Uranium merupakan salah satu logam berat yang
dapat digunakan sebagai sumber energi.. Martin Klaproth merupakan orang
yang berjasa menemukan unsur ini pada tahun 1789 pada sebuah mineral
yang disebut pitchblende. Nama Uranium sendiri diambil dari nama planet Uranus [1].
Uranium memilki dua isotop di alam. Sekedar
catatan, isotop merupakan unsur yang memiliki jumlah proton sama, namun
memiliki neutron berbeda sehingga massa atomnya berbeda [2].
Isotop-isotop tersebut adalah Uranium-238 (U-238) sebanyak 99.3% dan
Uranium-235 (U-235) sekitar 0,7%. Nah, diantara 2 isotop tersebut,
isotop U-235 adalah yang paling penting karena dalam kondisi tertentu
dapat meluruh dan menghasilkan energi yang tinggi. Peluruhan ini disebut
reaksi fisi [1].
Energi dari Uranium
Inti atom U-235 terdiri dari 92 proton
dan 143 neutron (92 + 143 = 235).Ketika inti atom U-235 menangkap sebuah
neutron, dia akan meluruh menjadi dua (reaksi fisi), menghasilkan
energi dalam bentuk panas, dan mengeluarkan dua atau tiga neutron. Jika
neutron yang dikeluarkan tersebut cukup untuk memecah atom U-235 lain,
maka reaksi fisi akan terjadi kembali. Bisa dibayangkan, jika reaksi
fisi ini terjadi berulang-ulang (reaksi berantai, maka energi yang
dihasilkan akan sangat besar meskipun Uranium yang digunakan dalam
jumlah kecil.
Bagaimana medapatkan Uranium?
Energi besar yang dihasilkan membuat
penambangan Uranium semakin gencar dilakukan. Proses penambangan Uranium
dapat dilakukan secara terbuka (open pit) maupun dari dalam tanah.
Amerika Serikat adalah salah satu negara yang telah melakukan
penambangan Uranium dengan kedua cara tersebut. Pada daerah pertambangan
Uranium dapat ditemukan bersama dengan Radium dan Vanadium.
Pada proses penambangan bawah tanah, setelah
melalui proses eksplorasi dan identifikasi, maka selanjutnya adalah
proses pengeboran di tempat bijih Uranium ditemukan. Saat proses
pengeboran, air terus dialirkan untuk mencegah paparan radiasi langsung
terhadap pekerja tambang. Prosedur ini juga dilakukan untuk tambang
mineral lainnya. Bijih yang dihasilkan terdiri dari U3O8
(Uranium oksida) dan senyawa-senyawa lainnya. Senyawa ini masih harus
dianalisis dengan alat pendeteksi beta-gama. Analisis ini dilakukan
untuk mengukur kadar Uranium yang terdapat pada mineral. Proses kimia
baru dilakukan setelah bijih diisolasi (dipisahkan dari pengotor
lainnya). Teknik yang digunakan untuk mengekstrak Uranium dari bijihnya
adalah leaching (pencucian) [3].
Proses leaching (pencucian)
merupakan proses ekstraksi Uranium dari bijih Uranium dengan cara
mereaksikannya dengan asam atau basa. Sebelum proses leaching dilakukan,
bijih Uranium diberikan perlakuan awal, yakni roasting (pemanggangan) and grinding (penggilingan). Proses roasting dilakuakn untuk membakar spesi karbonat (CO32-)
yang masih terdapat di dalam bijih Uranium dan membuat bijih tersebut
menjadi lebih reaktif saat proses leaching. Sebagai tambahan informasi,
spesi karbonat merupakan matriks yang dapat mengahalangi suatu senyawa
untuk bereaksi. Pada beberapa kasus, bijih Uranium dipanggang bersama
dengan garam untuk menaikkan tingkat kelarutan logam kontaminan, seperti
Vanadium pada proses leaching, sehingga logam Uranium akan mudah
didapat [4].
Meskipun begitu, detail proses perlakuan awal
tergantung dari kondisi dari tambang Uranium, namun seluruh tambang
selalu diawali dari perlakuan awal tersebut. Proses leaching menggunakan
bantuan asam atau basa. Pemilihan asam atau basa biasanya dilakuakan
atas dasar ekonomis, yang tergantung dari sifat bijih Uranium yang
didapat.
1. Acid Leaching (Pencucian Asam)
Pencucian Asam memiliki beberapa keuntungan
yakni lebih efektif terhadap bijih yang sulit dimurnikan, membutuhkan
temperatur rendah dalam prosesnya, dan waktu yang dibutuhkan relative
lebih singkat dibandingkan pencucian dengan basa. Selain itu, pencucian
asam juga membutuhkan perlakuan awal yang lebih sedikit karena ukuran
partikel yang dibutuhkan setelah proses grinding tidak perlu terlalu
kecil. Pada proses pencucian asam ini terjadi proses oksidasi senyawa
Uranium. Oksidator yang biasa digunakan adalah Mangan dioksida (MnO2), Natrium Klorat (NaClO3),
dan garam Besi (II). Reaksi tersebut menggunakan bantuan asam sulfat.
Penggunaan asam sulfat juga untuk melarutkan kompleks uranil sulfat yang
dihasilkan [UO2(SO4)3]4-. Reaksi ini menghasilkan produk samping berupa gas H2, H2S, dan CO2.
2. Alkaline Leaching (Pencucian Basa)
Meskipun memiliki beberapa kelemahan
dibandingkan dengan pencucian asam, pencucian basa memiliki keuntungan
yang cukup besar. Larutan alkalis yang digunalan dapat lebih selektif
terhadap mineral Uranium sehingga larutan yang dihasilkan dari pencucian
akan lebih sedikit pengotornya. Uranium oksida dapat langsung didapat
tanpa pemurnian lebih lanjut. Proses pencucian ini menghaslilkan anion
yang mudah larut yakni uranil trikarbonat UO2(CO3)34-. Seperti pada pencucian asam, oksidator digunakan untuk mendapatkan kation Uranium heksavalen (U6+
). Larutan alkalis yang digunakan antara lain Natrium bikarbonat dan
Natrium karbonat. Larutan tersebut menjaga pembentukan senyawa uranil
hidroksida yang sukar larut.
3. Metode Alternatif
Proses ekstraksi Uranium juga dapat dilakukan
secara in situ, yakni dengan memompakan larutan pencuci ke dalam tanah
yang mengandung bijih Uranium seperti pada Gambar. Pada gambar tersebut
tampak larutan pencuci dipompakan ke dalam zona lapisan bijih yang
mengandung Uranium. Larutan hasil pencucian dapat dipompa kembali untuk
proses lebih lanjut.
Pemurnian Uranium dari air laur telah
diteliti sebagai salah satu alternatif untuk mendapatkan Uranium.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa kandungan rata-rata Uranium di air
laut adalah 3,3 ppm6. Kelemahan dari metode ini adalah terjadinya pencemaran terhadap air tanah di sekitarnya dan kebutuhan larutan pencuci yang besar5.
Kelemahan utama ekstraksi Uranium dari air laut adalah jumlah yang
sangat besar air yang harus digunakan. Penyerap Uranium dan resin
penukar ion telah dikembangkan untuk membantu menghilangkan Uranium,
tetapi dibutuhkan sejumlah besar energi untuk memompa air melalui sistem
ini. Banyak studi mempertanyakan kelayakan ekonomi metode ekstraksi
Uranium dengan metode ini. Akibatnya metode ini jarang digunakan.
Dari hasil ekstraksi ketiga metode tersebut,
ekstrak yang dihasilkan akan melalui serangkaian proses kembali sehingga
didapatkan Uranium oksida. Senyawa ini masih harus melalui proses lagi
sebelum digunakan di dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Itulah cara mendapatkan Uranium dari alam. Negara kita yang kaya akan
Sumber Daya Alam, memiliki sekitar 70 ribu ton Uranium [6]. Sebagian
besar cadangan Uranium berada di Kalimantan Barat, sebagian lagi ada di
Papua, Bangka Belitung dan Sulawesi Barat. Kajian terakhir dilakukan
oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Mamuju, Sulbar, menyebut kadar Uranium di lokasi tersebut berkisar antara 100-1.500 ppm.
Besarnya cadangan Uranium sebenarnya membuat
negara kita cukup potensial untuk mengembangkan teknologi yang
menggunakan logam berat tersebut, salah satunya adalah PLTN. Namun,
penggunaan teknologi nuklir dari Uranium harus melalui tahapan proses
persiapan yang sangat baik, karena selain manfaat yang besar, potensi
dampak negatif juga dapat terjadi.
Dampak negatif yang dihasilkan berupa radiasi
nuklir yang dihasilkan. Radiasi yang dihasilkan oleh reaktor nuklir ini
ada dua. Pertama, radiasi langsung, yaitu radiasi yang terjadi bila
radio aktif yang dipancarkan mengenai langsung kulit atau tubuh manusia.
Kedua, radiasi tak langsung. Radiasi tak langsung adalah radiasi yang
terjadi lewat makanan dan minuman yang tercemar zat radio aktif, baik
melalui udara, air, maupun media lainnya.
Keduanya, baik radiasi langsung maupun tidak langsung, akan mempengaruhi fungsi organ tubuh melalui sel-sel pembentukannya[8]. Kesalahan akibat manusia juga dapat menjadi penyebab dampak serius bagi lingkungan sekitar.
Pembangunan PLTN di negara kita hingga saat
ini masih menimbulkan pro dan kontra. Terlepas dari berbagai dampak
negatif tersebut sebenarnya jika kita serius mempersiapkan berbagai
aspek yang dibutuhkan sesuai prosedur, tidak mustahil negara kita akan
mampu menggunakan teknologi nuklir ini. Pertambangan Uranium dapat mulai
dikembangkan untuk memasok kebutuhan bahan baku PLTN. Terlebih lagi,
krisis energi listrik yang terus menghantui rakyat di negara kita
membuat kita harus mencari energi alternatif yang dapat digunakan. Dan,
energi dari uranium adalah salah satu jawabannya.
artikel ini disalin lengkap dari: http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2013/12/24/bagaimana-uranium-didapat-621187.html
halaman utama website: http://teknologi.kompasiana.com/
jika mencari artikel yang lebih menarik lagi, kunjungi halaman utama website tersebut. Terimakasih!
No comments:
Post a Comment