tersimpan di dalam bahan bakar nuklir. Energi panas yang
dikeluarkan dari pembelahan satu kg bahan bakar nuklir 235U adalah sebesar 17
milyar kilo kalori, atau setara dengan energi yang dihasilkan dari pembakaran
2,4 juta kg (2.400 ton) batubara. Melihat besarnya kandungan energi tersebut,
maka timbul keinginan dalam diri manusia untuk memanfaatkan energi nuklir
sebagai pembangkit listrik dalam rangka memenuhi kebutuhan energi dalam
kehidupan sehari-hari.
2.3.
Perbandingan energi
Densitas
energi nuklir sangat tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan batu bara ataupun
minyak bumi. Sebagai ilustrasi, dalam 1 kg uranium dapat menghasilkan energi
listrik sebesar 50.000 kWh bahkan dengan proses lebih lanjut dapat mencapai
3.500.000 kWh. Sementara 1 kg batu bara dan 1 kg minyak bumi hanya dapat
menghasilkan energi sebesar 3 kWh dan 4 kWh.
Pada sebuah
pembangkit listrik non-nuklir berkapasitas 1000 MWe diperlukan 2.600.000 ton
batu bara atau 2,000,000 ton minyak bumi sebagai bahan bakarnya. Sementara pada
pembangkit listrik tenaga nuklir dengan kapasitas listrik yang sama hanya
memerlukan 30 ton uranium dengan teras reaktor 10 m3, sebagai bahan bakarnya.
Saat ini, kontribusi energi nuklir terhadap pasokan kebutuhan energi primer
dunia sekitar 6% dan pasokan kebutuhan energi listrik global sekitar 17%.
Bayangan
akan Bom Atom dan kecelakaan radiasi nuklir sudah selayaknya dibuang jauh-jauh
dan dijadikan sebuah pelajaran berharga dalam penggunaan energi nuklir, tidak
lagi dijadikan momok yang dapat menghambat pemanfaatan energi nuklir sebagai
alternatif pasokan kebutuhan energi listrik dunia.
Sebuah
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.
Reaktor
nuklir di kungkung dalam containment building silindris.
3. Bagian
dan Fungsi Reaktor Nuklir
Reaktor
Penembak Cepat (Fast Breeder Reactor) Monju, Jepang
3.1.
Reaktor
Reaktor
nuklir adalah tempat terjadinya reaksi pembelahan inti (nuklir) atau dikenal
dengan reaksi fisi berantai yang terkendali. Bagian utama dari reaktor nuklir
yaitu: elemen bakar, perisai, moderator dan elemen kendali. Reaksi fisi
berantai terjadi apabila inti dari suatu unsur dapat belah (Uranium-235,
Uranium-233) bereaksi dengan neutron termal/lambat yang akan menghasilkan
unsur-unsur lain dengan cepat serta menimbulkan energi panas dan
neutron-neutron baru. Reaktor nuklir berdasarkan fungsinya dapat dibedakan
menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Reaktor
Penelitian/Riset
2. Reaktor Daya (Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir/PLTN)
3.2.
Reaktor Penelitian
Gambar 1:
Diagram alir reaktor dayaKeterangan
Reaktor
Bahan bakar
Batang
kendali
Motor
batang kendali
Pompa
sirkulasi
Uap air Air penguapan
Turbin
tekanan tinggi
Turbin
tekanan rendah
Generator
Motor
magnet
Kondensator
Air sungai
Pompa
kondensasi
Pemanas
awal
Pompa
penguapan
Perisai
beton
Pada
reaktor penelitian, yang diutamakan adalah pemanfaatan radiasi neutron yang
dihasilkan dari reaksi nuklir untuk keperluan berbagai penelitian dan produksi
radioisotop. Sedangkan panas yang dihasilkan dirancang sekecil mungkin,
sehingga dapat dibuang ke lingkungan. Pengambilan panas pada reaktor dilakukan
dengan sistem pendingin yang terdiri dari sistem pendingin primer dan sistem
pendingin sekunder. Panas yang berasal dari teras reaktor dibawa ke sistem
pendingin primer kemudian dilewatkan melalui alat penukar panas dan selanjutnya
panas dibuang ke lingkungan melalui sistem pendingin sekunder. Perlu diketahui
bahwa pada alat penukar panas sistem pendingin primer dan sstem pendingin
sekunder tidak terjadi kontak langsung antara uap/air yang mengandung radiasi
dengan air pendingin yang dibuang ke lingkungan (gambar 1)
3.3.
Reaktor Daya (PLTN)
Pada raktor
daya yang dimanfaatkan adalah uap panas bersuhu dan bertekanan tinggi yang
dihasilkan oleh reaksi fisi untuk memutar turbin, sedangkan neutron yang
dihasilkan sebagian diserap dengan elemen kendali dan sebagian lagi diubah
menjadi neutron lambat untuk berlangsungnya reaksi berantai (gambar 2). Reaksi
fisi berantai hanya terjadi apabila neutron termal/lambat mampu menembak
Uranium-235 yang lainnya hingga terjadilah reaksi berantai secara terus
menerus. Cara mengubah neutron yang berkecepatan tinggi menjadi neutron
berkecepatan rendah (neutron lambat) adalah dengan menumbukkannya pada inti
atom hidrogen dalam air. Jadi air di dalam kolam reaktor ini berfungsi sebagai
pemerlambat (moderator), sebagai pendingin dan juga sebagai perisai radiasi.
Beberapa bahan yang pada umumnya dipergunakan sebagai bahan pendingin reaktor
nuklir adalah air (H2O), Air Berat (D2O) dan Grafit.
Gambar 2:
Reaksi berantai
Pada
umumnya, pembangkitan energi nuklir yang ada saat ini memanfaatkan reaksi inti
antara neutron dengan isotop uranium-235 (235U) atau menggunakan isotop
plutonium-239 (239Pu). Hanya neutron dengan energi berkisar 0,025 eV atau
sebanding dengan neutron berkecepatan 2200 m/ detik akan memiliki probabilitas
yang sangat besar untuk bereaksi fisi dengan 235U atau dengan 239Pu.
Neutron
merupakan produk fisi yang memiliki energi dalam kisaran 2 MeV. Agar neutron
tersebut dapat beraksi fisi dengan uranium ataupun plutonium diperlukan suatu
media untuk menurunkan energi neutron ke kisaran 0,025 eV, media ini dinamakan
moderator. Neutron yang melewati moderator akan mendisipasikan energi yang
dimilikinya kepada moderator, setelah
neutron berinteraksi dengan atom-atom moderator, energi neutron akan
berkisar pada 0,025 eV.
3.4. Cara
Mengendalikan Reaksi Berantai/Fisi
Untuk
mengendalikan atau mengatur reaksi berantai dalam reaktor nuklir digunakan
bahan yang dapat menyerap neutron misalnya Boron dan Cadmium, yang bertujuan
untuk mengatur kerapatan neutron. Dengan mengatur kerapatan neutron ini dapat
ditentukan tingkat daya raktor nuklir, bahkan reaksi dapat dihentikan sama
sekali (tingkat daya mencapai titik 0) pada saat semua neutron terserap oleh
bahan penyerap. Perangkat pengatur kerapatan neutron pada reaktor nuklir ini
disebut elemen kendali. Jika elemen kendali disisipkan penuh diantara elemen
bakar, maka elemen kendali akan menyerap neutron secara maksimum sehingga
reaksi berantai akan dihentikan dan daya serap batang kendali akan berkurang
bila batang kendali ditarik menjauhi elemen bakar (gambar 3)
Gambar 3:
Cara kerja elemen kendali
4. Biaya
Produksi dan Sumber Daya Manusia
Penggunaan
nuklir dinilai lebih menguntungkan karena listrik nuklir tergolong efisien.
Biaya yang dibutuhkan untuk produksi sekitar 4 sen dolar AS per kwh. Sedangkan
listrik pembangkit PLN saat ini membutuhkan biaya rata-rata 11 sen dolar per
kwh. Berdasar pada kondisi ini, energi nuklir pun dinilai sebagai salah satu
pilihan yang tepat untuk mengatasi krisis ekonomi di Indonesia.
Lewat
nuklir juga bisa dicetak harga listrik yang murah dan dapat bersaing. Selain
bisa dimanfaatkan sebagai energi alternatif, nuklir juga bisa dimanfaatkan di
bidang lainnya seperti kesehatan, teknologi, pertanian, peternakan, serta
kedokteran. Semua bidang dirasa memungkinkan untuk didongkrak. Namun pemerintah
patut waspada dengan dampak negatif nuklir.
Salah satu bahaya nuklir adalah kebocoran
reaktor yang salah satunya bersumber dari kesalahan manusia (human error).
Untuk menghindari hal ini, maka tentu saja hal terpenting yang harus disiapkan
adalah penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mengoperasikan
peralatan berteknologi nuklir. Penyiapan SDM merupakan kunci utama keberhasilan
pengembangan energi nuklir.
Sementara
saat ini, SDM Indonesia dianggap belum cukup memadai untuk melakukan hal
tersebut. Yang kedua soal kemampuan teknologi, teknologi pembangkit listrik
nuklir Indonesia saat ini sudah ketinggalan jauh dibandingkan dengan negara
lain. Tercatat saat ini, Amerika Serikat sudah mengembangkan 100 fasilitas
nuklir, Korea 20 buah dan Jepang 40 buah. .
Hal ini
tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Dengan teknologi yang
memadai pula, dampak kejadian yang tidak diinginkan bisa diminimalisasi. Jika
teknologi PLTN belum dikuasai Indonesia, selain mengkhawatirkan masalah dampak,
ditakutkan juga ketergantungan terhadap pihak asing kian bertambah. Faktor
berikutnya adalah soal manajemen pengelolaan energi nuklir. Persiapan-persiapan
perlu dilakukan, termasuk menyiapkan spesifikasi serta badan pengelolanya.
Selama ini
banyak persepsi keliru tentang pemanfaatan tenaga nuklir. Dampak psikologis dan
traumatis dari kasus-kasus yang terjadi di beberapa negara pada masa lalu telah
menimbulkan reaksi kurang responsif terhadap upaya-upaya pengembangan tenaga
nuklir. Ini merupakan tantangan lain yang harus dihadapi pemerintah.
5. Penghalang
Ganda :
PLTN
mempunyai sistem pengamanan yang ketat dan berlapis-lapis, sehingga kemungkinan
terjadi kecelakaan maupun akibat yang ditimbulkan sangat kecil. Sebagai contoh,
zat radioaktif yang dihasilkan selama reaksi pembelahan inti uranium sebagian
besar (>90%) akan tetap tersimpan di dalam matriks bahan bakar, yang
berfungsi sebagai penghalang pertama. Selama operasi maupun jika terjadi
kecelakaan, selongsong bahan bakar, akan berperan sebagai penghalang kedua
untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif tersebut keluar kelongsong. Kalau zat
radioaktif masih dapat keluar dari dalam kelongsong, masih ada penghalang
ketiga yaitu sistem pendingin. Lepas dari sistem pendingin, masih ada
penghalang keempat berupa bejana tekan terbuat dari baja dengan tebal + 20cm.
Penghalang kelima adalah perisai beton dengan tebal 1,5 – 2m. Bila saja zat
radioaktif itu masih ada yg lolos dari perisai beton, masih ada penghalang
keenam, yaitu sistim pengukung yang terdiri dari pelat baja setebal + 7cm
dan beton setebal 1.5 – 2m yang kedap
udara.
.
6.
Pertahanan Berlapis :
Desain
keselamatan suatu PLTN menganut falsafah pertahanan berlapis (defence in
depth). Pertahanan berlapis ini meliputi :
1. Lapisan
keselamatan pertama, PLTN dirancang, dibangun dan diperasikan sesuai dengan ketentuan yang sangat ketat, mutu yg
tinggi dan teknologi mutakhir.
2. PLTN dilengkapi dengan sistem pengamanan/
keselamatan yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi akibat-akibat dari
kecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur PLTN.
.
3. PLTN dilengkapi dengan sistim pengamanan
tambahan, yang dapat diandalkan untuk dapat mengatasi kecelakaan hipotesis,
atau kecelakaan terparah yang diperkirakan dapat terjadi pada suatu PLTN. Namun
kecelakaan tersebut kemungkinannya tidak akan pernah terjadi selama umur PLTN.
7. Limbah
Radioaktif :
.
Selama operasi PLTN, pencemaran
yang disebabkan oleh zat radioaktif terhadap lingkungan dapat dikatakan tidak
ada. Air laut atau sungai yang dipergunakan untuk membawa panas dari kondensor
sama sekali tidak mengandung zat radioaktif, karena tidak bercampur dengan air
pendingin yang bersirkulasi di dalam reaktor. Sedangkan gas radioaktif yang
dapat keluar dari sistem reaktor tetap terkungkung di dalam sistem pengungkung
PLTN dan sudah melalui sistem ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis. Gas
yang dilepas melalui cerobong aktivitasnya sangat kecil (sekitar 2
milicurie/tahun) sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
8.
Keselamatan Terpasang :
Keselamatan
terpasang dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah air dan uranium. Bila suhu
dalam teras reaktor naik, jumlah neutron yang tidak tertangkap maupun yang
tidak mengalami proses perlambatan akan bertambah, sehingga reaksi pembelahan
berkurang. Akibatnya panas yang dihasilkan juga berkurang. Sifat ini akan
menjamin bahwa teras reaktor tidak akan rusak walaupun sistem kendali gagal
beroperasi.
9.
Keselamatan Reaktor Nuklir
Aspek
keselamatan yang digunakan pada reaktor nuklir adalah mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan memperkecil dampak yang dapat diakibatkan oleh
kejadian kecelakaan, yang lebih dikenal dengan nama sistem pertahanan berlapis
(defence in depth). Ada 5 pertahanan yang utama, yaitu:
Komponen-komponen
reaktor
Sistem
proteksi reaktor
Konsep
hambatan ganda
Pemeriksaan
dan pengujian
Operator
9.1.
Komponen Reaktor
Komponen-komponen
reaktor harus memenuhi standar kualitas yang tinggi dan dapat diandalkan,
sehingga kemungkinan kegagalan komponen tersebut sangat kecil.
Komponen-komponen tersebut antara lain pompa-pompa, katup-katup, pemipaan,
tangki, instrumentasi, dan kontrol.
9.2. Sistem
Proteksi Reaktor
Desain
keselamatan reaktor adalah memanfaatkan sifat-sifat alam yang menjamin adanya
keselamatan inheren sehingga reaktor nuklir mempunyai sistem yang forgiving
terhadap kekeliruan yang dilakukan oleh operator. Disamping itu reaktor nuklir
dilengkapi dengan peralatan keselamatan yang dirancang menggunakan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
Pemisahan:
komponen-komponen sistem keselamatan yang berbeda dipisahkan secara fisis satu
dengan yang lainnya. Hal ini dimaksudkan bahwa kegagalan mekanis pada satu
lokasi tidak mempengaruhi unjuk kerja komponen yang berada di tempat lain.
Diversiti:
maksudnya adalah selalu terdapat lebih dari satu cara untuk melakukan suatu
pekerjaan. Contohnya dengan sistem yang berbeda-beda akan dapat memadamkan
reaktor.
Redundansi:
selalu terdapat lebih dari satu komponen yang diperlukan. Contohnya terdapat 2
pompa yang dipasang paralel, namun yang dipergunakan hanya satu.
Saling tak
gayut: sistem keselamatan saling tak gayut dengan yang lain. Contohnya terdapat
beberapa jalur pemasok daya.
Kegagalan
yang aman (fail safe): dimaksudkan bahwa bila terjadi kegagalan pada suatu
komponen/sistem, maka secara otomatis akan merangsang untuk bergerak pada
kondisi yang aman. Contohnya daya listrik dibutuhkan untuk mematikan reaktor,
tetapi bila suatu saat kehilangan daya listrik, reakto akan tetap mati dengan
jatuhnya elemen kendali secara gravitasi (gambar 4)
9.3. Konsep
Hambatan Ganda
Konsep
hambatan ganda mengusahakan tetap terkungkungnya zat-zat radioaktif dalam
sistem reaktor daya (PLTN) dan tidak menyebar ke lingkungan yang mengakibatkan
bahaya radiasi bagi penduduk yang tinggal di daerah sekitarnya. Hambatan ganda
tersebut terdiri dari:
Elemen
bakar: unsusr-unsur hasil belahan nuklir harus selalu tetap berada bersama
elemen bakar
Kelongsong
elemen bakar: apabila unsur hasil belahan nuklir dapat lepas dari elemen bakar,
maka diusahakan agar unsur hasil belahan tersebut masih di dalam kelongsong
elemen bakar
Sistem
pendingin primer: terdiri dari sistem pipa, katup-katup, pompa dan juga
pembangkit uap berfungsi pula sebagai penghambat hasil belahan, seandainya
kolongsong tidak dapat menghambat bocornya hasil-hasil belahan.
Bangunan
reaktor (sistem pengungkung): merupakan penghambat terluar sebelum zat
radioaktif lepas ke lingkungan. Bangunan reaktor juga didesain untuk menahan gangguan-gangguan
dari luar, seperti gempa bumi, tornado, banjir, kejatuhan pesawat terbang, dan
sebagainya (gambar 6)
Daerah
eksklusif: Apabila zat radioaktif dapat lepas dari sistem pengungkung, maka
kemungkinan sampainya zat radioaktif tersebut kepada masyarakat diperkecil
dengan adanya jarak antara reaktor dengan tempat tinggal penduduk, yang disebut
daerah eksklusif.
Gambar 5:
Pompa air pendingin Bangunan
reaktor dengan sistem pengungkungnya
9.4. Pemeriksaan dan Pengujian
Setiap PLTN
secara rutin dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap sistem keselamatan
dan komponen-komponen reaktor untuk menjamin kelangsungan operasi dan juga
perbaikan jika terdapat kerusakan. Seluruh persyaratan konstruksi, peralatan
sistem keselamatan dan prosedur pengoperasian untuk PLTN selalu diawasi dengan
ketat oleh isntansi/badan pengawas yang berwenang. Badan tersebut berhak
mencabut ijin operasi sewaktu-waktu jika kondisi persyaratan tidak dipenuhi.
9.5.
Operator
Pendidikan
dan pelatihan operator reaktor nuklir merupakan aspek penting dari falsafah
keselamatan nuklir pertahanan berlapis. Operator sebagai pengendali PLTN
diseleksi secara ketat. Mereka harus melalui serangkaian ujian sebelum
mendapatkan ijin untuk mengoperasikan reaktor nuklir. Ijin dikeluarkan oleh
badan yang berwenang mengawasi penggunaan tenaga nuklir. Pengetahuan dan
kemampuan operator harus selalu dipertahankan setiap saat dengan cara
pendidikan/pelatihan dan penyegaran secara berkala.
10.
Keuntungan dan kekurangan PLTN
10.1.
Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya adalah:
a. Tidak
menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) – gas rumah kaca
hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit
menghasilkan gas)
b. Tidak mencemari udara – tidak menghasilkan
gas-gas berbahaya sepert karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury,
nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia
c. Sedikit menghasilkan limbah padat (selama
operasi normal)
d. Biaya
bahan bakar rendah – hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan
e. Ketersedian bahan bakar yang melimpah –
sekali lagi, karena sangat sedikit bahan
bakar yang diperlukan
10.2.
Beberapa Kekurangan PLTN:
a. Resiko
kecelakaan nuklir – kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl
(yang tidak mempunyai containment building)
b. Limbah
nuklir – limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat berthan hingga
ribuan.
11.
Tipe-tipe PLTN
Ada lima
tipe PLTN yang aman telah digunakan oleh negara maju. Dua tipe Boilling Water
Reactor (BWR) dan Pressurezed Water Reactor (PWR). Keduanya dari Amerika. Kedua
tipe, BHWR atau PHWR dengan pendingin air berat yang dikenal dengan tipe CANDU
dari Canada dan satu tipe dengan pendingin gas yang dikembangkan di Amerika dan
Inggris. Kelima tipe Reaktor Nuklir ini cukup andal dan terbukti tak pernah
mengalami kecelakaan seperti PLTN Chernobyl.
Untuk
Indonesia semua tipe dapat dicoba, karena masing-masing memiliki kelemahan dan
keunggulan. Seperti tipe Candu, bejananya cukup menggunakan besi tuang, karena
pendinginnya menggunakan air berat, hingga tak ada korosi yang terjadi.
Pemeliharaannya pun lebih mudah. Penggantian bahan bakar dapat dilakukan tanpa
mematikan reaktor, sehingga pasokan listrik bisa terus berlangsung. Namun air
pendinginnya mahal. Untuk reaktor BWR dan PWR, pendinginnya dari air suling
biasa, jadi bejananya harus baja (stainless), sehingga kelihatan rapi, namun
agak mahal sedikit.
artikel ini disalin lengkap dari:
halaman utama website:
jika mencari artikel yang lebih menarik lagi, kunjungi halaman utama website tersebut. Terimakasih!
No comments:
Post a Comment