Ubur-ubur abadi, seperti kebanyakan spesies ubur-ubur lainnya, baik jantan maupun betinanya. Mereka tidak memiliki sistem reproduksi khusus. Jantan melepaskan sperma ke dalam kolom air. Lalu sperma tersebut kontak dengan telur yang berada di dalam perut ubur-ubur betina. Selama tahap embrio, mereka menetap baik itu di mulut atau lengan oral betina. Setelah mereka melewati tahap ini, mereka berubah menjadi planulae berenang bebas dan memisahkan diri dari tubuh ibu mereka. Mereka mengapung di sepanjang permukaan air untuk beberapa hari dan kemudian menetap pada sebuah objek, yang keras dan stasioner seperti permukaan batu.
Pada tahap ini, mereka berubah menjadi polip. Polip terus memakan plankton mikroskopis dan zooplankton pada tahap ini. Polip ini kemudian mulai melipat gandakan jumlahnya dengan menciptakan polip-polip identik hingga menjadi sebuah koloni (proses reproduksi aseksual). Beberapa koloni polip juga diam dan melekat pada permukaan yang keras. Semua polip yang terhubung dengan selang makanan dan mereka menerima makanan yang sama dari makanan mikroskopis mereka. Koloni polip dapat tetap dalam tahap ini selama bertahun-tahun pada suatu waktu. Ketika kondisi dianggap tepat, koloni polip ini mulai menumbuhkan alur-alur horisontal. Alur yang berada paling atas adalah yang paling cepat tumbuh dewasa, dan akan segera membebaskan diri menjadi ephyra kemudian menjadi ubur-ubur yang berenang bebas.
Proses reproduksi adalah umum untuk sebagian besar spesies ubur-ubur. Yang unik tentang ubur-ubur abadi adalah bahwa setelah bereproduksi secara seksual, mereka dapat kembali ke tahap polip mereka. Ketika sebagian besar ubur-ubur mati setelah kematangan seksual mereka, ubur-ubur abadi bisa bertransformasi kembali menjadi polip dan mengulangi proses reproduksi aseksual. Dengan cara ini, ubur-ubur ini mampu mengubah diri kembali ke polip, memulai koloni polip lagi yang akan menjadi sejumlah ubur-ubur baru.
Bagaimana ubur-ubur abadi mencapai prestasi ini? Hal ini melalui proses pengembangan sel yang disebut transdifferentiation. Artinya ubur-ubur ini dapat merubah berbagai keadaan sel yang berbeda beda menjadi sel-sel yang baru. Dalam proses transdifferentiation, Medusa dari ubur-ubur abadi bertransformasi menjadi polip yang akan membentuk koloni polip baru. Pertama, exumbrella (kubah/payung) pada medusa itu mengalami reversi, kemudian tentakel dan mesoglea ter resorbsi. Medusa kemudian menempelkan ujung yang berlawanan dari ujung exumbrella yang mengalami reversi pada substrat/obyek padat dan mulai berubah menjadi polip baru dan membentuk koloni baru. Secara teoritis, proses ini dapat berlangsung berulang ulang sampai tak terhingga, dan menjadikan ubur ubur ini abadi.
Tapi yang harus diingat adalah, proses transdifferentiation ini berujung pada proses reproduksi aseksual, yang artinya ubur-ubur abadi baru yang tercipta adalah kembar identik dengan ubur-ubur yang mengalami transdifferentiation tadi. Jadi ada banyak ubur ubur abadi yang identik mengarungi samudera dan untungnya bagi kita, ubur ubur abadi ini berukuran kecil, sekita 4,5 mm, dan ketika mereka meninggalkan koloni, mereka hanya memiliki delapan tentakel. Namun setelah dewasa, tentakel mereka bisa mencapai 80-90 banyaknya.
Ubur-ubur ini bisa ditemui di semua lautan, namun dipercaya mereka berasal dari perairan karibia, dan banyak dijumpai di lautan daerah tropis.
Tapi benarkah proses transdifferentiation ini bisa dilakukan berulang ulang sampai akhir jaman? Bukankah segala sesuatu didunia ini ada batasnya?
No comments:
Post a Comment