Karena banyak yang meminta artikel tentang kukang, kembali saya
posting Kukang dan kehidupannya, semoga bisa membantu pembaca mengenali
satwa yang unik dan mulai hilang ini. Selamat membaca.
Kukang dan Kehidupannya
Kukang (Nycticebus coucang) adalah salah satu spesies primata dari
genus Nycticebus yang penyebarannya di Indonesia meliputi pulau Jawa,
Sumatera dan Kalimantan. Kukang dikenal juga dengan sebutan
pukang, malu-malu atau lori, bersifat aktif di malam hari (nokturnal).
Di pulau Jawa terdapat subspesies Nycticebus coucang javanicus, yang
penyebarannya meliputi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur
dengan ciri bulu tubuhnya berwarna coklat muda sampai coklat tua,
bermata besar menonjol keluar, panjang kepala dan badannya 33 cm dengan
bobot badan berkisar antara 300-1500 g. Pada bagian kepala hingga
punggungnya terdapat garis coklat tua yang menjadi salah satu cirinya.
Tangannya berfungsi sebagai pemegang yang telah berkembang baik.
Pengelompokan
Berasal dari Ordo Primate, kukang menempati Sub Ordo Prosimian dan
Family Lorisidae. Terdapat sedikitnya tiga spesies di Asia, yaitu slow
loris (Nycticebus coucang), pygmy loris (Nycticebus pygmaeus) dan
slender loris (Loris tardigardus).
Empat sub spesies dari slow loris yang ada, antara lain Nycticebus
coucang bengalensis yang terdapat di Assam, Myanmar, Thailand dan
Indo-Cina. Secara morfologi, berukuran besar dengan berat ± 2000g dan
berwarna cerah. Nycticebus coucang, tersebar di Malaysia, Sumatera,
Thailand bagian Selatan, sebelah Utara Kepulauan Natuna. Berukuran lebih
kecil daripada Nycticebus coucang bengalensis, berwarna coklat terang
dengan bagian dahi yang lebih gelap. Ketiga, Nycticebus coucang
menagensis yang dapat dijumpai di daerah Borneo, Bangka dengan ukuran
tubuh relative lebih kecil jika dibandingkan dengan Nycticebus coucang
coucang. Terakhir, Nycticebus coucang javanicus, sesuai dengan namanya
penyebarannya di Pulau Jawa. Ukuran tubuhnya lebih besar daripada sub
spesies lainnya, dengan corak yang tebal pada bagian dorsal (punggung)
yang menjadikan perbedaan yang cukup mencolok.
Di Indonesia belum ditemui adanya skema pasti mengenai keberadaan dan
distribusi satwa ini. Penduduk lokal bahkan kerap kali keliru
menganalogikannya dengan kus-kus. Hal ini dikarenakan keterbatasan dalam
penyampaian informasi.
Perilaku
Kukang terkenal dengan kehidupan malamnya (nocturnal) dan memakan
beberapa buah-buahan dan sayuran, juga beberapa insecta, ma- mmalia
kecil dan bahkan burung. Umumnya mereka meraih makanan de- ngan salah
satu tangan lalu memasukkannya ke dalam mulut. Berbeda halnya dengan
minum, cara yang dilakukan pun cukup unik. Mereka tidak minum langsung
dari sumbernya tetapi mereka membasahi ta- ngannya dan menjiltinya.
Layaknya
hewan-hewan nocturnal lainnya, pada siang hari kukang beristirahat atau
tidur pada cabang-cabang pohon. Bahkan ada yang membenamkan diri ke
dalam tumpukan serasah tetapi hal ini sangat jarang ditemui. Satu yang
unik dari kebiasaan tidur kukang yaitu posisi dimana mereka akan
menggulungkan badan, kepala diletakkan diantara kedua
lutut/ekstrimitasnya.
Ketika malam hari tiba, kukang mulai melakkukan aktivitasnya. Mereka
bergerak dengan menggunakan 4 anggota tubuhnya, pergerakan seperti ini
disebut dengan quadropedal ke segala arah baik itu peregrakan vertical
ataupun horizontal (climbing). Pada hewan-hewan yang hidup di
penangkaran, mereka bergerak memanjat dan mengitari kandang disebut
denan aksplorasi. Tak jauh berbeda dengan kehidupannya di alam, kukang
yang hidup di penangkaran pun menciumi segala sesuatu / objek yang
ditemuinya serta melakukan penandaan / marking dengan urine.
Berdasarkan rekaman hasil penelitian di lapangan,diketahui bahwa
kukang hidup secara soliter, walaupun di beebrapa saat ditemui adanya
interaksi namun tidak lebih sebatas fase tahapan reproduksi. Masa estrus
pada kukang berkisar antara 30-40 hari. Pada hewan betina, jika
memasuki masa estrus maka akan lebih sering mengeluarkan suara /
vokalisasi berupa siulan. Selain itu, terjadi pembengkakan pada area
genitalianya. Jika jantan men dengarkan dan tertarik akan siulan betina,
maka jantan kemudian mendekati betina dan me- ngadakan kopulasi. Masa
kehamilan atau gestation periode selama 176 sampai 198 hari atau kurang
lebih selama 6 bulan.
Populasi dan Status
Populasi kukang di alam saat ini diperkirakan cenderung menurun yang
disebabkan oleh perusakan habitat dan penangkapan yang terus berlangsung
tanpa memper-dulikan umur dan jenis kelamin.
Penangkapan kukang yang tidak terkendali terutama untuk diperdagangkan
sebagai hewan peliharaan (pet animal). Akibatnya kukang sekarang
termasuk kategori spesies terancam punah dan dilindungi Undang-undang
dalam Konvensi CITES Appendix II.
Kukang tergolong satwa pemakan segala (omnivora), seperti halnya
dengan primata lainnya pakan utama adalah buah-buahan dan dedaunan.
Namun demikian kukang di habitat aslinya,
juga memakan biji-bijian, serangga, telur burung, kadal dan mamalia kecil.
No comments:
Post a Comment