Mengenal Diri Sendiri

Kenalilah dan telusurilah kebenaran apa yg terdapat di dlm diri kita masing2 yg bersifat ghaib, maka kita akan menemukan Allah yg dekat dlm diri kita yg berwujud fitrah, yg sudah kita yakini sejak kita lahir ke dunia.


Sesungguhnya Telah jelas yg haq ada disekitar kita yg selalu di ingatkan olehNya tentang keberadaanNya, kenapa tidak ada yg menyadari? Matahari/Siang itu terang/nyata, bulan/malam itu gelap/ghaib, dan pada diri kita sendiri, tidak ada manusia yg tidak berkedip saat terjaga, selalu diingatkan gelap dan terang, siang dan malam, dunia nyata dan dunia mimpi. Sesungguhnya umat Allah/orang yg beriman kpd Allah ialah seorang pemimpi, bkn org yg mendustakan mimpi..
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), “Aku itu dekat”. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a (bermimpi/meminta di alam bawah sadar, lalu mewujudkan di dunia nyata) apabila ia memohon kepada-Ku (didunia mimpi/alam bawah sadar), maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku/dekat dgnNya di alam bawah sadar) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)
Kisah Para Rasul 17:26-27 (al-kitab) Dari satu orang Allah telah menciptakan semua bangsa supaya mereka mendiami seluruh bumi ini. Ia menetapkan waktu-waktu tertentu dan batas-batas pada tempat-tempat tinggal mereka.Maksud-Nya supaya mereka mencari Allah, dan mungkin mereka akan menjangkau Dia dan menemukan-Nya, meskipun Dia tidak jauh dari kita masing-masing:
“Siapa yang ingin tahu kedudukannya di sisi Allah, lihatlah bagaimana ‘kedudukan’ Allah dalam dirinya (Allah yg dekat hambaNya). Karena Allah menempatkan kedudukan hamba-Nya sebagaimana hamba itu ‘menempatkan’-Nya dalam dirinya.”(mengenali Allah di dlm dirinya/menempatkan Allah yg sebenarnya dekat yaitu di dimensi mimpi, saat mata terpejam atau dzat mimpi Allah disekitar) (HR. Al-Hakim dan Baihaqi)

Karena manusia sejak lama telah memakan buah pengetahuan (sains), sehingga fikirannya terbuka. Maka jgn heran jika banyak yg selalu bertanya terang2an atau sembunyi2 dlm fikirannya, “Allah telah menciptakan ini dan itu, lalu siapakah atau apakah yg menciptakan Allah?”. Itulah akibat mendurhakai Allah, mendahulukan keduniawian/hal yg nyata/sains, dibanding mendahulukan yg ghaib yg bersifat fitrah.. Seharusnya org2 yg seperti ini melihat kebenaran dari angka2 pencipta sains/kelogikaan, dari teori “fibonaaci”, yg mempunyai akhir angka “9”. Sains memiliki akhir, sedangkan angka2 pencipta sains itu sendiri diciptakan/berasal dari imajinasi/mimpi/illusi, yg dpt memanipulasi apapun, angka2 dari sains ditundukkan oleh imajinasi. Jadi alam semesta ini hanyalah illusi imajinasi yg dimanipulasi, Allah ialah dzat mimpi/illusi..
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allah Subhaanahu wa ta’aala berfirman, ‘Sesungguhnya ummatku akan terus-menerus bertanya apa ini, apa itu?’ Hingga mereka bertanya, ‘Allah telah menciptakan ini dan itu lalu siapakah yang menciptakan Allah'” (HR Muslim [136]).
Disaat kita membayangkan semua ciptaan2 Allah lah, disaat itulah Allah berada sangat dekat dgn kita. Namun byk diantara kita yg tidak menyadari. Karena Allah memang bayang2/angan2 itu sendiri yg fitrah/yg meliputi fikiran manusia (karena fikiran manusia dan sains sebenarnya tunduk kepada imajinasi/mimpi, imajinasi mimpi dapat memanipulasi fikiran untuk percaya apa yg dilihatnya dirasakannya)..
Dan jika kita terlena/cenderung kepada fikiran kita yg terbuka (terkutuk oleh Allah), lalu menelusuri terbuat dari apakah semua ciptaan2 Allah menurut sains, maka disaat itulah kita telah menetapkan untuk mendapatkan siksa neraka (karena penelusuran tersebut akan membuat kita menghabiskan masa hidup kita kepada dunia yg nyata, padahal Allah ghaib).
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.'” (Ali ‘Imran: 191).
Allah itu sangat dekat, Dia berada pada alam bawah sadar setiap makhluk atau setiap benda yg Dia ciptakan. Ketika jasad pulang kerumah nya yg bersifat nyata, maka ruh/jiwa setiap makhluk pulang kerumahnya di dunia mimpi/dimensi mimpi. Allah itu ghaib, dan hanya dunia/dimensi mimpi yg bersifat ghaib..
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS.az-zumar:42)
Di kehidupan sekarang ini ada 2 dunia, 2 kehidupan. Dunia ghaib dan dunia nyata, dunia mimpi dan dunia sains. Dan kehidupan yg sebenarnya sejak dahulu itu bukanlah dunia ini yg serba sains, namun dunia yg serba dzat mimpi yg penuh keajaiban yg apapun yg kita inginkan menjadi nyata dan bersifat kekal..
Allah lah yg menggenggam dunia nyata/sains di dimensi mimpi yg ghaib, bkn malah sebaliknya, atau mimpi terbuat dari fikiran/otak manusia, justru sebaliknya.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata:

”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari tidurnya”.

Perkataan ini semakna dengan perkataan Sahl at Tustury yang disebutkan dalam “Thabaqaat as Shuufiyyah: (207) karya As Sulamy, al Baihaqy dalam “al Zuhdu al Kabiir” (515). Diriwayatkan juga oleh Abul Fahdl az Zuhry dalam “hadits” (710) dari perkataan Bisyr bin al Harits.
Abu Nu’aim dalam “al Hilyah” (7/52) meriwayatkan dari jalur al Mu’aafaa bin ‘Imraan, dari Sufyaan al Tsaury. Lihat: “Su`aalaat al Haakim”, Ad Daaraquthny (no. 4)
Dzat rabb kita ialah dzat mimpi, yg bersifat ruang yg tak terbatas dan ghaib..
diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Saya bangun pada suatu malam dan shalat semampu saya, kemudian saya mengantuk dan merasa berat. Tiba-tiba Rabb-ku dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan berfirman: Wahai Muhammad, tahukah kamu tentang apa para malaikat itu berdebat? [HR Tirmidzi, dan di-shahihkan oleh Al Bani, Irwa’ 683].
Allah ialah ruang lingkup mimpi yg tak terbatas dan dapat berkuasa atas dunia nyata dan duniaNya (dunia ghaib), jadi nikmat2Nya ialah bayang2/imajinasi yg ghaib. Dan dzat Allah tidaklah bisa diungkapkan dgn ilmu sains (karena dzat Allah ialah ghaib/dzat mimpi yg ghaib).
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. juga bersabda yang artinya, “Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-kali engkau berfikir tentang Dzat Allah.” (Hasan, Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah [1788]).
Allah itu ghaib dan fitrah, Allah ialah dzat mimpi yg tidak dpt dijelaskan dgn ilmu sains. Namun Dia dapat berkata-kata kpd kita melalui penglihatan2/bayang2/firasat yg bersifat haq, itulah wahyu yg sebenarnya. Atau berkata-kata dibelakang rahasia ilmu yg ditutupi, atau dgn mengutus malaikat yg bersifat ghaib/tak kasat mata, hanya bisa dilihat dgn pemahaman ruh..
Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinNya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. [Asy Syura:51].
Mujahid dalam menafsirkan ayat di atas berkata,”Membisikkan di hatinya berupa ilham dariNya, sebagaimana diilhamkan kepada ibu Musa dan Nabi Ibrahim untuk menyembelih puteranya. Imam Nawawi berkata, yang dimaksud dengan wahyu pada ayat tersebut menurut jumhur ulama adalah ilham dan mimpi ketika tidur, dan keduanya disebut wahyu. [Syarah Shahih Muslim, III/6].
Penglihatan sebuah kejadian yg diperkuat oleh keyakinan dlm hati ialah bagian dari kenabian..
Mimpi seorang mukmin adalah empat puluh enam bagian dari kenabian. [HR Bukhari].
Ketahuilah, mimpi/penglihatan sebuah kejadian pada org beriman ialah wahyu. Dan wahyu bkn hanya ditujukkan kpd manusia. Bahkan kepada binatang, dan bagaimana mungkin binatang ialah nabi?
Sebagian ulama mengatakan penisbatan mimpi kepada kenabian bukan dengan hakikatnya. Karena yang demikian akan mengurangi kredibilitas kenabian. Mimpi bukanlah bagian dari kenabian, kecuali kepada Nabi. [Fath, 10/60]
Justru semua org2 yg benar2 telah mengenal dan terhubung dgn Allah lah para nabi/org yg Allah pilih..
Dan ini membuktikan ulama2 bangsa arab ialah pembengkok agama islam yg telah ada dahulu, dan ingin meninggikan derajat bangsanya. Dan ulama yg sebenarnya dizaman ini ialah mereka yg berdakwah sembunyi2.
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”, (QS.an-nahl:68)
Kisah Ibrahim dan ismail berikut ialah pembuktian bahwa Allah berada di dimensi mimpi yg bersifat ghaib, yg lalu ibrahim ingin mewujudkan perintah Allah di dunia nyata, untuk membenarkan/mengeluarkan perintah2 Allah di dunia mimpi yg serba ghaib dan ajaib..
Maka tatkala anak itu sampai (fikirannya matang) berusaha bersama-sama Ibrahim (berusaha menyamakan fikirannya dgn ibrahim),
Ibrahim berkata,”Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi (Allah berkata kpd ibrahim), bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab,”Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya) Dan Kami panggillah dia: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu; sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. [Ash Shaffat:102-106]
Ibnu Abi Ashim dalam kitabnya, As Sunnah I/ 202 menyebutkan perkataan Ibnu Abbas bahwa,”Mimpi para nabi termasuk wahyu.” Ubaid bin Umar juga berkata demikian, kemudian membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi, bahwa aku menyembelihmu.” [HR Bukhari].
Ibnu Hajar berkata,”Fokus pengambilan dalil dari ayat tersebut, bahwa mimpi para nabi termasuk wahyu. Karena, kalau itu bukan wahyu, maka tidak boleh dan tidak mungkin Nabi Ibrahim menyembelih puteranya.” [Fathul Bari, 1/239].
Janganlah kita menganggap mimpi/penglihatan sebuah kejadian/peristiwa ialah bunga tidur/hal yg omong kosong, tanamkanlah keyakinan pada mimpi/penglihatan tersebut, bahwa itu benar adanya dari Allah. Kecuali mimpi/penglihatan buruk yg menampilkan syaitan di dlm nya.
Abdullah bin Mas’ud menambahkan, bahwa yang pertama diterima oleh Rasulullah sebelum wahyu adalah mimpi ketika tertidur, sebagai persiapan bagi hatinya untuk menerima wahyu yang akan diturunkan kepadanya ketika terjaga, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah, Beliau berkata,”Yang pertama kali menjadi permulaan wahyu kepada Rasulullah adalah mimpi yang baik ketika tidur. Beliau tidak bermimpi kecuali datang seperti cahaya shubuh.” [HR Bukhari].
Ketahuilah, bahwa dzat mimpi ialah cahaya, dan cahaya tersebut ialah Allah. Yg dgn cahaya dzat mimpi itu, kita dapat berjalan, dapat melihat, dapat mendengar, dapat menjadi tangan yg ia dapat memegang dgn nya, bahkan dapat menjadi fikiran/akal/ide, yg dgn itu kita malah menganggap fikiran dari otaklah yg mengendalikan yg ghaib/mimpi, padahal justru sebaliknya. Mimpi lah yg mengendalikan fikiran kita pada otak, yg dgn itu fikiran menguasai seluruh anggota tubuh kita, agar semuanya serba nyata dan jelas (sains). Dan bahkan dzat mimpi di dunia nyata bisa memgendalikan alam, mengendalikan takdir manusia, mengendalikan apapun di dunia nyata, dapat memanipulasi bentuk dzat nya di dunia nyata dan membolak-balikan hati/fikiran manusia, melalui alam bawah sadarnya. Namun kita sama sekali tidak menyadari dan tidak mencari tahu.
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada RasulNya, niscaya Allah memberikan rahmatNya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Hadid:28).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,”Barangsiapa yang memusuhi waliKu, maka Kuizinkan ia diperangi. Tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan suatu amal lebih Aku sukai daripada jika ia mengerjakan amal yang Aku wajibkan kepadanya. HambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang ia mendengar dengannya, menjadi penglihatan yang ia melihat dengannya, menjadi tangan yang ia memegang dengannya, sebagai kaki yang ia berjalan dengannya. Jika ia meminta kepadaKu pasti Aku beri, dan jika ia minta perlindungan kepadaKu pasti Aku lindungi. [HR.Bukhari].
Sudah sangat jelas, bahwa yg ghaib itu ialah dimensi/dunia mimpi/dzat mimpi. Karena awal permulaan wahyu rosulullah ialah mimpi, dan rosulullah ialah manusia yg setia dgn kpd mimpi. Beliau pemimpi. Dan seorang pemimpi/seorang yg sangat percaya dgn mimpi, merendahkan keduniawian ialah pemimpin. Berbeda dgn manusia2 zaman ini yg menganggap dunia mimpi hanyalah bunga tidur/omong kosong, maka dari itulah org2 zaman ini byk yg mendustakan wahyu dari Allah yg bersifat bayang2/penglihatan, dan menganggap dirinya lebih tinggi daripada para nabi/rosul, sehingga tidak memerlukan wahyu, dan lebih mempercayai hal2 yg nyata/yg jelas.
Imam Al Aini berkata,”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai mendapatkan mimpi yang baik agar tidak dikejutkan oleh datangnya Malaikat yang membawa kenabian yang sangat berat, yang tidak mampu dipikul oleh manusia biasa. Pendahuluan berupa mimpi, mendengar suara, ucapan salam dari batu dan pohon, kemudian disempurnakan dengan kenabian berupa datangnya Malaikat Jibril dalam keadaan terjaga.” [Umdah Al Qari’, 1/60].
Hiduplah di kehidupan nyata ini menurut pemahaman dan keinginan ruh kita, yg beriman kpd imajinasi/mimpi2/bayang2 penglihatan. Bkn menurut kemauan/keinginan daging/jasad berujung pada maut/kematian, sementara ruh ialah kekal, damai tanpa peperangan. Keinginan daging/jasad ialah tuhan kedua bagi kita, yg dapat membuat diri kita durhaka kpd Allah yg dekat dgn ruh. Karena keinginan daging/jasad/sains tidak takluk kpd hukum Allah yaitu imajinasi. Dan hal ini memang tidak mungkin baginya untuk tunduk..
Roma 8:5-8 (al-kitab)  Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.
Masalah keinginan daging/jasad sudah sangat jelas, seperti yg dikatakan dlm ayat al-kitab dibawah ini. Sementara keinginan ruh, kita dapat amati disaat kita tertidur dan masuk dunia ruh/dunia mimpi, semua masalah bisa kita kendalikan dgn mudah jika kita hidup menurut keinginan ruh yg beriman kpd imajinasi/mimpi.
Galatia 5:16-17, 19-23 (al-kitab)  Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging — karena keduanya bertentangan — sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir (sains/teknologi), perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Hidup menurut keinginan ruh kita bisa kita praktekkan, disaat kita sudah terbebas dari semua keinginan daging/jasad (tinggalkan semua berhala menurut pemahaman jasad, jadikan mimpi/bayang2 sebagai pemimpin ruh kita atau menjadi pendiam dan tidak ikut2an pemahaman zaman ini).
Rasulullah SAW bersabda,” Jika zaman itu telah dekat (akhir zaman), banyak mimpi orang beriman tidak bohong (orang2 beriman yg sebenarnya muncul dan bersatu dgn dzat Allah, sehingga di dunia nyata sama seperti di dunia mimpi, banyak hal2 ajaib namun nyata, sehingga org2 akan byk mengatakan/menganggap sesungguhnya ini “sihir yg nyata”). Dan, sebenar benar mimpi (yang menjadikan mimpi menjadi kenyataan) di antara kalian adalah mimpi orang yang paling jujur dalam perkataan.” (HR Muslim)
Jika dunia ini beserta isinya bukanlah berasal dari dimensi mimpi dan dzat mimpi, tidak mungkin peristiwa2 yg aneh, ajaib dan tidak masuk di akal ada di dunia nyata, itu semua hanya ada di dunia mimpi. Justru sebaliknya, dunia nyata inilah yg berasal dari dunia mimpi, alam semesta yg nyata ini berada dlm genggamanNya yg berdzat mimpi. Karena di kehidupan ini hanya ada 2 dunia, dunia nyata (sains) dan dunia ghaib (mimpi).



Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS.Az-zumar:67)

artikel ini disalin lengkap dari: https://mujahidinanonymous.wordpress.com/2016/12/31/allah-ada-di-mana-ketahuilah-allah-itu-dekat/
halaman utama website: https://mujahidinanonymous.wordpress.com/
jika mencari artikel yang lebih menarik lagi, kunjungi halaman utama website tersebut. Terimakasih!

No comments:

Not Indonesian?

Search This Blog