Teori lain Pembentukan Tata Surya

Tata surya atau sistem Matahari (dalam bahasa Inggris disebut Solar System) adalah suatu sistem yang terdapat di jagat raya terdiri atas Matahari sebagai pusatnya, planet-planet (termasuk Planet Bumi), satelit-satelit (misalnya Bulan), asteroid, komet, meteor, debu, kabut, dan benda-benda lainnya sebagai anggota dari tata surya yang beredar mengelilingi pusatnya, yakni matahari pada orbit atau garis edarnya masing-masing. Dari benda-benda di tata surya, benda yang memancarkan cahayanya sendiri hanyalah Matahari sedangkan benda lainnya hanya memantulkannya.
Tata Surya (Sumber: NASA)
Nah, sekarang pertanyaannya adalah bagaimana tata surya terbentuk? Manusia sudah meneliti bagaimana tata surya terbentuk sejak zaman dahulu. Beberapa teori telah diajukan oleh para ahli untuk menjelaskan pembentukan tata surya. Namun, sampai sekarang belum ada satu pun teori yang memberi jawaban yang benar-benar memuaskan. Berikut ini adalah beberapa teori tentang pembentukan tata surya.
1. Teori Kabut/Nebula

Teori Nebula
Teori ini mengatakan bahwa anggota tata surya awalnya berbentuk massa gas raksasa yang bersuhu tinggi dan berputar perlahan-lahan. Massa ini berangsur-angsur mendingin, mengecil, dan mendekati bentuk bola. Rotasi massa ini semakin lama semakin tinggi. Akibatnya, bagian tengah massa itu menggelembung. Akhirnya, lingkaran materi itu terlempar keluar. Lingkaran ini mendingin, mengecil, dan akhirnya menjadi planet.
Planet ini tetap mengorbit mengelilingi inti massa. Lalu, lingkaran lain terlempar dan terlempar lagi dari pusat massa dan menjadi seluruh planet, termasuk Bumi. Akhirnya, semua planet terbentuk. Pusat massa menjadi Matahari kita. Selanjutnya, planet-planet itu juga melemparkan massa keluar angkasa dan berubah menjadi satelit atau bulan.
Teori Nebula dikemukakan pada abad ke-18 oleh Immanuel Kant (1724–1804) yang kemudian diperkuat oleh Pierre Simon de Laplace (1749–1827). Meskipun keduanya tidak saling mengenal namun pendapat Laplace merupakan penjelasan dari pendapat Kant. Sehingga teori Nebula ini disebut juga dengan teori Kant-Laplace.
2. Teori Planetesimal 
 
Teori Planetesimal
Teori ini menyatakan bahwa suatu ketika sebuah bintang melintasi ruang angkasa dengan cepat dan berada dekat sekali dengan Matahari. Daya tarik bintang ini sangat besar sehingga menyebabkan pasang di bagian gas panas Matahari. Akibatnya, massa gas terlempar dari Matahari dan mulai mengorbit. Karena daya tarik Matahari, massa gas itu tertahan dan bergerak mengelilingi Matahari. Massa gas yang terlempar inilah yang disebut dengan planetesimal.
 
Ketika massa gas menjadi dingin, bentuknya berubah menjadi cairan kemudian memadat. Akhirnya, massa gas itu menjadi planet yang ada sekarang.
 
Teori planetesimal dikemukakakan pada sekitar tahun 1900 oleh seorang astronom bernama Forest Ray Moulton dan seorang ahli geologi bernama T.C. Chamberlain dari Universitas Chicago.
 
3. Teori Tidal/Pasang Surut 
 
Teori Pasang Surut
Teori ini awalnya hampir sama dengan teori planetesimal, yaitu terdapat sebuah bintang yang bergerak mendekati Matahari lalu gas asli matahari tertarik oleh bintang tersebut. Perbedaan dengan teori planetesimal adalah bahwa pada teori ini planet tidak terbentuk oleh planetesimal. Planet-planet terbentuk langsung oleh gas asli Matahari tersebut.
 
Teori ini disusun pada tahun 1918 oleh Sir James Jeans dan Sir Harold Jeffreys dari Inggris. Teori ini juga didasarkan atas ide benturan. Berbeda dengan Moulton dan Chamberlain, kedua ilmuwan itu tidak percaya bahwa planet berasal dari sejumlah benda alam kecil-kecil atau planetesimal. Mereka berpendapat bahwa planet itu langsung terbentuk dari massa gas asli yang ditarik dari matahari oleh bintang yang lewat.
 
4. Teori Bintang Kembar
 
Teori Bintang Kembar
Teori ini mengemukakan bahwa awalnya Matahari merupakan bintang kembar yang satu dengan lainnya saling mengelilingi. Pada suatu masa, melintas bintang lain dan menabrak salah satu bintang kembar tersebut kemudian menghancurkannya menjadi bagian-bagian kecil yang terus berputar dan mendingin menjadi planet-planet yang mengelilingi bintang yang tetap bertahan, yaitu Matahari.
 
Teori Bintang Kembar ini dikemukakan oleh seorang astronom berkebangsaan Inggris yang bernama Lyttleton (1930). Teori ini merupakan modifikasi dari teori benturan yang telah ada sebelumnya. Dalam beberapa hal, teori ini memberikan penjelasan yang lebih baik tentang asal Tata Surya berdasarkan teori benturan.
 
5. Teori Awan Debu
 
Teori Awan Debu
Teori ini menyatakan bahwa tata surya berasal dari awan yang sangat luas yang terdiri dari debu dan gas (hidrogen dan helium). Adanya ketidakteraturan dalam awan tersebut menyebabkan terjadinya penyusutan karena gaya tarik menarik dan gerakan perputaran yang sangat cepat dan teratur sehingga terbentuklah piringan seperti cakram. Inti cakram yang menggelembung kemudian menjadi Matahari, sedangkan bagian pinggirnya berubah bentuk menjadi planet-planet.
 
Teori ini dikemukakan oleh Von Weizsaecker(1945) dan G.P. Kuiper(1950). Jika ditinjau dari prosesnya, teori ini seperti pengembangan dari teori Nebula. Ahli astronomi lainnya yang mengemukakan teori awan debu antara lain F.L Whippel dari Amerika Serikat dan Hannes Alven dari Swedia. Menurut mereka pada mulanya Matahari berputar dengan cepat dengan piringan gas di sekelilingnya.
 
Teori-teori di atas hanyalah sedikit dari banyak teori yang telah diajukan para ahli tentang terjadinya Bumi. Tidak satu pun di antara teori tersebut yang dianggap benar-benar memuaskan dan dapat diterima secara luas oleh seluruh dunia. Masing-masing teori ini mempunyai kelebihan dan kelemahan.
 

artikel ini disalin lengkap dari: https://skepticalinquirer.wordpress.com/2015/01/24/teori-pembentukan-tata-surya/
halaman utama website: https://skepticalinquirer.wordpress.com/
jika mencari artikel yang lebih menarik lagi, kunjungi halaman utama website tersebut. Terimakasih!

No comments:

Not Indonesian?

Search This Blog