Bagi bangsa Indonesia, Nuswantara
(Nusantara) dikenal juga mencakup hingga ke tanah Irian Jaya (pulau
Papua). Salah satu pulau terbesar di dunia ini banyak mengandung misteri
yang belum terungkap.
Ternyata di perairan utara dari salah satu pulau terbesar itu juga tersimpan suatu misteri yang menakjubkan!
Saat Bumi di zaman es ribuan tahun yang
lalu, pulau Irian jauh lebih besar. Bagian selatannya masih menyambung
dengan benua Australia.
Begitu juga di bagian pesisir utara pulau
Papua, daratannya lebih luas dari yang sekarang. Daratannya masih jauh
menghampar ke tengah laut beratus kilometer karena permukaan laut pada
waktu itu masih lebih dangkal dibandingkan pada masa sekarang.
Permukaan laut yang masih dangkal atau
masih rendah tersebut disebabkan karena wilayah hamparan es di kutub
utara dan kutub selatan belum banyak mencair seperti sekarang.
Dilepas pantai bagian utara dari pulau
besar ini diperkirakan terdapat struktur bangunan mirip “beteng” (awam:
benteng) yang panjangnya 110 km dan tingginya setinggi gunung: 1860
meter, dengan lebar 2700 meter!
Jika dilihat, struktur ini lebih mirip
“dinding” atau “tembok”. Dan hebatnya lagi tembok ini lurus memanjang
secara sempurna sepanjang 110 kilometer!
Jika benar, jelas beteng seperti ini
tidak mungkin dibuat oleh peradaban manusia kera ataupun manusia
primitif, mengingat bangunan tertinggi di abad modern saat ini saja,
tingginya baru sekitar 800 meter yaitu menara Dubai. Sedangkan bangunan
ini sudah menjulang 1860 meter atau lebih dari 2 kali tingginya Dubai
Tower!
Bangunan ini tidak mungkin dibangun oleh
masyarakat yg hanya bersenjata sumpit, pedang, keris dan tombak, dan
juga tak mungkin dibangun oleh masyarakat yg alat transportasinya
sebatas keledai, kuda dan pedati.
Struktur itu berada dilaut lepas tak jauh
dari kota terbesar dan juga ibukota Papua, Jayapura. Oleh karenanya
untuk sementara ini struktur tersebut dinamai Jayapura Wall atau Tembok Jayapura.
Dengan menggunakan google map,
koordinat beteng menakjubkan tersebut terlihat berada di samudera
Pasifik, yaitu di bagian utara dari pulau Papua (Irian Jaya) pada
1°59’46.9”S dan 141°29’24.6239”E (lihat melalui satelit)
Sekilas Tentang Papua
Papua adalah pulau terbesar kedua di
dunia. Pada sekitar Tahun 200 M , ahli Geography bernama Ptolamy
menyebutnya dengan nama LABADIOS. Pada akhir tahun 500 M, pengarang
Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama TUNGKI, dan pada akhir tahun
600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama
JANGGI.
Tidore memberi nama untuk pulau ini dan
penduduknya sebagai PAPA-UA yang sudah berubah dalam sebutan menjadi
PAPUA. Pada tahun 1545, Inigo Ortiz de Retes memberi nama NUEVA GUINEE
dan ada pelaut lain yang memberi nama ISLA DEL ORO yang artinya Pulau
Emas. Robin Osborne dalam bukunya, Indonesias Secret War: The Guerilla
Struggle in Irian Jaya (1985), menjuluki provinsi paling timur Indonesia
ini sebagai surga yang hilang.
Tidak
diketahui apakah pada peradaban kuno sebelum masehi di Papua telah
terdapat kerajaan. Bisa jadi zaman dahulu telah terdapat peradaban maju
di Papua. Pada sebuah konferensi tentang lampu jalan dan lalulintas
tahun 1963 di Pretoria (Afrika Selatan), C.S. Downey mengemukakan
tentang sebuah pemukiman terisolir di tengah hutan lebat Pegunungan
Wilhelmina (Peg. Trikora) di Bagian Barat New Guinea (Papua) yang
memiliki sistem penerangan maju.
Para pedagang yang dengan susah payah
berhasil menembus masuk ke pemukiman ini menceritakan kengeriannya pada
cahaya penerangan yang sangat terang benderang dari “beberapa bulan”
yang ada di atas tiang-tiang di sana. Bola-bola lampu tersebut tampak
secara aneh bersinar setelah matahari mulai terbenam dan terus menyala
sepanjang malam setiap hari. Kita tidak tahu akan kebenaran kisah ini
tapi jika benar itu merupakan hal yang luar biasa dan harus terus
diselidiki.
Papua telah dikenal akan kekayaan alamnya
sejak dulu. Pada abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan
Sriwijaya, mengirimkan persembahan kepada kerajaan China. Di dalam
persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang
dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari
Papua.
Dengan armadanya yang kuat Sriwijaya
mengunjungi Maluku dan Papua untuk memperdagangkan rempah – rempah,
wangi – wangian, mutiara dan bulu burung Cenderawasih. Pada zaman
Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah termasuk dalam wilayah
kekuasaan Majapahit. Pada abad XVI Pantai Utara sampai Barat daerah
Kepala Burung sampai Namatota ( Kab.Fak-fak ) disebelah Selatan, serta pulau – pulau disekitarnya menjadi daerah kekuasaan Sultan Tidore.
Tanah Papua sangat kaya. Tembaga dan Emas
merupakan sumber daya alam yang sangat berlimpah yang terdapat di
Papua. Papua terkenal dengan produksi emasnya yang terbesar di dunia dan
berbagai tambang dan kekayaan alam yang begitu berlimpah.
Papua juga disebut-sebut sebagai surga
kecil yang jatuh ke bumi. Papua merupakan surga keanekaragaman hayati
yang tersisa di bumi saat ini. Pada tahun 2006 diberitakan suatu tim
survei yang terdiri dari penjelajah Amerika, Indonesia dan Australia
mengadakan peninjauan di sebagian daerah pegunungan Foja Propinsi Papua
Indonesia.
Di sana mereka menemukan suatu tempat
ajaib yang mereka namakan “dunia yang hilang”,dan “Taman Firdaus di
bumi”, dengan menyaksikan puluhan jenis burung, kupu-kupu, katak dan
tumbuhan yang belum pernah tercatat dalam sejarah. Jika dikelola dengan
baik, orang Papua pun bisa lebih makmur dengan kekayan alam yang
melimpah tersebut.
Beberapa Raja-Raja di Papua
Kerajaan Fatagar pada tahun 1880-an adalah salah satu kerajaan yang paling penting dari Onin atau daerah Fak Fak.
Pada saat itu orang papua berhak pergi untuk tinggal di pulau Seram, di mana mereka juga mempunyai keluarga disana.
Kemudian nenek moyang dari raja Fatagar
kembali dan dinobatkan sebagai raja. Semua raja-raja yang berkuasa
Fatagar dikenal sebagai raja yang cukup baik dan bijaksana.
Kini dia adalah politisi penting di kabupaten Fak Fak, yaitu Raja Said Arobi Uswanas dari kerajaan Fatagar.
Sebagian besar kerajaan di sini
diperintah oleh dinasti keturunan dari dinasti Rumbati, atau dibuat
secara lokal semi-kerajaan (kemudian independen) oleh Rumbati. Fatagar
adalah salah satu akar kerajaan dan dinasti turunan dari dinasti
Rumbati.
Kerajaan Rumbati. Salah
satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau sudah
memerintah sejak lama. Beliau dikenal karena keinginannya memperkenalkan
dan membawa Islam kepada orang-orang disekitarnya. Keberadaan dinasti
raja ini adalah dinasti kedua yang mana pernah memerintah di Patipi.
Raja pertama masih dalam pemerintahan di
abad ke-20 bahkan sempat diperintah olehnya selama dua kali periode raja
pada wakktu itu, ketika dinasti kedua memerintah. Raja yang memerintah
kini adalah sebatas wilayah Raja Bupati, yaitu Raja Patipi ketika Raja
Bupati, Ahmad Iba dianggap sebagai penguasa ke 16 kerajaan Patipi.
Ketika saudara kandungnya Raja Usman Iba
meninggal, ia menjadi bupati karena anak raja mewariskannya sebagai
penerus atau ahli waris (putra raja almarhum) disaat ia masih
mempelajari yaitu Raja Muda Atarai Iba. Hal ini tidak diketahui, ketika
ahli waris tahta akan dinobatkan sebagai raja baru. Bupati adalah
pensiunan pegawai dari departemen perikanan kabupaten Fak Fak. (icc.wp.com)
No comments:
Post a Comment