Ada berbagai teori dan percobaan mengenai asal-usul kehidupan. Dalam buku The Grand Design (2010), fisikawan Stephen Hawking
bersama Leonard Mlodinow menjelaskan tentang penciptaan ini. Menurut
mereka tata surya dapat membentuk dirinya sendiri karena ada hukum alam,
seperti gravitasi. Maka, penciptaan spontan adalah sumber adanya
’sesuatu’ dan bukan kehampaan, adanya alam semesta dan adanya kita. Jika
fisikawan sekaliber Stephen Hawking bilang begitu, maka teori generatio spontanea yang menjelaskan bahwa makhluk hidup muncul secara mendadak rasanya patut dikaji ulang.
Sebelumnya, para ahli biokimia dan biologi modern sudah merumuskan berbagai teori dan menguji coba di laboratorium. Salah satu yang fenomenal adalah uji laboratorium yang dilakukan Stanley Miller, kandidat doktor di University of Chicago, Amerika Serikat, tahun 1953. Miller merekonstruksi kemungkinan kondisi atmosfer bumi purba dengan cara mencampur hidrogen, air, metana, dan amonia dalam bejana dan memanasinya selama seminggu. Seminggu kemudian ketika hasil percobaannya dianalisa menggunakan kromatografi, ia menemukan endapan senyawa organik penyusun kehidupan yang sangat terkenal: asam amino!
Ragam asam amino itu—glisin, alanin, aspartik, dan glutamik—adalah unsur dasar pembentuk protein, penyusun struktur sel, dan berperan penting dalam reaksi biokimia yang dibutuhkan kehidupan.
Bukti baru
Lembaga Aeronautika dan Antariksa AS (NASA) memublikasikan hasil pengujian terhadap bahan penelitian Miller. Bahan ini, dengan alasan yang tidak pernah diketahui, tidak pernah dicoba sampai Miller meninggal tahun 2007. Bahan ini mengandung hidrogen sulfida (H2S) yang belum pernah digunakan sebelumnya. Secara teori hidrogen sulfida berfungsi menstimulasi kondisi awal atmosfer.
Hasil pengujian yang dilakukan sungguh mengagetkan! Dengan menggunakan H2S, asam amino yang dihasilkan jauh lebih banyak dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya. Total diperoleh 22 jenis asam amino dan 10 jenis di antaranya belum pernah ditemukan dalam percobaan serupa. Salah satu dari asam amino tersebut, metionin, berperan besar dalam kode genetik. Metionin menginformasikan pada sel untuk menerjemahkan suatu desain menjadi protein.
Kesimpulannya, penelitian menunjukkan peran gunung berapi pada pembentukan senyawa organik awal. Seperti diketahui, gunung berapi adalah sumber sulfur yang berlimpah. Kilat cahaya yang muncul saat gunung meletus, seperti aliran listrik yang membangkitkan kehidupan. Dengan demikian, kawasan gunung berapi bisa jadi menjadi lokasi awal mula kehidupan karena merupakan daerah yang kaya senyawa organik, baik jenis maupun jumlahnya.
Penelitian lebih lanjut pada meteorit — partikel antariksa yang tidak habis terbakar di atmosfer dan jatuh ke Bumi — menunjukkan bahwa selain kaya unsur karbon, ternyata meteorit juga mengandung beragam asam amino. Maka, bisa jadi molekul penting yang berperan dalam kehidupan berasal dari antariksa dan mempercepat munculnya kehidupan karena bahan bakunya sudah siap bersenyawa. Tampaknnya ini juga berkaitan dengan teori Cosmozoan.
Tipe asam amino yang dihasilkan dengan menambahkan H2S ternyata hampir sama dengan asam amino pada meteorit yang kaya karbon.
Awal mula
Meski demikian, kerja Miller tak lepas dari teori-teori yang dihasilkan para ahli biokimia sebelumnya. Menurut John Haldane dari Inggris tahun 1929, atmosfer pada zaman Bumi purba tidak memiliki oksigen bebas. Kemudian Haldane dan Aleksander Oparin dari Soviet menyatakan bahwa emua bahan baku kehidupan sudah ada di Bumi sejak awal mula, demikian juga dengan energi dari Matahari dan proses yang belum diketahui, tapi memicu munculnya kehidupan.
Di Amerika, tahun 1952, ahli biokimia Harold Urey mengelaborasi teori Haldane dan Oparin dengan menyebutkan unsur-unsur yang ada sejak terbentuknya semesta, yaitu hidrogen, oksigen, nitrogen, dan karbon. Inilah yang kemudian membentuk air, amonia, dan metana sebagai unsur dasar pembentuk kehidupan.
Stanley Miller kemudian mengombinasikan ide Haldane, Oparin, dan Urey dalam percobaannya. Selain menemukan senyawa organik penyusun kehidupan, percobaan Miller juga membuktikan betapa mudah asam amino terbentuk.
Pada tahun yang sama, 1953, penemuan struktur DNA—deoxyribonucleic acid yang membawa kode genetik—semakin membuktikan besarnya peran senyawa organik dasar menyusun kehidupan. Penemuan DNA juga membuka pemahaman terhadap beberapa senyawa, di antaranya asam nukleat, yang bisa bereplikasi dan mewariskan sifat kehidupan.
Semua penelitian di atas mengarah pada pembentukan asam amino sebagai langkah awal evolusi. Akan tetapi, betulkah semua ini proses alam semata seperti yang dipercaya Hawking dan Mlodinow, ataukah karena sebuah kekuatan supranatural?
artikel ini disalin lengkap dari: http://biologimediacentre.com/perkembangan-baru-teori-asal-usul-kehidupan/
halaman utama website: http://biologimediacentre.com/
jika mencari artikel yang lebih menarik lagi, kunjungi halaman utama website tersebut. Terimakasih!
Sebelumnya, para ahli biokimia dan biologi modern sudah merumuskan berbagai teori dan menguji coba di laboratorium. Salah satu yang fenomenal adalah uji laboratorium yang dilakukan Stanley Miller, kandidat doktor di University of Chicago, Amerika Serikat, tahun 1953. Miller merekonstruksi kemungkinan kondisi atmosfer bumi purba dengan cara mencampur hidrogen, air, metana, dan amonia dalam bejana dan memanasinya selama seminggu. Seminggu kemudian ketika hasil percobaannya dianalisa menggunakan kromatografi, ia menemukan endapan senyawa organik penyusun kehidupan yang sangat terkenal: asam amino!
Ragam asam amino itu—glisin, alanin, aspartik, dan glutamik—adalah unsur dasar pembentuk protein, penyusun struktur sel, dan berperan penting dalam reaksi biokimia yang dibutuhkan kehidupan.
Bukti baru
Lembaga Aeronautika dan Antariksa AS (NASA) memublikasikan hasil pengujian terhadap bahan penelitian Miller. Bahan ini, dengan alasan yang tidak pernah diketahui, tidak pernah dicoba sampai Miller meninggal tahun 2007. Bahan ini mengandung hidrogen sulfida (H2S) yang belum pernah digunakan sebelumnya. Secara teori hidrogen sulfida berfungsi menstimulasi kondisi awal atmosfer.
Hasil pengujian yang dilakukan sungguh mengagetkan! Dengan menggunakan H2S, asam amino yang dihasilkan jauh lebih banyak dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya. Total diperoleh 22 jenis asam amino dan 10 jenis di antaranya belum pernah ditemukan dalam percobaan serupa. Salah satu dari asam amino tersebut, metionin, berperan besar dalam kode genetik. Metionin menginformasikan pada sel untuk menerjemahkan suatu desain menjadi protein.
Kesimpulannya, penelitian menunjukkan peran gunung berapi pada pembentukan senyawa organik awal. Seperti diketahui, gunung berapi adalah sumber sulfur yang berlimpah. Kilat cahaya yang muncul saat gunung meletus, seperti aliran listrik yang membangkitkan kehidupan. Dengan demikian, kawasan gunung berapi bisa jadi menjadi lokasi awal mula kehidupan karena merupakan daerah yang kaya senyawa organik, baik jenis maupun jumlahnya.
Penelitian lebih lanjut pada meteorit — partikel antariksa yang tidak habis terbakar di atmosfer dan jatuh ke Bumi — menunjukkan bahwa selain kaya unsur karbon, ternyata meteorit juga mengandung beragam asam amino. Maka, bisa jadi molekul penting yang berperan dalam kehidupan berasal dari antariksa dan mempercepat munculnya kehidupan karena bahan bakunya sudah siap bersenyawa. Tampaknnya ini juga berkaitan dengan teori Cosmozoan.
Tipe asam amino yang dihasilkan dengan menambahkan H2S ternyata hampir sama dengan asam amino pada meteorit yang kaya karbon.
Awal mula
Meski demikian, kerja Miller tak lepas dari teori-teori yang dihasilkan para ahli biokimia sebelumnya. Menurut John Haldane dari Inggris tahun 1929, atmosfer pada zaman Bumi purba tidak memiliki oksigen bebas. Kemudian Haldane dan Aleksander Oparin dari Soviet menyatakan bahwa emua bahan baku kehidupan sudah ada di Bumi sejak awal mula, demikian juga dengan energi dari Matahari dan proses yang belum diketahui, tapi memicu munculnya kehidupan.
Di Amerika, tahun 1952, ahli biokimia Harold Urey mengelaborasi teori Haldane dan Oparin dengan menyebutkan unsur-unsur yang ada sejak terbentuknya semesta, yaitu hidrogen, oksigen, nitrogen, dan karbon. Inilah yang kemudian membentuk air, amonia, dan metana sebagai unsur dasar pembentuk kehidupan.
Stanley Miller kemudian mengombinasikan ide Haldane, Oparin, dan Urey dalam percobaannya. Selain menemukan senyawa organik penyusun kehidupan, percobaan Miller juga membuktikan betapa mudah asam amino terbentuk.
Pada tahun yang sama, 1953, penemuan struktur DNA—deoxyribonucleic acid yang membawa kode genetik—semakin membuktikan besarnya peran senyawa organik dasar menyusun kehidupan. Penemuan DNA juga membuka pemahaman terhadap beberapa senyawa, di antaranya asam nukleat, yang bisa bereplikasi dan mewariskan sifat kehidupan.
Semua penelitian di atas mengarah pada pembentukan asam amino sebagai langkah awal evolusi. Akan tetapi, betulkah semua ini proses alam semata seperti yang dipercaya Hawking dan Mlodinow, ataukah karena sebuah kekuatan supranatural?
artikel ini disalin lengkap dari: http://biologimediacentre.com/perkembangan-baru-teori-asal-usul-kehidupan/
halaman utama website: http://biologimediacentre.com/
jika mencari artikel yang lebih menarik lagi, kunjungi halaman utama website tersebut. Terimakasih!
No comments:
Post a Comment