Kisah Eric - Fosil Opal Pliosaurus

Bayangkan sebuah batu mulia yang indah dan berwarna-warni, menampilkan permainan cahaya, yang seakan diciptakan hanya untuk menggambarkan hal itu. Bagaimana lumpur pasir biasa dan air, yang secara ilmiah disebut sebagai silikon dioksida terhidrasi (SiO2. nH2O), dapat mengungkapkan setiap warna dalam spektrum cahaya?



Batu Opal
Batu Opal yang berharga terbentuk ketika larutan silika merembes melalui celah-celah di batu dengan sangat lambat: pada tingkat ketebalan satu sentimeter setiap lima juta tahun. Di bawah tekanan, bola-bola silika dengan lebar 150-300 nanometer, terendapkan dalam array kristal. Jarak antara bola-bola silika ini, cukup dekat dengan panjang gelombang cahaya, sehingga memiliki efek kisi difraksi, dan cahaya yang disebarkannya dapat dijelaskan oleh Hukum Bragg.

Hampir semua pasokan opal murni di dunia berasal dari Australia, yang dibentuk pada periode Cretaceous, lebih dari seratus juta tahun yang lalu. Nah kadang opalisasi juga bisa terjadi pada fosil.


Bagaimana fosil teropalisasi terbentuk?
Opal terbentuk di rongga dalam batuan. Jika rongga telah terbentuk pada tulang, cangkang atau biji pinus yang berada/terkubur dalam pasir atau tanah liat yang kemudian menjadi batu, dan kondisi yang tepat untuk pembentukan opal, maka opal membentuk replika fosil dari objek asli. Ada dua jenis fosil teropalisasi:

1. Detail internal tidak terlestarikan: Opal berawal sebagai larutan silika dalam air. Jika larutan silika mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh tulang, cangkang dll yang telah membusuk - seperti jelly dituangkan ke dalam cetakan - yang mengeras membentuk fosil teropalisasi dari objek asli. Kebanyakan fosil tulang teropalisasi adalah fosil adalah jenis ini - bentuk luar indah terlestarikan, tetapi opal didalam tidak merekam struktur internal makhluk itu.

2. Detail internal terlestarikan: Jika bahan organik yang terkubur belum membusuk dan larutan silika masuk ke dalamnya, seiring mengerasnya silika, maka akan terbentuk opal replika dari struktur internal objek. Kadang-kadang hal ini terjadi pada kayu atau tulang.

Eric - Fosil Pliosaurus yang teropalisasi
Menemukan fosil lengkap dinosaurus dan amfibi adalah tugas yang sulit, sehingga banyak museum dan universitas menghabiskan jutaan dolar untuk merekonstruksi dan memperoleh spesimen-spesimen kuno ini.


Salah satu penemuan fosil yang sangat menarik dalam beberapa dekade terakhir ini adalah penemuan fosil - Eric pliosaurus - yang memiliki fitur yang unik. Selama proses fosilisasi, opalisasi juga terjadi, sehingga mejadikan fosil tersebut memiliki kemilau semi mulia. Dan ini bukan satu-satunya aspek menarik dari fosil tersebut, kisah penemuannya, rekonstruksinya, pergantian kepemilikan, upaya penyelamatkan fosil tersebut dari dibuat menjadi perhiasan hingga berakhir permanen dalam sebuah museum Australia, adalah perjalanan panjang yang sangat menarik dari fosil Eric pliosaurus.

Penemuan Eric
Pada tahun 1987, seorang penambang yang bekerja di kota kaya-opal, Coober Pedy, Australia, tanpa sengaja menemukan fosil berlapis opal dari pliosaurus dalam tambang. Penambang yang beruntung ini berusaha untuk menggali lebih jauh tempat penemua fosil berlapis opal ini sendirian, menghancurkan beberapa bagian rapuh dari fosil dalam proses penggaliannya.


Penambang opal tersebut telah menemukan fosil pliosaurus, kerabat dari Plesiosaurus yang jauh lebih dikenal. Pliosaurs memiliki leher pendek dan tengkorak lebih besar dari Plesiosaurus, yang membuat penghuni laut lainnya, seperti plesiosaurus, dapat menjadi santapannya. Fosil pliosaurus yang ditemukan oleh penambang tersebut diberi nama "Eric" oleh salah satu pemiliknya kemudian, dan tetap menjadi contoh menakjubkan dari apa yang dapat terjadi selama proses fosilisasi.

Fosilisasi adalah peristiwa langka, salah satunya disebabkan oleh apa yang membungkus jasad binatang saat mati dan pengenalan mineral dalam tulang untuk membuat fosil. Dan yang lebih langka lagi adalah pengenalan opal semi mulia menjadi fosil, yang dapat menyebabkan kemilau warna-warni. Wilayah Cooper Pedy Australia dikenal dengan deposit opalnya yang besar. Nah, dengan seperangkat kondisi dan lokasi yang unik, serta waktu jutaan tahun, maka terciptalah Eric pliosaurus, fosil yang kemilau.

Merekonstruksi pliosaurus
Bagi seoarang penambang opal yang tinggal di Coober Pedy, tidak banyak yang dapat dia lakukan dengan fosil dinosaurus tersebut kecuali menjualnya. Kandungan opal dalam fosil pliosaurus yang hampir lengkap namun tidak tersusun ini bernilai sekitar $ 25.000. Namun karena fosil pliosaurus ini hampir lengkap maka ia bernilai jauh lebih besar. Tak lama setelah menariknya dari tanah di Coober Pedy, penambang itu menjual fosil temuannya kepada pengusaha Australia Sid Londonish dengan harga 125,0000 dolar Australia (sekitar US $ 230.000 saat itu).

Londonish ingin merekonstruksi fosil pliosaurus tersebut, dan menyuruh seorang arkeolog yang bernama Paul Willis untuk menyusun fosil yang belum teratur itu. Paul memberi fosil itu nama "Eric", meminjam nama dari Monty Python lagu "Eric the Half-a-Bee." Selama rekonstruksi, Paul menemukan sebuah ikan yang juga teropalisasi dalam perut Eric, dan memberi nama ikan itu, Wanda.

Perhiasan Pliosaurus?
Bertahun-tahun setelah pembelian fosil, Sid Londonish mengalami masalah keuangan. Dia berniat melelang Eric yang telah direkonstruksi secara terbuka dan memberikannya kepada penawar tertinggi. Lelang terbuka tentu saja diikuti oleh bermacam-maca orang dan institusi seperti kolektor pribadi, museum internasional, dan para penjual perhiasan yang mungkin akan berusaha untuk memecah fosil dan menjual Eric sebagai pernak-pernik yang mahal.

Untuk mencegah potongan Eric menjadi bagian dari gelang pesona di seluruh dunia, Quantum, serial televisi science mingguan di Australia, memperjuangkan nasib Eric. Quantum meluncurkan kampanye "Save Eric", dengan donasi dari sponsor perusahaan dan upaya penggalangan dana yang dipimpin oleh anak-anak sekolah Australia sebesar lebih dari $ 450.000. Dengan donasi besar yang didapat, akhirnya Museum Australia berhasil membeli pliosaurus dari Londonish pada tahun 1993. Spesimen yang unik tersebut kini dipamerkan untuk umum di Museum Australia, jadi jika Anda ke Australia, jangan lupa untuk melihat salah satu fosil yang paling menarik yang pernah ditemukan.


No comments:

Not Indonesian?

Search This Blog