Cerita ini dikisahkan oleh seorang pria bernama Joseph Cohen. Pada tahun 1998, Cohen yang merupakan seorang Yahudi Ortodoks kelahiran AS hijrah ke Israel karena keyakinannya yang sangat kuat pada ajaran Yudaisme.
Lalu, Cohen tinggal di pemukiman Yahudi Gush Qatif di Gaza. Awalnya, Cohen tak pernah mengira bahwa kepindahannya ke Israel justru membawanya pada cahaya Islam.
Pasca tiga tahun menetap di Gaza, Cohen memutuskan untuk menjadi seorang Muslim setelah ia bertemu dengan seorang syaikh asal Uni Emirat Arab dan berdiskusi tentang teologi dengan syaikh tersebut lewat internet.
Setelah masuk Islam, Cohen mengganti namanya dengan nama Islam yakni Yousef al-Khattab. Tak lama setelah ia mengucapkan syahadat, istri dan empat anak Yousef mengikuti jejaknya menjadi Muslim.
Sekarang, Cohen telah aktif berdakwah di kalangan orang-orang Yahudi, meski ia sendiri tidak diakui lagi oleh keluarganya yang tidak suka melihatnya masuk Islam.
“Saya sudah tidak lagi berhubungan dengan keluarga saya. Kita tidak boleh memutuskan hubungan kekeluargaan, tapi pihak keluarga saya adalah Yahudi dengan entitas ke-Yahudi-annya. Kami tidak punya pilihan lain, selain memutuskan kontak untuk saat ini. Kata-kata terakhir yang mereka lontarkan pada saya, mereka bilang saya barbar,” tutur Yousef, seperti dilansir eramuslim, Rabu (9/7/2014)
Cohen mengatakan, melakukan dakwah tentang Islam di kalangan orang-orang Yahudi bukanlah perkara yang mudah. Menurut Cohen, hal pertama yang harus dilakukan dalam mengenalkan Islam adalah yakin bahwa hanya ada satu ajaran dalam Islam yaitu ajaran yang dibawa oleh Rasululullah SAW.
“Cara yang paling baik untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama untuk semua umat manusia adalah dengan memberikan penjelasan berdasarkan ayat-ayat al-Quran dan yang membedakan antara umat manusia adalah ketaqwaannya pada Allah semata,” ujarnya.
“Islam bukan agama yang rasis. Kita punya bukti-bukti yang sangat kuat, firman Allah dan perkataan Rasulullah saw. Kita berjuang bukan untuk membenci kaum kafir. Kita berjuang hanya demi Allah semata, untuk melawan mereka yang ingin membunuh kita, yang menjajah tanah air kita, yang menyebarkan kemungkaran dan menyebarkan ideologi Barat di negara kita, misalnya ideologi demokrasi,” lanjutnya
Selain itu, dia menuturkan perbedaan utama antara agama Islam dan Yahudi terdapat dalam masalah tauhid. Agama Yahudi sangat percaya pada perantara dan perantara mereka adalah para rabbi. Itulah sebabnya, orang Yahudi berdoa lewat perantaraan rabbi-rabbi mereka.
“Yudaisme adalah kepercayaan yang berbasiskan pada manusia. Berbeda dengan Islam, agama yang berbasis pada al-Quran dan Sunnah. Dan keyakinan pada Islam tidak akan pernah berubah, di semua masjid di seluruh dunia al-Quran yang kita dengarkan adalah al-Quran yang sama,” katanya.
Selain itu, Yahudisme selalu berpatokan pada “tradisi oral” misalnya kitab Talmud yang disusun berdasarkan informasi dari mulut ke mulut yang kemudian dibukukan.
Yousef mengungkapkan, kitab Taurat yang diyakini kaum Yahudi sekarang memiliki sebelas versi yang berbeda dan naskah-naskah Taurat itu bukan lagi naskah asli.
“Alhamdulillah, Allah memberikan rahmat pada kita semua dengan agama yang mudah, di mana banyak orang yang bisa menghapal al-Quran dari generasi ke generasi. Allah memberkati kita semua dengan al-Quran,” paparnya.
Sebagai orang yang pernah tinggal di pemukiman Yahudi di wilayah Palestina, Cohen mengakui adanya diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah Israel terhadap dirinya maupun muslim Palestina.
“Saya masih beruntung, penderitaan yang saya alami tidak seberat penderitaan saudara-saudara kita di Afghanistan yang berada dibawah penjajahan AS atau saudara-saudara kita yang berada di kamp penjara AS di Kuba (Guantanamo),” tutupnya. (nha)
Lalu, Cohen tinggal di pemukiman Yahudi Gush Qatif di Gaza. Awalnya, Cohen tak pernah mengira bahwa kepindahannya ke Israel justru membawanya pada cahaya Islam.
Pasca tiga tahun menetap di Gaza, Cohen memutuskan untuk menjadi seorang Muslim setelah ia bertemu dengan seorang syaikh asal Uni Emirat Arab dan berdiskusi tentang teologi dengan syaikh tersebut lewat internet.
Setelah masuk Islam, Cohen mengganti namanya dengan nama Islam yakni Yousef al-Khattab. Tak lama setelah ia mengucapkan syahadat, istri dan empat anak Yousef mengikuti jejaknya menjadi Muslim.
Sekarang, Cohen telah aktif berdakwah di kalangan orang-orang Yahudi, meski ia sendiri tidak diakui lagi oleh keluarganya yang tidak suka melihatnya masuk Islam.
“Saya sudah tidak lagi berhubungan dengan keluarga saya. Kita tidak boleh memutuskan hubungan kekeluargaan, tapi pihak keluarga saya adalah Yahudi dengan entitas ke-Yahudi-annya. Kami tidak punya pilihan lain, selain memutuskan kontak untuk saat ini. Kata-kata terakhir yang mereka lontarkan pada saya, mereka bilang saya barbar,” tutur Yousef, seperti dilansir eramuslim, Rabu (9/7/2014)
Cohen mengatakan, melakukan dakwah tentang Islam di kalangan orang-orang Yahudi bukanlah perkara yang mudah. Menurut Cohen, hal pertama yang harus dilakukan dalam mengenalkan Islam adalah yakin bahwa hanya ada satu ajaran dalam Islam yaitu ajaran yang dibawa oleh Rasululullah SAW.
“Cara yang paling baik untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama untuk semua umat manusia adalah dengan memberikan penjelasan berdasarkan ayat-ayat al-Quran dan yang membedakan antara umat manusia adalah ketaqwaannya pada Allah semata,” ujarnya.
“Islam bukan agama yang rasis. Kita punya bukti-bukti yang sangat kuat, firman Allah dan perkataan Rasulullah saw. Kita berjuang bukan untuk membenci kaum kafir. Kita berjuang hanya demi Allah semata, untuk melawan mereka yang ingin membunuh kita, yang menjajah tanah air kita, yang menyebarkan kemungkaran dan menyebarkan ideologi Barat di negara kita, misalnya ideologi demokrasi,” lanjutnya
Selain itu, dia menuturkan perbedaan utama antara agama Islam dan Yahudi terdapat dalam masalah tauhid. Agama Yahudi sangat percaya pada perantara dan perantara mereka adalah para rabbi. Itulah sebabnya, orang Yahudi berdoa lewat perantaraan rabbi-rabbi mereka.
“Yudaisme adalah kepercayaan yang berbasiskan pada manusia. Berbeda dengan Islam, agama yang berbasis pada al-Quran dan Sunnah. Dan keyakinan pada Islam tidak akan pernah berubah, di semua masjid di seluruh dunia al-Quran yang kita dengarkan adalah al-Quran yang sama,” katanya.
Selain itu, Yahudisme selalu berpatokan pada “tradisi oral” misalnya kitab Talmud yang disusun berdasarkan informasi dari mulut ke mulut yang kemudian dibukukan.
Yousef mengungkapkan, kitab Taurat yang diyakini kaum Yahudi sekarang memiliki sebelas versi yang berbeda dan naskah-naskah Taurat itu bukan lagi naskah asli.
“Alhamdulillah, Allah memberikan rahmat pada kita semua dengan agama yang mudah, di mana banyak orang yang bisa menghapal al-Quran dari generasi ke generasi. Allah memberkati kita semua dengan al-Quran,” paparnya.
Sebagai orang yang pernah tinggal di pemukiman Yahudi di wilayah Palestina, Cohen mengakui adanya diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah Israel terhadap dirinya maupun muslim Palestina.
“Saya masih beruntung, penderitaan yang saya alami tidak seberat penderitaan saudara-saudara kita di Afghanistan yang berada dibawah penjajahan AS atau saudara-saudara kita yang berada di kamp penjara AS di Kuba (Guantanamo),” tutupnya. (nha)
No comments:
Post a Comment